Membedah Alasan Bill Gates Larang Anak Pakai Ponsel Sampai 14 Tahun

24 April 2017 16:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bill Gates, pendiri Microsoft. (Foto: Bill Gates via Facebook)
Bill Gates, seorang jenius yang telah melahirkan terobosan teknologi luar biasa bernama Microsoft, mengatur penggunaan ponsel anaknya secara ketat. Ia bahkan melarang anaknya untuk menggunakan ponsel sebelum menginjak umur 14 tahun.
ADVERTISEMENT
"Mereka protes kenapa anak-anak lain sudah memiliki ponsel lebih dulu," kata Gates, mengakui anaknya sempat tidak terima dengan aturan ayahnya tersebut. Aturan ini dibuat oleh Gates sebagai bentuk upaya menjaga hubungan tatap muka di lingkungan sosial anaknya.
Tak jarang ditemui, ketika seorang anak menangis tak keruan, orang tua akan dengan cepat mengeluarkan tablet andalannya, lalu mencarikan kartun kesukaan sang anak. Gawai menjadi senjata ampuh untuk menenangkan anak.
Anak remaja pun tak luput dari jangkitan adiktif gawai pintar. Mulai dari anak SD hingga SMA umumnya telah begitu fasih memainkan gawainya, baik untuk berkomunikasi, belajar, hingga bermain.
Pakar psikologi anak Sari Hermawan menyatakan bahwa kini masyarakat telah memasuki era teknologi, saat ponsel menjadi salah satu kebutuhan yang tak bisa dilewatkan begitu saja. Tak bisa dipungkiri, ponsel menjadi salah satu sarana untuk membangun komunikasi maupun mencari informasi yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
“Namun demikian, kalau tidak diatur penggunaannya, malah bisa jadi boomerang. Salah satunya adalah komunikasi yang malah terputus, kurang konsentrasi, hingga menjauhkan hubungan dengan keluarga,” ungkap Sari.
Sebuah laporan dari Common Sense Media menunjukkan bahwa setidaknya 50 persen anak muda kecanduan gawai pintar. Rasa candu ini dimanifestasi dalam bentuk kebutuhan untuk membalas pesan, merespon unggahan di media sosial, dan notifikasi lainnya.
“Kecanduan teknologi dapat terjadi pada siapapun,” ungkap pakar detoksifikasi digital Holland Haiis. Dalam bukunya yang berjudul Consciously Connecting: A Simple Process to Reconnect in a Disconnected World, ia menyebut teknologi sebagai ‘bentuk rasa candu baru di abad ke-21’.
Anak bermain gawai. (Foto: Wikimedia Commons.)
Bentuk candu ini dapat muncul dalam berbagai rupa. Misalnya saja dalam bentuk penurunan kemampuan dan kemauan untuk memiliki hubungan sosial dan lebih memilih untuk sendirian.
ADVERTISEMENT
“Jika anak remaja lebih tertarik bermain game di dalam rumah --dan sendirian--, lalu menolak untuk pergi keluar bertemu dengan teman-temannya dan tidak terlihat tertarik untuk membangun persahabatan, maka bisa jadi anak tersebut memiliki masalah,” ungkap Haiis.
Semua aspek perkembangan remaja secara global berlangsung antara 12 - 21 tahun. Dalam periode ini, remaja banyak mengalami masa peralihan menuju kedewasaan. Emosi yang tidak stabil, pencarian jati diri, hingga keinginan untuk eksplorasi menjadi salah satu masa yang kerap dilalui oleh anak-anak yang menginjak periode umur tersebut.
Kerentanan anak remaja yang masih cenderung emosional akhirnya menjadi salah satu pemicu candu terhadap teknologi. Dengan segala informasi, fasilitas komunikasi, hingga medium untuk aktualisasi diri seperti media sosial akhirnya menjadi pelarian bagi para remaja yang masih begitu gencar untuk eksplorasi berbagai hal.
ADVERTISEMENT
Untuk mengurangi kecanduan anak terhadap teknologi, fungsi kontrol orang tua terhadap penggunaan gawai anaknya menjadi hal yang esensial untuk mengurangi candu terhadap teknologi. Bentuk kontrol yang ditetapkan dalam berbagai cara. Misalnya, dengan aturan larangan menggunakan gawai di jam tertentu. Atau, --bila berniat melarang secara lebih keras-- dengan melarang sang anak untuk menggunakan gawai hingga ia menginjak umur tertentu, seperti halnya yang dilakukan oleh Bill Gates.
Tentunya, kontrol ini berguna untuk membantu sang anak agar mampu menggunakan gawai dengan bijak dan menjadi makhluk sosial sebagaimana mestinya.