Soal Keluarga Miskin di Minsel, Pemerintah Desa Arakan Sebut Terima BLT dan KIP

Konten Media Partner
2 November 2022 7:01 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah keluarga Taher-Kamurat di Desa Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan.
zoom-in-whitePerbesar
Rumah keluarga Taher-Kamurat di Desa Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan.
ADVERTISEMENT
MINSEL - Penjabat Hukum Tua (Kepala Desa) Desa Arakan, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara (Sulut), Servie Rattu menyebutkan jika keluarga Taher-Kamurat, merupakan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Servie yang baru serah terima jabatan Penjabat Hukum Tua pada Selasa (1/11) kemarin, mengatakan jika salah satu anggota keluarga Taher atas nama Mirnawati Taher juga merupakan penerima bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
"Sebagai klarifikasi, keluarga tersebut mendapat bantuan pemerintah lewat BLT DD dan KIP atas nama Mirnawati Taher," kata Servie lewat pesan whatsapp.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Minsel, dr Erwin Schouten yang menghubungi manadobacirita menyampaikan jika pihaknya akan segera membuatkan kartu BPJS Kesehatan untuk salah satu anggota keluarga Taher-Kamurat bernama Kamarudin yang tengah sakit agar bisa berobat.
Erwin mengakui jika keluarga itu luput dari bantuan di Dinas Kesehatan, karena tidak ada data yang diberikan dari pihak Desa tempat keluarga tersebut tinggal.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada data di kami. Desa tidak menyetorkan data terkait keluarga ini. Tapi, karena melihat kondisi keluarga itu, kami akan segera membuatkan BPJS Kesehatan, agar anggota keluarga yang sakit itu akan segera mendapatkan pengobatan," ujar Erwin.
Sebelumnya, kondisi keluarga Taher-Kamurat di Desa Arakan luput dari perhatian pemerintah untuk diberikan bantuan, walaupun tergolong miskin. Seperti diberitakan, keluarga ini walaupun mendapatkan BLT dari Dana Desa, namun jaminan kesehatan untuk mereka tak pernah dirasakan.
Rumah mereka yang hanya terbuat dari bambu dan papan kayu berisi tujuh anggota keluarga, yang harus berdesakan di dalam rumah.
Abubaker Taher (57) sang kepala keluarga, menceritakan kehidupan sehari-hari mereka. Menurutnya, dia hanyalah seorang nelayan pencari ikan yang tidak setiap hari pergi melaut.
ADVERTISEMENT
"Tak selalu saya melaut, biasanya hanya melihat musim ikan Antoni. Jika tidak musim, saya hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja," kata Abubakar.
Menurut Abubakar, istrinya juga ikut bekerja menjadi buruh angkat air, agar mereka bisa mendapatkan tambahan uang untuk membeli makan sehari-hari.
Salah seorang anggota keluarga mereka bernama Kamarudin juga sedang sakit. Sayangnya, karena tak punya biaya dan tak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), mereka hanya merawatnya di rumah.
Kamarudin terlihat begitu kurus sehingga tulang-tulangnya tampak jelas terlihat.
"Untuk makan saja kami sudah susah, mau ambil di mana biaya ke Puskesmas. Tidak ada bantuan dari pemerintah, yang ada kami menerima bantuan dari BLT Dana Desa," kata Abubakar.
tamura