Ketika Anak Tidak Percaya (Lagi) kepada Orang Tua

Darkim
menyukai sastra, peduli masalah sosial, politik, dan keadilan. menjadikan keluarga sebagai titik awal semangat kebajikan.
Konten dari Pengguna
8 Januari 2020 4:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darkim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dokumen pribadi penulis
zoom-in-whitePerbesar
dokumen pribadi penulis
ADVERTISEMENT
Era modern ditandai dengan semakin mudahnya semua orang mengakses informasi, berkat kemajuan teknologi yang menyentuh segala bidang kehidupan [terutama informasi], menjadikan hampir tidak ada lagi sebuah informasi tentang apa pun yang bisa di sembunyikan dari jangkauan masyarakat luas. Pengecualian untuk informasi-informasi sangat rahasia yang menyangkut keamanan dan dokumen suatu negara [tapi dalam beberapa kasus yang terjadi di dunia, informasi yang bersifat sangat rahasia tersebut pun dapat diakses oleh masyarakat luas, seperti yang dilakukan oleh situs WIKILEAKS ataupun Edward Snowden].
ADVERTISEMENT
Tidak ada lagi batasan umur dalam mengakses informasi, tidak ada lagi perbedaan gender, status sosial, jenjang pendidikan, kaya, dan miskin. Semua dengan berbekal sarana teknologi yang semakin canggih dan semakin murah bisa mendapatkan informasi tentang apa pun, kapan pun, dan di mana pun.
Mudahnya menjangkau informasi dan ilmu pengetahuan di zaman modern ini telah merubah gaya hidup dan kebiasaan masyarakatnya. Di satu sisi telah menjadikan manusia-manusia di era digital ini untuk hidup lebih praktis, cepat, dan efesien dalam segal hal. Tapi di sisi lain, sebaran informasi tentang segala hal yang hanya berjarak seujung kuku jari telah merubah pribadi dan karakter manusia menjadi merasa "serba tahu".
Pasien yang merasa lebih paham penyakit yang dideritanya dari pada dokter ahli, murid yang merasa lebih luas ilmu pengetahuanya dibandingkan para guru, dan yang lebih parah lagi adalah para anak-anak yang merasa lebih tahu dan lebih paham dalam segala hal dibanding para orang tuanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Di titik ini banyak orang tua yang akhirnya kehilangan kontrol bahkan wibawa dan pengaruh dalam memberi arah bagi kehidupan anak-anaknya. Padahal sejak lama, peran orang tua dalam ikut merancang, mengarahkan, bahkan membentuk masa depan anak agar menjadi orang yang berguna di masa depan, adalah sangat besar.
Sekarang banyak orang tua yang merasa perannya dalam membimbing anak semakin direbut dan tersisihkan, orang tua semakin kewalahan, tergagap-gagap, bahkan ada sebahagian orang tua yang merasa telah ketinggalan zaman dengan anaknya yang baru kelas 1 SMP.
Orang tua tidak tahu lagi harus menasehati apa kepada anak-anaknya, orang tua seperti tertinggal selangkah dari pengetahuan anak tentang dunia dan permasalahanya. Bahkan banyak orang tua yang akhirnya pasrah melihat tingkah laku anak-anaknya yang menurut pemahaman orang tua kurang tepat, tapi tidak tahu lagi harus bagaimana memberi saran dan nasihat yang sesuai dengan keadaan zaman sekarang, dan yang lebih penting lagi mampu menyaingi sumber informasi internet yang kadung digandrungi oleh anak.
com-Ilustrasi anak dan gadget. Foto: Shutterstock
Maraknya penyalahgunaan narkoba, banyaknya terjadi tawuran antar-remaja, sex bebas, dan pergaulan bebas di kalangan anak muda, kasus-kasus kejahatan yang melibatkan anak-anak dan usia muda, itu semua adalah sebahagaian dampak dari hilangnya kontrol dan peran orang tua pada anak.
ADVERTISEMENT
Anak tidak lagi percaya kepada orang tuanya, anak tidak lagi memandang hormat kepada orang tua, bahkan anak merasa lebih mampu dan paham bagaimana cara meniti kehidupan untuk masa depanya. Orang tua akhirnya hanya jadi penonton dan penyumbang dana bagi sekian banyak kegiatan anak di luar rumah, tanpa mampu mengontrol dan mengendalikan tingkah laku anak.
Pada diri dan jiwa anak-anak zaman sekarang telah menganggap orang tua bukan lagi tempat bertanya, tempat berbagi perasaan dan kegundahan, orang tua bukan lagi sosok yang dianggap punya segala kunci bagi permasalahan dan persoalan yang sedang di hadapi oleh anak.
Maka bila kepercayaan itu lambat-laun semakin menipis bahkan tidak tersisa sama sekali, anak hanya berpedoman dengan semua informasi yang bertebaran di jagat maya, anak hanya mau mencontoh dan meniru apa yang dilihat, didengar, dan disebarkan dirana internet. Padahal semua orang tahu, tidak semua informasi yang bersliweran di dunia maya tersebut telah teruji kebenaranya, cocok untuk usia anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan jiwa dan kepribadian.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan besarnya adalah, "mengapa orang tua kehilangan kepercayaan dari anak?"
Orang tua yang abai dengan kemajuan teknologi, orang tua yang hanya menjadikan materi sebagai satu-satunya sarana dalam mendidik dan membesarkan anak, orang tua yang tidak mampu lagi memberi contoh yang baik dan berbudi luhur, orang tua yang semakin berjarak dengan anak karena kesibukan atau hal-hal lainya, itu adalah salah satu sebab dari sekian banyak penyebab para orang tua semakin tidak mendapat tempat yang terhormat di hati anak.
Banyak orang tua yang dalam keseharianya tidak sesuai antara perkataan dengan perbuatan, memberi perintah dan nasihat kepada anak tapi dia sendiripun banyak melanggar perintah tersebut. Hal-hal seperti ini akhirnya benar-benar membunuh karakter dan pribadi orang tua sebagai sosok panutan yang pantas dipercaya dan dijadikan contoh.
ADVERTISEMENT
Maka jangan terburu-buru menyalahkan anak [apalagi menyalahkan kemajuan zaman] ketika anak-anak semakin jauh dari orang tua, jangan gampang menjadikan anak-anak sebagai generasi bobrok ketika melihat banyaknya tindak kejahatan dan asusila yang banyak melibatkan anak dan remaja.
Justru para orang tua harus mau mengkoreksi diri sendiri, apa yang salah dari hubungan orang tua dengan anak, apakah selama ini telah menjadi orang tua yang bisa dan pantas dijadikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Setiap orang tua mesti menyadari satu hal, "anak adalah amanah dari tuhan pemilik seluruh kehidupan." baik buruk anak, orang tua punya andil yang sangat besar di dalamnya.
Salam.