"Lebih Baik Kalah Bersama Belgia daripada Menang seperti Prancis"

12 Juli 2018 2:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Belgia gagal ke final Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Max Rossi)
zoom-in-whitePerbesar
Belgia gagal ke final Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Max Rossi)
ADVERTISEMENT
Dalam sepak bola, terkadang bukan gol yang membikin suatu tim kalah, tapi pertahanan kokoh. Di semifinal Piala Dunia 2018, inilah yang dibuktikan oleh Timnas Belgia.
ADVERTISEMENT
Melawan Prancis di Saint Petersburg Stadium pada Rabu (11/7/2018), Belgia menelan kekalahan 0-1. Gol semata wayang Samuel Umtiti di menit 51 gagal dibalas oleh Belgia. Akibatnya, tim didikan Roberto Martinez ini tak hanya menutup pertandingan dengan raihan minor, tapi juga kehilangan tiket partai puncak Piala Dunia.
Belgia pada dasarnya tidak bisa dibilang tampil buruk. Anggapan bahwa serangan Belgia akan menjadi mati di sepanjang laga berhasil dipatahkan oleh racikan strategi Martinez. Turun arena dalam skema 4-2-3-1, serangan dari sisi kanan Belgia tetap terjaga.
Nacer Chadli yang bertugas sebagai bek kanan tak kaku dalam membantu serangan. Bahkan, tak jarang pula ia mengambil tempat di lini pertahanan lawan untuk menyediakan opsi umpan bagi Kevin De Bruyne maupun Axel Witsel.
ADVERTISEMENT
Namun yang menjadi masalah, Prancis juga punya strategi yang baik untuk menangkal serangan Belgia di sepanjang laga. Walau sempat memberikan tekanan di awal laga, Prancis cenderung untuk memfokuskan diri pada bangunan pertahanan tim.
Saat dalam situasi bertahan, para pemain Prancis membentuk skema rapi 4-3-3, dengan jarak antara pemain yang rapat dan tidak berjauhan. Jarak antarlini juga tidak terlalu renggang. Efeknya, ketika bola lolos, misalkan, dari para pemain depan, para pemain tengah sudah siap untuk membantu merebutnya.
Permainan yang demikian pada akhirnya tidak hanya menyulitkan, tapi juga mematikan Belgia. Di akhir laga, Prancis bertempik sorak. Di akhir penampilan, Belgia merutuk. Bagi The Red Devils, termasuk kiper mereka, Thibaut Courtois, Prancis melakoni laga dengan membawa prinsip anti-football.
ADVERTISEMENT
"Prancis tak melakukan apa pun selain bertahan. Kalau boleh memilih, lebih baik saya kalah di perempat final melawan Brasil. Setidaknya, Brasil tampil sebagai tim yang punya keinginan untuk bermain sepak bola. Sementara, Prancis hanya sebuah tim anti-football," papar Courtois, dilansir The Guardian.
Senada dengan Courtois, kapten Belgia, Eden Hazard, juga menyebut kekalahan Belgia lebih baik ketimbang kemenangan Prancis. Namun demikian, ia tidak dapat menyangkal bahwa Prancis bertanding dengan mengusung efisiensi.
"Lebih baik saya kalah bersama Belgia yang bermain seperti ini ketimbang menang seperti Prancis. Namun, mereka memang bertahan dengan kuat dan sangat efisien. Kami tidak dapat menemukan titik lemah mereka. Momen magis yang membikin kami dapat mencetak gol di pertandingan itu juga tidak muncul sama sekali," tutur Hazard.
ADVERTISEMENT
Proses gol Umtiti ke gawang Belgia. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
zoom-in-whitePerbesar
Proses gol Umtiti ke gawang Belgia. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
Efisiensi yang diucapkan oleh Hazard tersebut ditunjukkan dengan perbandingan penguasaan bola dan jumlah peluang yang berhasil diciptakan oleh kedua tim. Belgia memang memenangi penguasaan bola sebanyak 64%, berbanding dengan 36% milik Prancis.
Yang menjadi pembeda, bila menyoal jumlah peluang yang menggambarkan kualitas serangan, Prancis unggul jauh. Tim asuhan Didier Deschamps itu mencatatkan 19 tembakan, sementara Belgia hanya 9 tembakan. Efektif. Efisien.
Terlepas dari hasil anti-klimaks yang diraih Belgia, Hazard tetap mengaku bangga dapat bermain bersama timnya di Rusia tahun ini. Kebanggaan ini beralasan. Belgia menjadi tim dengan catatan kemenangan 100% sejak fase grup. Mereka mengalahkan juara Piala Dunia 1966, Inggris, di laga terakhir fase grup, dan juara dunia lima kali, Brasil, pada babak perempat final.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah membuktikan dan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Belgia dapat menjadi tim yang fantastis. Kalaupun kami kalah, kami kalah dari tim yang memang lebih solid. Kami boleh berbangga dengan segala hal yang berhasil kami capai. Sebagai kapten, saya bahagia dapat menjadi bagian dari tim ini," tutur Hazard mengakhiri.