Tantangan Melaksanakan Nilai Pancasila Bagi Kaum Millennial

1 Oktober 2017 6:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cover Kolaborasi Indonesia (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cover Kolaborasi Indonesia (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kemarin (30/9), Webinar Kolaborasi Indonesia Daring melangsungkan rangkaian hari terakhir dengan mengusung tema "Pancasila Sebagai Nilai Inti". Pemahaman Pancasila, khususnya kaum millennial, tengah menjadi sorotan. Bagaimana kaum muda memaknai Pancasila dalam kehidupan mereka sehari-hari?
ADVERTISEMENT
Masalah perkembangan Pancasila saat ini adalah belum sepenuhnya mampu menerjemahkan nilai atau prinsip Pancasila menjadi sesuatu yang lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari cara hidup masyarakat dalam menghargai perbedaan.
"Pancasila sudah dianggap menjadi darah daging dan DNA bangsa. Dalam pandangan generasi penerus saat ini, apakah mereka masih melihat Pancasila sebagai masa depan atau hanya sejarah? Itulah yang masih kita cari," kata Natalia Soebagjo, salah satu fasilitator yang mengikuti webinar daring dari Prancis.
Natalia melihat, tanpa sadar generasi millennial sedang melaksanakan nilai-nilai Pancasila melalui cara yang mereka inginkan, yaitu implementasi melalui karya dan pemanfaatan teknologi. Pengiriman pesan Pancasila dengan memanfaatkan teknologi dinilai dapat lebih meningkatkan kepekaan nilai-nilai Pancasila bagi anak muda.
ADVERTISEMENT
"Harus menggunakan teknologi. Yang terpenting, pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh anak muda. Karena makna Pancasila bisa diinterpretasikan dengan konsep mereka masing-masing. Yang sulit adalah mengemas pesannya," tambah Natalia.
Yasraf Piliang, dosen ITB dan fasilitator mengatakan, tantangan anak muda saat ini adalah bagaimana Pancasila tetap hadir dalam bentuk yang kreatif, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi.
Webinar Kolaborasi Indonesia. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Webinar Kolaborasi Indonesia. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
"Teknologi hadir untuk menghimpun orang dan menggunakan shortcut dengan media, misal film, komik, games dan lain-lain. Sekarang zaman serba cepat, terpaksa kita memanfaatkan teknologi. Saya rasa generasi muda lebih efektif dengan adanya pemanfaatan teknologi dibandingkan (metode) ceramah," kata Yasraf di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (30/9).
Namun Natalia dan Yasraf menyayangkan, Pemerintah kurang berperan menghadirkan wadah kreatif bagi anak muda untuk menanamkan nilai demokrasi dan Pancasila.
ADVERTISEMENT
"Kalau Pemerintah ingin berperan menanamkan nilai Pancasila, bangunlah ruang publik. Teknologi dan informasi tidak dapat dilepaskan melalui power. Peran pemerintah sangat penting," ujar Natalia.
Sebelum forum berakhir, H.S. Dillon mengatakan moral capitalism sangat penting untuk memberikan ruang kreasi bagi anak muda dalam upaya memahami Pancasila. Ia pun mengajak anak muda untuk bergabung bersama generasi tua dalam menghadirkan kebaruan dalam pemaknaan Pancasila.
Para peserta Webinar Kolaborasi Indonesia. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para peserta Webinar Kolaborasi Indonesia. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
Fasilitator yang hadir pada hari ketiga Webinar Kolaborasi Indonesia Daring adalah Yasraf Amir Piliang (Dosen ITB), H.S. Dillon (Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan), dan Natalia Soebagjo (Mantan Brand Chairman Tranparansi Indonesia). M. Rahmat Yananda (CEO Makna Informasi) berkesempatan menjadi moderator pada webinar kali ini.
Webinar Kolaborasi Indonesia Daring merupakan inisiasi dari Kolaborasi Indonesia yang bertujuan mengumpulkan opini publik, menawarkan gagasan, ide dan pemikiran untuk kemajuan bangsa Indonesia. Diskusi daring ini berlangsung selama tiga hari, mulai hari Kamis (28/9) dan berakhir pada Sabtu (30/9).
ADVERTISEMENT
Webinar dapat diakses melalui sebuah fitur belajar online interaktif, Classmiles. Layanan pembelajaran online ini menyediakan banyak ruang kelas virtual dan memungkinkan komunikasi interaktif antara guru dan siswa serta antar siswa.