Peneliti SMRC: Politik Identitas Marak Akibat Rendahnya Kualitas Calon

Konten Media Partner
8 September 2019 11:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Saidiman Ahmad, peneliti Saiful Mujani reaserch & consulting (SMRC) saat memberikan materi dalam diskusi yang digelar Puanacitya di Kota Manado, Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Saidiman Ahmad, peneliti Saiful Mujani reaserch & consulting (SMRC) saat memberikan materi dalam diskusi yang digelar Puanacitya di Kota Manado, Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
Politik identitas yang sejak tahun 2014 muncul di Indonesia, rupanya tak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perpolitikan di Indonesia. Sempat ada riak-riak yang terjadi, tetapi kemudian mulai rasionalnya pemilih di Indonesia, membuat praktek tersebut kurang berhasil.
ADVERTISEMENT
Hal ini terlihat pada hasil pemilihan dalam rentang waktu tersebut, dimana partai politik berbasis agama yang tidak pernah mendapatkan suara mayoritas, maupun serangan kampanye SARA untuk Joko Widodo dalam dua Pemilihan Presiden 2014 dan 2019, yang tak terlalu berpengaruh karena pada pemilihan tetap dimenangkannya.
"Artinya publik tidak terbeli dengan kampanye politik identitas," kata Saidiman Ahmad, peneliti Saiful Mujani reaserch & consulting (SMRC) dalam diskusi 'Membincang Demokrasi Indonesia Pasca Pilpres 2019' yang digagas Puanacitya, sekolah alternatif perempuan Sulawesi Utara, Jumat (6/9) lalu.
Namun demikian, Saidiman menyebutkan jika politik identitas tetap akan digunakan sebagai materi kampanye, karena rendahnya kualitas para calon yang ditawarkan. Publik sebenarnya tak menginginkan model kampanye tersebut.
Saidiman menjelaskan, rendahnya kualitas calon yang ditawarkan ke publik, lebih disebabkan oleh partai politik di Indonesia masih memakai pola lama, dimana ada sistem oligarki atau dinasti keluarga, sehingga bukannya orang terbaik yang dimajukan, tetapi orang yang dianggap dekat dengan jabatan pemimpin.
ADVERTISEMENT
"Saat publik semakin rasional, ternyata partai politik masih pakai sistem kerajaan. Inilah calon-calon yang muncul justru rendah kualitasnya" tutur Saidiman.
"Pengalaman beberapa Pilkada yang ada, jika calon yang diajukan memiliki rekam jejak yang baik, maka dukungan yang akan diperoleh sangat meyakinkan," ujar Saidiman kembali.
Sementara, Milla Ukoli, salah satu penggagas Puanacitya, menyebutkan jika kegiatan diskusi terkait dengan kondisi di Indonesia, akan terus dilaksanakan organisasi tersebut. Dikatakannya, hal ini merupakan salah upaya untuk terus merawat tradisi berpengetahuan di kalangan anak muda.
"Dan terlebih khusus untuk Perempuan di Manado dan Sulawesi Utara pada umumnya," tutur Ukoli.
manadobacirita