Suara Prabowo Terjun Bebas di Sulut, Gerindra Ikutan KO

Konten Media Partner
25 April 2019 17:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Presiden Prabowo Subianto dan Fadly Zon saat menyalurkan hak suaranya pada Pemilu 17 April 2019 lalu
zoom-in-whitePerbesar
Calon Presiden Prabowo Subianto dan Fadly Zon saat menyalurkan hak suaranya pada Pemilu 17 April 2019 lalu
ADVERTISEMENT
Perolehan suara calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Sandiaga Uno di Provinsi Sulawesi Utara, mengalami penurunan yang sangat signifikan, jika dibandingkan dengan tahun 2014, saat dirinya berpasangan dengan Hatta Rajasa.
ADVERTISEMENT
Dalam hitung cepat yang dilaksanakan lembaga survei SMRC, pasangan Joko Widodo yang kini berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin berhasil meraup 76,14 persen unggul dari Prabowo dan Sandiaga Uno yang hanya mendapatkan 23,86 persen.
Padahal, di tahun 2014, walaupun menang, Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla hanya meraih 53,88 persen suara atau 724.553 suara, sementara Prabowo meraih 620.095 suara atau 46,12 persen saja.
Merosotnya suara Prabowo di Sulawesi Utara, ternyata juga berdampak besar untuk partai besutannya, Gerindra. Informasi yang berhasil dirangkum manadobacirita, Partai Gerindra KO di seluruh wilayah yang ada di Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Untuk pencalonan DPR RI misalnya, Partai Gerindra yang pada tahun 2014 lalu menempatkan Wenny Warouw, peluangnya sangat tipis di tahun 2019. Dari jatah 6 kursi di daerah pemilihan Sulawesi Utara, Gerindra harus berebut dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat untuk sisa kursi terakhir. 5 kursi lainnya, telah digenggam PDI Perjuangan (3), Nasdem dan Golkar masing-masing 1.
Begitu juga untuk DPRD Provinsi Sulawesi Utara. Daerah Pemilihan Kota Manado yang menjadi tolak ukur, hampir bisa dipastikan tak mendapatkan kursi, seperti pada tahun 2014. Gerindra kalah jauh dari dua partai koalisinya PAN dan PKS untuk perolehan suara. Gerindra hanya mampu meraih suara di kisaran 11 ribu, kalah dari PKS sebagai peraih kursi terakhir di daerah pemilihan Kota Manado.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat kursi pimpinan DPRD Provinsi yang sebelumnya dijabat pada periode 2014-2019 ikut-ikutan terancam, karena perolehan kursi dari 5 daerah pemilihan di Sulawesi Utara, tidak terisi.
Ironi lainnya juga terjadi di DPRD Kota Manado. Alih-alih mempertahankan jumlah perolehan kursi, Gerindra justru keok. Bahkan, di daerah pemilihan Sario dan Malalayang tempat Ketua DPC Gerindra Manado bertarung, hampir dipastikan gagal meraih kursi. Peluang memang masih terbuka, mengingat ada pemilihan suara ulang di 6 TPS daerah pemilihan tersebut.
Sejumlah pengamat menilai, anjloknya perolehan suara Gerindra di Sulawesi Utara, lebih disebabkan oleh gaya kampanye yang digunakan oleh para Calon Legislatif itu sendiri, yang menyerang Joko Widodo.
"Kampanye yang dilakukan Gerindra lebih kepada menyerang Jokowi. Calon Gerindra banyak tak fokus pada pilleg, tetapi bagaimana mencari kesalahan Jokowi. Itu yang kami lihat kenapa di Sulut mereka anjlok," tutur Muhajir, pengamat politik, Kamis (25/4).
ADVERTISEMENT
Muhajir mengungkapkan, banyak pemilih Jokowi di Sulawesi Utara, yang sebenarnya terafiliasi dengan para calon legislatif Gerindra. Bahkan, dirinya mendapati di Kecamatan Tikala, walaupun perolehan suara Jokowi yang begitu tinggi, ternyata suara dari calon yang diusung Gerindra juga cukup signifikan.
"Artinya, pemilih Gerindra di tingkat II dan I itu memilih presiden Jokowi. Ya, tapi balik lagi, banyak calon Gerindra yang justru fokus mencari salah Jokowi, akhirnya pemilih justru lari," tutur Muhajir kembali.
Ketua KPU Kota Manado, Sunday Jelly Rompas sendiri mengungkapkan, hingga saat ini masih dalam proses rekapitulasi tingkat Kecamatan, sehingga dimintakan kepada seluruh peserta untuk menunggu hasil keputusan resmi.
"Saat ini proses rekapitulasi masih berlangsung. Alangkah bijaknya untuk menunggu keputusan resmi saja," tutur Rompas, Kamis (25/4).
ADVERTISEMENT
isa anshar jusuf