Status Gunung Agung Awas, 43.358 Penduduk di Bali Mengungsi

29 November 2017 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Agung (Foto: Twitter @Sutopo_BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Agung (Foto: Twitter @Sutopo_BNPB)
ADVERTISEMENT
Peningkatan status Gunung Agung menjadi Awas sejak Senin (27/11) lalu berdampak terhadap 22 desa di Bali. Sekitar 100.000 penduduk diimbau untuk segera mengungsi untuk menghindari ancaman awan panas, aliran lava, guguran batu, loncatan batu pijar dan hujan abu lebat yang sangat berbahaya.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melaporkan sekitar 43.358 jiwa mengungsi terhitung hari ini, Rabu (29/11) yang tersebar di 9 kabupaten di Bali. Para pengungsi tersebar di 229 titik pengungsian.
"Pengungsi terdapat di Kabupaten Buleleng (5.992 jiwa), Klungkung (7.790 jiwa), Karangasem (22.738 jiwa), Bangli (864 jiwa), Tabanan ( 657 jiwa), Kota Denpasar ( 1.488 jiwa), Gianyar (2.968 jiwa), Badung (549 jiwa), dan Jembrana (312 jiwa),"ujar Sutopo dalam keterangan tertulisnya.
Sutopo menuturkan, Karangasem telah menetapkan keadaan tanggap darurat bencana di Kabupaten Karangasem selama 14 hari mulai 27 November hingga 10 Desember 2017. Hal itu mengingat bahaya letusan Gunung Agung semakin meningkat, baik bahaya primer yaitu material piroklastik letusan Gunung Agung, maupun bahaya sekunder berupa banjir lahar hujan.
ADVERTISEMENT
"Juga penanganan pengungsi dan dampak lainnya, masa berlaku pernyatan tanggap darurat bencana ini dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai kebutuhan penanganan darurat di lapangan," kata Sutopo.
Gunung Agung (Foto: SONNY TUMBELAKA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Agung (Foto: SONNY TUMBELAKA / AFP)
Menurut Sutopo, sebagian masyarakat yang masih memilih untuk tidak mengungsi disebabkan beberapa alasan, seperti terbatasnya pemahaman masyarakat akan ancaman erupsi hingga alasan spiritual.
"Sebagian masyarakat menganggap bahwa erupsi Gunung Agung adalah peristiwa spiritual sehingga mereka memasrahkan diri sepenuhnya pada kekuasaan Tuhan. Ada juga alasan menjaga ternak, lahan pertanian, dan rumahnya,"tutur Sutopo.
Selain itu, Sutopo juga menuturkan, masih ada sebagian masyarakat yang menantang diri untuk melakukan swafoto di tempat berbahaya seperti kawasan Gunung Agung saat ini.
"Di media sosial sudah ada beberapa anak muda yang naik ke dekat puncak gunung dan berendam di banjir lahar hujan. Jelas ini sangat berbahaya,"kata Sutopo.
ADVERTISEMENT
Sutopo tak menampik bahwa ancaman erupsi Gunung Agung akan semakin meningkat. Terlebih, jika nanti terdapat letusan vertikal yang dapat melontarkan lava pijar batu, bom dan sebagainya.
"Kemarin siang sekitar pukul 13:00 WITA (28/11) terjadi tremor menerus yang overscale, yang kemudian terjadi letusan disertai lontaran batu hingga di radius 4 kilometer dari puncak kawah. PVMBG dan masyarakat melaporkan adanya lontaran batu dari letusan Gunung Agung. Ini sangat berbahaya," ujar Sutopo.