Berani Menulis?

Darkim
menyukai sastra, peduli masalah sosial, politik, dan keadilan. menjadikan keluarga sebagai titik awal semangat kebajikan.
Konten dari Pengguna
9 Februari 2020 7:02 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darkim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: pixabay.com
ADVERTISEMENT
“Menulislah agar abadi. Menulislah agar di kenang dunia. Menulislah sebagai media berbagi.” Itu adalah sebagian kecil dari nasihat para orang bijak tentang pentingnya kegiatan menulis. Selama dalam hal positif, menulis adalah kegiatan yang banyak mendatangkan manfaat bagi diri pribadi dan orang lain.
ADVERTISEMENT
Maka menulis yang sejatinya adalah sangat mudah di lakukan, ternyata membutuhkan nyali yang luar bisa untuk bisa mempraktikanya. Menulis bukan hanya masalah pengetahuan semata, menulis bukan hanya tentang ketrampilan dan keahlian mengolah kata dan data. Tapi lebih dari itu, menulis ternyata mensyaratkan KEBERANIAN dari seseorang yang hendak menekuni bidang ini.
Keberanian Seperti Apa?
Banyak orang yang sudah memiliki gelar sarjana, dengan timbunan ilmu pengetahuan yang menumpuk di otaknya, di dukung sarana dan akses teknologi yang melimpah, tapi ketika di sodorkan pada kegiatan menulis ternyata masih ragu bahkan ada yang langsung menolak dengan berbagai macam alasan.
Orang yang terbiasa berolahraga ekstrem, orang yang sering kali melakukan pekerjaan dan kegiatan menantang bahaya, atau seseorang yang tampaknya gagah perkasa dan berwatak keras, tapi ketika hendak menjadi penulis [atau sekedar menulis di sebuah media] ternyata nyalinya mendadak ciut, hilang entah kemana.
ADVERTISEMENT
Takut tidak ada yang membaca, takut salah, takut nanti di anggap tidak pintar, takut nanti di anggap tidak menguasai pengetahuan dan wawasan, dan seribu ketakutan yang ternyata adalah masih berbentuk bayangan di dalam pikiran.
Kita bayangkan berapa banyak jebolan universitas setiap tahun yang menjadi sarjana, berapa banyak orang berilmu di negeri ini, seandainya mereka mau [dan berani] menuliskan ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki, alangkah maju dan berkembang pesatnya dunia literasi dan ilmu pengetahuan di negeri ini.
Keberanian ternyata lebih menentukan bagi seseorang untuk menjadi penulis yang baik, apalagi bila keberanian itu di lengkapi dengan bekal ilmu dan wawasan pemahaman yang luas, maka semakin komplitlah seseorang untuk menekuni dunia kepenulisan.
ADVERTISEMENT
Kadang kala keberanian itu sering di salah artikan. Banyak orang yang akhirnya menulis sesuatu kebohongan, berita dan informasi yang menyesatkan, tulisan-tulisan yang menimbulkan perpecahan dan permusuhan, bahkan banyak orang yang dengan berani memutar balikan fakta demi keuntungan pribadi. Ini sesungguhnya sesuatu yang ironis.
ilustrasi : pixabay.com
Di satu sisi banyak orang tidak memiliki keberanian yang cukup untuk menulis sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan, tapi di sisi lain banyak pula para “oknum-oknum” penulis yang menjadikan keberanian sebagai sarana untuk merugikan orang lain.
Beranikah anda menulis? Jangan tunggu dan tunda kesempatan untuk menerjemahkan ilmu pengetahuan dan wawasan anda kedalam bentuk tulisan. Tumbuhkan keberanian dalam hal positif dengan menuliskan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
ADVERTISEMENT
Di zaman digital, semua sarana untuk menulis tersedia dengan mudah, tinggal keberanian kita untuk memulai. Rendahnya minat baca dan tulis di negeri ini, membutuhkan keberanian kita untuk mengubahnya.
Salam literasi.