Konten Media Partner

Sulut Jadi Wilayah Paling Tinggi Kenaikan Nilai Tukar Petani di Pulau Sulawesi

6 November 2025 12:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Konten Media Partner
Sulut Jadi Wilayah Paling Tinggi Kenaikan Nilai Tukar Petani di Pulau Sulawesi
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulut di bulan Oktober 2025 alami peningkatan paling tinggi di pulau Sulawesi. Secara month to month, NTP Sulut naik 2,25 persen. #publisherstory #manadobacirita
Manado Bacirita
Ilustrasi petani di Sulawesi Utara.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani di Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
MANADO - Sulawesi Utara (Sulut) menjadi Provinsi dengan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) paling tinggi di bulan Oktober 2025, jika dibandingkan dengan lima daerah lain di pulau Sulawesi.
ADVERTISEMENT
NTP Provinsi Sulut secara month to month (m-to-m) naik sebesar 2,25 persen. Jauh di atas Provinsi Gorontalo yang mencatat kenaikan 0,04 persen. Adapun empat Provinsi lain yakni Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah justru alami penurunan.
Angka NTP Sulut saat ini berada di 134,24 poin, yang jika dibandingkan dengan angka NTP di tahun 2024 periode yang sama, naik hingga 14,74 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut, Aidil Adha, menjelaskan jika kenaikan NTP ini disebabkan Indeks Harga Terima Petani (It) naik lebih besar dibandingkan Indeks Harga Bayar Petani (Ib).
"Indeks Harga Terima Petani ada di angka 165,71 naik 2,57 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara Indeks Harga Bayar Petani, walaupun juga naik, tapi angka kenaikannya hanya sebesar 0,32 persen," kata Aidil.
ADVERTISEMENT
Sementara komoditas utama penyumbang kenaikan baik itu Indeks Harga Bayar maupun Indeks Harga Terima Petani, sama-sama berasal dari Tomat dan Daun Bawang.
Lebih lanjut, Aidil menjelaskan jika kondisi ini juga ikut berpengaruh ke Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP), yang naik sebesar 2,51 persen.
"Adapun Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,07 persen, dengan komoditas utama penyumbang adalah Urea dan TSP/SP36," kata Aidil kembali.