Atmosfer Ruang Ganti yang Menentukan Kemenangan United

9 April 2018 11:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Herrera di Derbi Manchester. (Foto: REUTERS/Russell Cheyne)
zoom-in-whitePerbesar
Herrera di Derbi Manchester. (Foto: REUTERS/Russell Cheyne)
ADVERTISEMENT
Derbi Manchester yang digelar Sabtu (7/4/2018) malam WIB di Etihad Stadium tak cuma ditutup dengan kemenangan 3-2 Manchester United atas Manchester City, tapi pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di ruang ganti.
ADVERTISEMENT
Segala hal yang terjadi di babak pertama seolah menunjukkan bahwa pertandingan ini akan menjadi milik City. Bahwa pesta kemenangan City sebagai juara Premier League 2017/2018 akan segera dimulai sekitar 74 menit setelah gol kedua City yang dicetak oleh Ilkay Guendogan (31') itu.
Di babak pertama, tim besutan Josep Guardiola itu unggul dalam segala aspek. Mulai dari penguasaan bola (66%), upaya tembakan (9 berbanding 0), sampai tembakan tepat sasaran (5 berbanding 0).
Tiga pemain tengah United, Nemanja Matic, Paul Pogba, dan Ander Herrera dibuat tak berkutik. Kendati mencatatkan 4 dribel sukses, ketiga pemain tersebut tak bisa melepaskan United dari cengkeraman permainan City.
Namun, babak kedua lain cerita. United tampil buas. Angan-angan City untuk berakhir pekan sebagai juara Premier League musim ini lindap begitu saja, lantas membentuk sebuhul pengertian tentang kekuatan sang rival. Di babak pamungkas ini, United berhasil menghancurkan superioritas sampai menunda pesta juara City —setidaknya pada pekan ini.
ADVERTISEMENT
"Hari ini bukan tentang taktik. Saat turun minum, satu-satunya hal yang kami bicarakan adalah kebanggaan, tentang klub ini, tentang klub yang tidak bisa diremehkan oleh siapa pun," ungkap Herrera dilansir The Independent.
"Kebanggaan untuk bermain di Manchester United mendapat porsi terbesar dalam team talk kami di ruang ganti. Bagaimana kebanggaan kami saat bertanding di atas lapangan dan seperti apa kekecewaan para fans bila kami kalah malam itu. Ya, itulah yang kami bicarakan."
"Kami bertanding untuk mereka. Tentu kami juga memikirkan diri kami sendiri, tapi sebagian besar memang untuk fans."
Apa yang diucapkan oleh Herrera ini diamini oleh rekan setimnya, Chris Smalling. Kemenangan United malam itu berutang banyak pada rasa bersalah. Pasalnya, saat turun minum, Smalling mengaku bahwa sebagian besar pemain United merasa bersalah karena permainan dan hasil buruk mereka.
Mourinho dan Guardiola di Derbi Manchester. (Foto: Reuters/Lee Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Mourinho dan Guardiola di Derbi Manchester. (Foto: Reuters/Lee Smith)
“Saat turun minum, banyak dari kami merasa bersalah. Ia (Jose Mourinho) tak banyak bicara. Namun, ia berhasil membuat kami tak ingin menjadi badut yang cuma diam dan menyaksikan City memastikan gelar juara mereka di akhir pertandingan ini. Jadi, kami memutuskan untuk bangkit," jelas Smalling, dilansir ESPNFC.
ADVERTISEMENT
Tak ada satu pemain pun yang tak berbicara di ruang ganti saat itu. Adalah benar bahwa dua pemain yang paling senior, Ashley Young dan Michael Carrick, yang berbicara paling banyak.
Maklum, di mata pemain lain, Carrick dan Young adalah dua 'pemimpin' yang paling berpengalaman. Carrick sudah membela United sejak 2006, sedangkan Young sudah berkostum 'Setan Merah' sejak 2011.
"Tentu di ruang ganti, teman-teman kami yang paling senior, Ash (Young) dan Mike (Carrick), memiliki kata-kata paling powerful, tapi semua orang berbicara," terang Herrera.
"Kalau mau jujur, di babak pertama itu, (pada awalnya) kami tidak menderita-menderita amat. Namun, keadaan berubah sejak gol Kompany. Kami benar-benar merasa terpuruk dan 20 menit sebelum turun minum, kami bermain sangat buruk. Namun, saya senang kami dapat menyamakan bahkan membalikkan keadaan."
ADVERTISEMENT
"Yang jadi fokus kami sekarang adalah bagaimana mengakhiri musim sebagai runner up. Mungkin di lima pertandingan terakhir, kami sudah dapat memastikan target ini," pungkas Herrera.