Mengorek Rahasia Dapur Pisang Goreng Manggarai yang Laris Manis

26 Maret 2017 7:49 WIB
comment
29
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pisang goreng tanduk Manggarai ramai (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Bila kamu berkunjung ke Stasiun Manggarai, cobalah mampir ke Pisang Goreng Mpo Nur. Letaknya tidak jauh dari Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, kira-kira 30 meter. Di sini, orang-orang rela mengantre untuk membeli pisang yang hanya Rp 2.500 rupiah per pisangnya.
ADVERTISEMENT
Rahman (56), pemilik usaha ini, mengatakan bahwa setiap harinya ia berdagang usai Salat Subuh hingga pukul 10.00 WIB. Setelah itu, ia kembali melanjutkan dagangannya dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.
Kios Pisang Goreng Tanduk Mpo Nur. (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
"Habis Salat Subuh sampai jam 10 pagi. Lalu jam 1 siang sampai jam 8 malam," ujar Rahman sambil melepas pisang dari kulitnya untuk selanjutnya dibelah menjadi dua.
Rahman berbincang santai dengan kumparan (kumparan.com), Sabtu (25/3). Rahman bercerita, sebelum berjualan di lokasi sekarang, dia berjualan pisang keliling menggunakan tampah. Setiap harinya, dia berjualan di Stasiun Manggarai sejak 2010. Ketika itu, dia bisa menjual sekitar 200 potong pisang goreng.
Suasana di Pisang Goreng Tanduk Mpo Nur (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Lama kelamaan Rahman lelah untuk berjualan keliling, lalu dia pun memanfaatkan warungnya yang sebelumnya berjualan es kelapa dan kue serabi menjadi warung untuk menjual pisang goreng.
ADVERTISEMENT
"Saya capek dagang keliling, dikelilingin orang capek. Lalu saya memang punya warung biasa, awalnya saya dagang es kelapa sama kue serabi," jelas pria asal Karawang ini.
Sekarang, dia berjualan di warung makan yang saat ini letaknya tak jauh dari tempatnya berjualan sekarang.
"Awalnya di warung sana (letaknya di depan warung sekarang), tempatnya enggak muat terus pindah kemari, di sana dari tahun 2015. Di sini baru dua tahun," ungkap Rahman yang juga suami dari Mpok Nur.
Nama Mpo Nur sendiri dia ambil dari nama istrinya. Jadilah merek dagang warung pisang goreng Mpo Nur. Rahman bercerita, dia lebih memilih pisang tanduk untuk digoreng karena baginya pisang tanduk lebih enak dibanding pisang lain.
ADVERTISEMENT
"Pisang tanduk enggak pakai campur", ujarnya. "Enak pisang tanduk, enggak ada orang-orang jual pisang tanduk dan lagi mahal pisang tanduk. Biasa orang jual, pisang uli, kepok," jelasnya mengenai kualitas pisang tanduk.
Antrian pisang goreng Mpo Nur ketika sore hari (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Rahman beranggapan bahwa rasa dari pisangnya yang gurih adalah faktor yang menyebabkan pisangnya selalu diserbu pembeli.
"Karena enak, gurih beda sama yang lain. Memang udah bagian rejekinya kali," jawabnya.
Hasil dari penjualan pisang goreng ini pun mampu menghidupi dirinya dan keluarga.
"Alhamdulilah bisa menghidupi, buat biaya sekolah biaya penghidupan cukuplah," ujarnya penuh rasa syukur.
Rahman menjelaskan bahwa perharinya ia mampu menjual sebanyak 2.000 pisang dan menghabiskan 4 karung terigu dan 60 kilogram minyak goreng demi menjaga kualitas. Pisangnya sendiri ia dapatkan dari Sukabumi yang dikirim dua kali seminggu.
ADVERTISEMENT
Pisang Tanduk di Kios Pisang Goreng Mpo Nur. (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
"Ngambil dari Sukabumi, dikirim seminggu dua kali. Satu minggu 2 kol, 14.000 pisang," jelasnya.
Rahman pun mengaku bahagia dengan melihat jejeran pembeli yang rela antre untuk memborong pisang gorengnya.
"Ya keliatannya resep orang selalu penuh," ujarnya bahagia.
Namun satu hal yang dia sayangkan, apabila di daerah tempat berdagangnya, di Jalan Manggarai Utara 2 dijadikan tempat tawuran.
"Kalau lagi tawuran enggak bisa dagang," jelasnya.