Antara Pawang dan Pakar Buaya

21 September 2017 9:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Steve Irwin beraksi (Foto: Wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Steve Irwin beraksi (Foto: Wikimedia commons)
ADVERTISEMENT
Satu lagi seorang warga di Kalimantan Timur tewas diterkam buaya. Mengaku sebagai seorang pawang buaya, Suprianto nekat turun ke tepian sungai untuk memanggil buaya.
ADVERTISEMENT
Buaya tersebut memang akhirnya ‘terpanggil’, namun lantas malah menyeret tubuh Suprianto hingga tubuhnya tak lagi terlihat di permukaan sungai. Namun sebenarnya, bagaimanakah seharusnya seorang pawang bergerak? Apa bedanya dengan pakar buaya?
Buaya adalah salah satu hewan reptil yang umumnya tinggal di area tropis. Hewan karnivora ini umumnya berada di air tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah. Namun, terdapat jenis buaya yang hidup di air payau, seperti buaya muara. Total ada 23 spesies buaya, 17 di antaranya masuk dalam kategori langka bahkan ada yang terancam punah.
Sebagai hewan karnivora, buaya umumnya memangsa ikan, reptil, atau mamalia. Gerakan kakinya begitu cepat, baik di air maupun di darat. Rahangnya pun sangat kuat, mampu menggigit dengan kekuatan yang luar biasa. Tak heran jika sekali menggigit, mangsanya tak bisa lepas. Buaya menyerang mangsanya dengan menerkam sekaligus menggigit, lalu menariknya ke air.
ADVERTISEMENT
Buaya dapat tumbuh lebih panjang dari 5 meter, serta memiliki berat hingga 1.200 kg. Warna kulitnya pun umumnya berwarna gelap, membuatnya terlihat ‘sama’ dengan warna air muara atau sungai yang cenderung keruh atau gelap.
Peternakan Buaya (Foto: Reuters/Athit Perawongmetha)
zoom-in-whitePerbesar
Peternakan Buaya (Foto: Reuters/Athit Perawongmetha)
Dalam menghadapi buaya, diperlukan beberapa cara khusus untuk menghindari kemungkinan buruk yang terjadi, seperti buaya yang tiba-tiba bersifat agresif lalu menyerang siapa dan apapun yang ada di depannya. Walau dalam beberapa kasus, terdapat kecerobohan yang dilakukan oleh manusia ketika berhadapan dengan buaya.
Mendiang Steve Irwin, pembawa acara The Crocodile Hunter, menjadi salah satu tokoh yang dikenal dalam dunia reptil terutama buaya. Kerap tampil dalam berbagai acara dan berhadapan langsung dengan buaya, Steve Irwin terlihat lihai dalam menghadapi agresivitas buaya di hadapannya.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah video, Steve Irwin terlihat memegang daging umpan. Kakinya terlihat menghentak beberapa kali, seakan memanggil buaya yang tengah berendam di pinggir sungai. Tak lupa, ia menggoyangkan umpan daging tersebut.
Setelah menghentakkan kaki di pinggir kolam, seekor buaya tiba-tiba muncul dan mengejar umpan yang ada di tangan Steve. Tentu, Steve bukan tanpa persiapan. Ia sudah siap dengan tongkat kayu untuk memukul mundur buaya bila bergerak agresif ke arahnya.
Selain itu, Steve juga memosisikan diri cukup jauh dengan buaya yang ada di hadapannya. Tujuannya agar ia punya cukup ruang untuk menghindar dari buaya tersebut.
Dalam sebuah sesi wawancara, Steve mengungkapkan bahwa tekniknya menghadapi buaya adalah berdasarkan hasil penelitian selama bertahun-tahun. Pria yang sudah menyelamatkan buaya sejak kecil itu menegaskan, hubungan antara manusia dengan hewan, harus berjalan seiring sejalan. Jangan sampai keserakahan manusia, membuat buaya terdesak, dan akhirnya menghapus habitat.
ADVERTISEMENT
"Jadi taktik saya adalah mengajak orang datang dan melihat ke habitatnya sambil mengajak jangan bunuh mereka. Membunuh hewan tidak akan pernah menyelesaikan masalah," ungkapnya.
Selain Steve Irwin, ada juga nama Rob Bredl, seorang pakar buaya yang akrab disebut Barefoot Bushman. Dalam videonya yang diunggah di Youtube, tampak Rob tengah memberikan penjelasan kepada khalayak yang tengah berkumpul di sekitar penangkaran buayanya. Ia duduk di atas buaya tersebut.
“Saya duduk di posisi yang aman,” kata Rob dalam videonya. Ia tampak duduk di bagian dekat ekor buaya.
Rob pun bukan ‘tanpa senjata’ saat duduk di atas buaya tersebut. Ia sudah menyiapkan sebatang kayu untuk menjaga dirinya dari serangan buaya yang tiba-tiba. Dan tentu saja, buaya yang ia duduki beberapa kali mencoba menyerang Rob. namun, karena Rob telah perhitungkan posisi yang aman, gigitan buaya pun terhindar.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa aksi, pakar buaya seperti Rob Bredl dan Steve Irwin jelas tampak profesional. Tak asal mendekat dan beraksi tanpa perhitungan, keduanya selalu siap siaga dan siap dengan benda apapun untuk menjaga diri, seperti batang kayu.
Salah satunya adalah tidak dengan gegabah ikut menenggelamkan diri ke kolam atau sungai tempat buaya berendam.
Dalam beberapa kasus, terlihat aksi yang terhitung ‘gegabah’ dan kurang berhati-hati, sehingga berujung diterkam buaya. Kasus yang terjadi di Kalimantan Timur, salah satunya.
Suprianto terlihat berendam di sungai, habitat buaya yang konon menerkam Arjuna, korban sebelumnya. Tanpa membawa alat apapun, bahkan berenang langsung di sungai tersebut, Suprianto berniat mencari buaya dan jenazah Arjuna.
Ketika buaya tiba-tiba menyerang, Suprianto pun akhirnya tak bisa melawan. Ia tak memiliki senjata, hingga akhirnya diterkam dan diseret oleh buaya.
ADVERTISEMENT
Kasus serangan buaya pun juga pernah terjadi di Thailand. Seorang pawang buaya, demi aksi yang memukau penonton, memasukkan kepalanya ke dalam mulut buaya yang sedang menganga.
Saat pawang tersebut hendak mengeluarkan kepalanya, buaya tiba-tiba menggigit kepalanya, seakan hendak mengoyak si pawang.
Dari deretan kasus yang terjadi, perilaku gegabah dan minim perhitungan menjadi salah satu kesalahan dalam menghadapi buaya yang bersifat agresif. Maka, perlu ada pemahaman dan pengalaman profesional dalam menghadapi buaya--tak hanya sekadar berani beraksi tanpa perhitungan yang matang.