Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci Bijak Finansial Keluarga Berpenghasilan Rendah

LPEM FEB UI
LPEM FEB UI adalah lembaga penelitian di bawah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan komunitas peneliti akademik terbesar di Universitas Indonesia.
Konten dari Pengguna
20 Mei 2021 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari LPEM FEB UI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyampaian Riset oleh Suliasti Dono Iskandar (LPEM FEB UI) dalam Webinar Forum Kajian Pembangunan| Sumber: LPEM FEB UI
zoom-in-whitePerbesar
Penyampaian Riset oleh Suliasti Dono Iskandar (LPEM FEB UI) dalam Webinar Forum Kajian Pembangunan| Sumber: LPEM FEB UI
ADVERTISEMENT
Jakarta, 20 Mei 2021. Terlepas dari adanya manfaat dibalik mendorong pemberdayaan perempuan, Pemerintah Indonesia tampaknya masih belum memberikan perhatian yang cukup terhadap isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya realisasi anggaran untuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta untuk program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan hingga tahun 2020. Salah satu manfaat pemberdayaan perempuan telah didukung oleh beberapa studi yang menyatakan bahwa perempuan yang lebih berdaya dalam masyarakat akan menghasilkan keputusan keuangan, seperti tabungan, yang lebih baik untuk rumah tangga. Temuan ini penting, terutama di masa pandemi COVID-19, di mana orang dapat dengan mudah kehilangan sumber pendapatan akibat pembatasan kegiatan. Perilaku menabung masyarakat menjadi sangat penting demi menghindari disrupsi keuangan yang mengubah hidup rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Forum Kajian Pembangunan (FKP) bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pada Selasa, 18 Mei 2021 mengadakan Public Webinar yang bertajuk “Household Saving and Banking Behaviour Indonesia”. Pada sesi kedua pelaksanaan webinar ini, Sulistiadi Dono Iskandar (LPEM FEB UI) bersama Faradina Alifia Maizar (LPEM FEB UI) memaparkan hasil studinya yang berjudul “Dengarkan Istrimu Ketika Melakukan Keputusan terkait Menabung: Daya Negosiasi Perempuan dan Keluaran Tabungan Rumah Tangga di Indonesia”.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah bargaining power perempuan yang lebih tinggi dalam keluarga di Indonesia akan mempengaruhi tabungan rumah tangga. Hal ini didasarkan pada beberapa studi sebelumnya bahwa perempuan di negara-negara berkembang lebih bijak dalam hal keputusan keuangan. Dengan memanfaatkan tiga gelombang data Indonesia Family Life Survey (IFLS) (2000, 2007, 2014), studi ini menggunakan fixed effect model untuk mencapai tujuan tersebut. Lebih lanjut mengenai data, Sulistiadi menjelaskan bahwa sampel data IFLS merepresentasikan 83% populasi penduduk Indonesia dan memuat lebih dari 30.000 individu yang tinggal di 13 provinsi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hasil studi menunjukkan bahwa tabungan rumah tangga secara keseluruhan akan meningkat sebesar 24% jika istri terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan tingkat pendapatan, pengaruh keterlibatan istri dalam keputusan menabung cenderung lebih tinggi untuk rumah tangga berpenghasilan lebih rendah dan semakin berkurang untuk rumah tangga berpenghasilan lebih tinggi. “Perilaku menabung pada perempuan cenderung memudar ketika mereka menjadi lebih sejahtera” ujar Sulistiadi. Sulistiadi menerangkan “Hasil ini dapat menjadi dasar bagi Pemerintah Indonesia untuk mempromosikan lebih banyak program yang dapat meningkatkan bargaining power perempuan, seperti program yang memungkinkan perempuan memiliki akses ke pasar tenaga kerja atau mengenyam pendidikan tinggi”.
Dalam sesi tanya jawab, Sulistiadi lebih lanjut menjelaskan “Berdasarkan literatur, rumah tangga berpenghasilan menengah ke bawah memang cenderung lebih bijak finansial. Hal ini secara khusus terlihat dari literatur microfinance, di mana berbagai model microfinance saat ini menyasar perempuan menengah ke bawah karena mereka lebih menghindari risiko sehingga lebih bertanggung jawab dari sisi finansial. Yang menarik adalah mengapa hal tersebut tidak terjadi untuk rumah tangga berpenghasilan tinggi, mengapa perilaku prudensi istri menghilang ketika penghasilan rumah tangga tinggi. Untuk itu, dibutuhkan studi lebih lanjut".
ADVERTISEMENT