Heather Heyer, Aktivis HAM yang Ditabrak Neo-Nazi di Charlottesville

15 Agustus 2017 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Heather Heyer, korban tewas di Charlottesville (Foto: REUTERS/Justin Ide)
zoom-in-whitePerbesar
Heather Heyer, korban tewas di Charlottesville (Foto: REUTERS/Justin Ide)
ADVERTISEMENT
Heather Heyer, perempuan berumur 32 tahun itu akhirnya harus menjadi korban tewas dari kericuhan Charlottesville, Virginia, Amerika Serikat pada Sabtu (12/8) lalu. Ia adalah satu dari 20 orang yang ditabrak oleh mobil--yang dengan sengaja diarahkan untuk menerjang kerumunan counter-protestor, di mana Heyer bergabung di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Heyer merupakan salah satu penolak demonstrasi Charlottesville, sebuah gerakan yang disetir oleh pendukung supremasi kulit putih. Ia bekerja di sebuah firma hukum di Virginia sebagai pendamping hukum. Selain bekerja di bidang hukum, Heyer pun banyak bergerak sebagai seorang aktivis HAM dan kerap membela hak sipil melalui kanal media sosial.
Ia sendiri datang dari Greene County, sebuah daerah kecil di Virginia. Heyer pun adalah lulusan William Monroe High School, sebuah sekolah yang dibangun sejak abad ke-18 yang semula diperuntukkan menampung imigran Inggris dan memberikan pendididkan gratis bagi para anak kulit putih. Namun kini, sekolah tersebut dengan tegas menolak dan mengutuk segala bentuk diskriminasi terhadap ras, warna kulit, kebangsaan, gender, disabilitas, hingga umur.
ADVERTISEMENT
Motto yang dengan erat dipegang oleh sekolahnya pun nyatanya turut membakar dirinya untuk terus perjuangkan keadilan, hingga momen ia berjuang dan akhirnya menjadi korban jiwa dari sebuah aksi penuh kebencian di Charlottesville.
Perlawanan terhadap ketidakadilan begitu keras ia serukan melalui unggahan media sosial pribadi miliknya, misalnya dengan foto sampul Facebooknya yang berisi kata-kata, “If you’re not outraged, you’re not paying attention” (jika kamu tidak marah, berarti kamu tidak sedang memerhatikan).
Heather Heyer, korban tewas di Charlottesville. (Foto: Heyer Facebook via REUTERS )
zoom-in-whitePerbesar
Heather Heyer, korban tewas di Charlottesville. (Foto: Heyer Facebook via REUTERS )
Unggahan Heyer pada Oktober tahun lalu pun berisi tautan dan imbauan bagi mereka yang ‘takut’ akan Islam untuk tidak membenci, melainkan bertemu dan berteman dengan umat Muslim.
Tak hanya itu, Heyer pun kerap menangani dan menjembatani kasus ketidakadilan seperti rasisme dan praktik kekerasan oleh polisi melalui Miller Law, firma hukum tempat ia bekerja. Semangatnya untuk perjuangkan keadilan hingga titik darah penghabisan ini menarik banyak simpati dari masyarakat. Felicia Correa, sahabat Heyer dari kecil pun membuka penggalangan dana untuk keluarga Heyer yang ditinggalkan.
ADVERTISEMENT
Alfred Wilson, atasan Heyer di Miller Law tahu betul alasan mengapa dirinya menghadiri demonstrasi Charlottesville, yakni untuk menyampaikan pesan bagi para simpatisan Ku Klux Klan dan neo-Nazi bahwa pemikiran mereka sangat dibenci oleh masyarakat di tempat tinggalnya.
“Heyer adalah seorang perempuan dengan opini dan karakter yang kuat,” kata Wilson, seperti dilansir Reuters.
Karena begitu besar simpati masyarakat terhadap peristiwa yang merenggut nyawanya, penggalangan dana untuk Heyer mampu mendapatkan 50 ribu dolar AS hanya dalam waktu 11 jam, dengan tiga ribu orang yang bergabung menjadi pendonor.
Perjuangan Heyer begitu menggetarkan hati masyarakat. Sosoknya pun selalu diingat sebagai bagian dari perjuangan keadilan di tengah karut marut isu rasisme di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT