Sering Gangguan, Apakah Halim Masih Bisa Jadi Bandara Komersil?

22 April 2017 16:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Suasana Bandara Halim Perdanakusuma. (Foto: Anggi Dwiky Darmawan/kumparan)
Kejadian Citilink dan Batik Air yang terjadi pada Jumat kemarin (21/4) menimbulkan emosi banyak penumpang. Penerbangan yang dijadwalkan terbang kemarin nyatanya harus delay berjam-jam. Pihak maskapai pun ‘diserang’ oleh para penumpang yang kecewa dan kebingungan.
ADVERTISEMENT
Bandara Halim Perdanakusuma belakangan difungsikan sebagai bandara pendukung untuk Bandara Soekarno-Hatta yang sudah terlalu padat lalu lintas udara. Sehingga, beberapa penerbangan komersial pun dialihkan ke Bandara Halim Perdanakusuma. Citilink dan Batik Air adalah maskapai yang mulai rutin terbang dari Halim Perdanakusuma.
Dengan fungsi tambahan sebagai bandara komersial, tentunya Bandara Halim Perdanakusuma perlu sinkronisasi jadwal dengan beberapa pihak lain, seperti TNI AU yang menggunakan Halim Perdanakusuma sebagai bandara untuk latihan penerbangan.
Halim juga kerap dipakai sebagai landasan tamu VVIP. Yang terakhir adalah kedatangan dan kepulangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud lalu disusul oleh Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence.
Sehingga, dalam beberapa kasus, terdapat beberapa jadwal penerbangan komersial yang terganggu jadwalnya karena terdapat kebutuhan untuk latihan militer dan kedatangan tamu negara.
ADVERTISEMENT
Menyambut Raja Saman di Bandara Halim (Foto: Rosa Panggabean/Antara)
Lantas, masih layak kah Bandara Halim Perdanakusuma untuk menjalankan fungsi sebagai bandara komersial?
Pakar penerbangan Indonesia Alvin Lie menyatakan, Bandara Halim Perdanakusuma masih layak untuk menjadi bandara komersial. Terlebih, sejauh ini belum ada pilihan alternatif yang layak sebagai bandara pendukung selain Bandara Halim Perdanakusuma. Namun, yang menjadi perhatian utama adalah fungsi Bandara Halim Perdanakusuma sebagai bandara militer dan penerimaan tamu negara.
Untuk proses sinkronisasi jadwal komersial dan militer, Bandara Halim Perdanakusuma akan mengeluarkan notam sebagai bentuk imbauan terkait jadwal prioritas militer. Sehingga, maskapai diimbau untuk mengubah jadwal penerbangannya dari jauh hari.
“Bandara Halim Perdanakusuma sebenarnya masih layak, namun akan ada waktu tertentu terjadi banyak gangguan,” ungkap Alvin saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Sabtu (22/4).
ADVERTISEMENT
Menanggapi kejadian delay Citilink dan Batik Air Jumat kemarin, Alvin menyebutkan bahwa sudah seharusnya pihak maskapai menyampaikan informasi perubahan jadwal beberapa hari sebelum penerbangan kepada pihak penumpang. Namun sayangnya, informasi disampaikan pihak maskapai secara mendadak, sehingga pihak penumpang merasa dirugikan.
Penumpang yang menunggu di ruang tunggu. (Foto: Heru Tjatur/kumparan)
“Karena itu disampaikan mendadak, serta sempat tidak disediakan akomodasi untuk istirahat dan konsumsi untuk penumpang, akhirnya penumpang sempat marah dan bersitegang dengan pihak maskapai,” kata Alvin.
Selain itu, hal yang juga disayangkan dalam penanganan keterlambatan penerbangan adalah pihak maskapai tidak menempatkan petugas yang senior dan berwenang membuat keputusan untuk bertemu dan berkomunikasi kepada penumpang.
“Disayangkan, Citilink dan Batik Air tidak menempatkan petugas yang lebih senior, bisa berkomunikasi kepada penumpang, serta memiliki kewenangan untuk membuat keputusan saat terjadi delay seperti kemarin. Seharusnya petugas yang lebih senior yang langsung turun agar dapat bertindak lebih cepat,” tutup Alvin.
ADVERTISEMENT
kumparan berusaha menghubungi Edward Sirait dan Benny Siga Butarbutar untuk mendapatkan konfirmasi, namun kedua pihak masih belum bisa dihubungi dan memberi informasi lebih lanjut.