news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Warga Picuan Satu Minta Pemkab Minsel Bangun Talud Penahan Longsor

Konten Media Partner
19 Februari 2020 16:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kondisi geografi pemukiman warga di Desa Picuan Satu, Kabupaten Minahasa Selatan (foto: febry kodongan/manadobacirita)
Masyarakat yang tinggal di Desa Picuan Satu, Kecamatan Motoling Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, meminta kepada pemerintah untuk membangun talud di daerah-daerah yang terancam terjadi longsor. Daerah-daerah yang terancam tersebut berada di Jaga I, II, IV, V dan VI.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan Benny Langoy, perwakilan warga, beberapa kejadian tanah longsor yang memakan korban, sudah sering terjadi di wilayah-wilayah tersebut, sejak tahun 2000. Terakhir tahun 2019, satu rumah warga juga ambruk karena tanah longsor.
"Tahun 2000 terjadi longsor sekitar 100 meter. Kurang lebih ada 10 rumah yang rusak. Kemudian, pada tahun 2018 kembali terjadi longsor di Jaga III. Pada peristiwa ini, rumah keluarga Lumen Mamusung ambruk. Diawal 2019 lalu terjadi lagi longsor. Jaga V Keluarga Man Tamba, ada rumah ambruk," ujar Langoy, Rabu (19/2).
Langoy menyebutkan, pasca beberapa kali musibah tersebut, aspirasi tentang pembuatan talud selalu saja disampaikan di Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang). Sayangnya, tak pernah ditindaklanjuti hingga saat ini.
Warga menunjukan kondisi tanah yang bisa sewaktu-waktu terjadi tanah longsor di Desa Picuan Satu (foto: febry kodongan/manadobacirita)
"Kalau bilang aspirasi, itu (pembuatan talud) sudah beberapa kali diusulkan. Tapi, nyatanya sampai sekarang belum ada action. Sempat ada pengukuran, tapi hanya sampai di pengukuran saja tanpa ada tindak lanjut," tutur Langoy kembali.
ADVERTISEMENT
"Kami tentunya sangat berharap perhatian dari pemerintah Minahasa Selatan agar segera membangun talud, karena ini untuk keselamatan masyarakat," ujarnya lagi.
Sementara, Sam, salah satu warga yang terdampak pada longsor besar tahun 2000 menceritakan, peristiwa naas itu terjadi pada malam hari sewaktu hujan deras. Menurutnya saat itu, dia beruntung karena hanya bagian dapur yang terbawa tanah longsor.
"Saya sangat khawatir karena saat dapur saya ambruk, itu terkena ke rumah yang ada di bawah. Beruntung orang di rumah tersebut tidak ada karena masih di rumah sakit," ujarnya kembali.
febry kodongan