PGI: Mari Jadikan Agama Sebagai Perekat Bangsa Indonesia

Konten Media Partner
17 September 2019 19:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Forum Group Discussion dengan tema Peran Gereja Dalam Menghadapi Meningkatnya Intoleransi dan Radikalisme, yang diselenggarakan GAMKI, GSKI dan PGI di Kota Manado, Sulawesi Utara
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Forum Group Discussion dengan tema Peran Gereja Dalam Menghadapi Meningkatnya Intoleransi dan Radikalisme, yang diselenggarakan GAMKI, GSKI dan PGI di Kota Manado, Sulawesi Utara
ADVERTISEMENT
Ketua Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Dr Albertus Pati menyebutkan jika Agama seharusnya menjadi perekat sebuah bangsa bukannya menjadi penghancur. Dikatakannya, zaman dahulu, agama itu bersatu.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita harus tunjukkan agama itu sebagai perekat Bangsa Indonesia. Ingat, Indonesia dibentuk dari semua suku dan agama. Jadi peran kita untuk Indonesia sekarang ini ialah menjadikannya tetap satu," ujar Pati, Selasa (17/9) saat menjadi pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Peran Gereja Dalam Menghadapi Meningkatnya Intoleransi dan Radikalisme.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) dan Gerakan Siswa Kristen Indonesia (GSKI) ini, Pati juga mengatakan, tantangan terbesar saat ini adalah menghadapi berkembangnya intoleran dan radikalisme di kalangan masyarakat.
"Mengingat sekarang ini sedang menguat paham fundamentalisme, intoleran dan radikalisasi, untuk itu, sejak saat ini kita harus mengantisipasinya. Jangan sampai Indonesia menjadi negara agama. Jadi generasi muda jangan terpancing dengan oknum-oknum yang sengaja ingin memecah belah bangsa Indonesia," ujar Pati.
ADVERTISEMENT
Sementara, Pricilia Tangel, Ketua Komisi Pemuda GMIM menjelaskan, persoalan intoleransi dan radikalisme jangan hanya dibahas dengan melihat momentum saja. Dikatakannya, perlu ada pembahasan secara kontinyu.
"persoalan radikalisme ini adalah persoalan jangka panjang. Kita harus terus update pengetahuan kita. Bagaimanapun, walaupun bukan di bidang kita, harus kita pelajari, karena ini persoalan penting untuk kita semua," tutur Tangel.
Anes Tumengkol