Warga di Perbatasan Manado-Minut Kesulitan Dapatkan Air Bersih

Konten Media Partner
21 September 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow yang terancam gagal panen karena kemarau panjang yang terjadi di Sulawesi Utara (foto: marshal)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow yang terancam gagal panen karena kemarau panjang yang terjadi di Sulawesi Utara (foto: marshal)
ADVERTISEMENT
Dampak musim kemarau yang berkepanjangan mulai dirasakan warga Kota Manado. Kali ini sejumlah wilayah yang ada di Kecamatan Mapanget, mulai mengalami kekeringan dan krisis air bersih yang menjadi kebutuhan sehari-hari warga.
ADVERTISEMENT
Beberapa wilayah yang mulai mengeluhkan krisis air bersih seperti Koka, Mapanget Barat dan beberapa wilayah lain yang ada di perbatasan Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara.
Melky, warga di perumahan Griya III, yang ada di Desa Mapanget, Kabupaten Minahasa Utara, mengaku jika sudah hampir 3 bulan, dirinya terpaksa membeli air bersih yang dijual dengan sistem satu tong air bersih.
"Karena jarak saya dekat dari sumber air tempat air diambil, saya bayar hanya Rp50 ribu per satu tong. Kalau yang di daerah jauh, biasanya bisa sampai RP200 ribu. Saya sendiri, setiap hari membeli, karena kebutuhan air itu sangat penting," kata Melky.
Sementara, dua orang anggota DPRD Kota Manado, Jurani Rurubua dari PSI dan Ronny Makawata dari PDI Perjuangan, melakukan patungan untuk menyediakan air bersih yang dipasok menggunakan kendaraan tangki ke sejumlah wilayah yang mengalami krisis air bersih.
ADVERTISEMENT
"Warga banyak yang sudah mengeluh karena sumur mereka sudah kering tak lagi ada air. Kan kasihan masyarakat kalau hal yang paling utama seperti air itu tidak ada. Jadi, kami patungan untuk menyediakan air bersih," tutur Jurani Rurubua.
Sekadar diinformasikan, kemarau di Kota Manado dan Sulawesi Utara secara umum telah terjadi sekira 4 bulan yang lalu. Selain tak pernah diguyur hujan, terik matahari juga terasa lebih menyengat.
anes tumengkol/isa anshar jusuf