Pemimpin Ideal

Darkim
menyukai sastra, peduli masalah sosial, politik, dan keadilan. menjadikan keluarga sebagai titik awal semangat kebajikan.
Konten dari Pengguna
24 Februari 2020 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darkim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang pemimpin. Sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang pemimpin. Sumber: pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yang darurat dan sangat mendesak untuk segera dibenahi di republik ini adalah “krisis keteladanan seorang pemimpin”. Pemimpin yang sejatinya adalah makhluk pilihan tempat segala persoalan di carikan jalan keluar, tempat menemukan jawaban atas segala obat kegelisahan masyarakat, dan pemimpin adalah tempat bersandar dan meneduhkan hati dan pikiran dari setiap kerumitan hidup berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Kita tidak sedang kekurangan stok calon pemimpin, kita tidak sedang kekurangan orang-orang pandai dan terpelajar, tapi bangsa ini sesungguhnya sedang kekurangan manusia-manusia berbudi luhur yang selalu bisa selaras antara perkataan dengan perbuatan, antara niat dengan tindakan.
Ajang mencari pemimpin terus digelar, entah itu pilpres, pileg, maupun pilkada. Uang triliunan sudah di gelontorkan, harapan dan kenyataan ternyata lebih sering bertolak belakang.
Lihatlah berapa banyak pemimpin negeri ini yang merupakan hasil dari pilkada dan pileg yang tersandung kasus korupsi, berapa banyak elite negeri ini yang ucapannya ternyata berbeda jauh dengan perbuatan dan kebijakan yang di lakukan setelah menduduki kursi kekuasaan.
Sosok pemimpin kini menjelma sebagai seorang yang harus di benarkan dan di dukung apapun tindakannya. Jangankan mencerminkan kepedulian dan perhatian kepada rakyatnya, pemimpin sekarang malah banyak yang menjadikan kondisi rakyat sebagai bahan mencari popularitas, ketenaran, nama besar, yang ujung-ujungnya hanya melanggengkan kekuasaan yang ada dalam genggaman.
ADVERTISEMENT
Pemimpin akan mencari pembenaran dari setiap tindakan yang ia lakukan, tapi celakanya banyak pemimpin yang mencari pembenaran berdasar ego pribadi, kepentingan sendiri, tanpa pernah mau menyelami dan memahami apa sebenarnya yang di inginkan dan di butuhkan rakyat terhadap dirinya.
Pada titik ini sesungguhnya para pemimpin itu sedang menciptakan tirani. Memaksakan kebenaran menurut versi mereka, menyuapkan rasa keadilan dan ketentraman sesuai kepentingan dan ambisi para penguasa. Rakyat semakin frustasi, sementara saluran-saluran untuk menyuarakan kegelisahan dan ketidakpuasan tersumbat oleh sekian banyak kepentingan yang muaranya adalah kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan.
Setelah di paksa menyerahkan sumber dana dan sumber dayanya untuk membiayai dan mendukung ajang pemilihan mencari pemimpin, rakyat harus bersiap-siap pula menelan pil pahit karena pemimpin yang tercipta dari konsentrasi tersebut ternyata jauh dari harapan pemimpin yang ideal. Pemimpin yang punya rasa malu telah menghabiskan pundi-pundi milik rakyat untuk sekedar duduk di kursi kekuasaan, pemimpin yang lebih peka dan peduli dengan apa yang sebenarnya sangat di harapkan oleh rakyat.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi pemimpin. Sumber: pixabay.com
Kapan pemimpin yang baik akan datang? Ketika ditemukan seorang manusia yang berbudi pekerti, ketika muncul orang-orang yang mendahulukan kepentingan orang banyak dari sekedar kepentingan sendiri, keluarga, kelompoknya. Kapan? Itu adalah rahasia kehidupan.
Tapi selama politik kita masih politik “mahar”, politik yang berbiaya tinggi, politik balas budi, selama itu sangat sulit muncul pemimpin yang sejati. Dari mana kita harus memulai? Mulailah dari diri sendiri dengan tidak pernah memilih calon pemimpin busuk.
Salam demokrasi.