Ribut-ribut tentang Nama Margaret Court Arena di Australia Terbuka

14 Januari 2018 10:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Billie Jean di konferensi pers Australia Terbuka. (Foto: AAP Image/Julian Smith/via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Billie Jean di konferensi pers Australia Terbuka. (Foto: AAP Image/Julian Smith/via REUTERS)
ADVERTISEMENT
Kontroversi yang menyeruak di Australia Terbuka 2018 tidak hanya menyoal penunjukan Maria Sharapova sebagai salah satu bintang utama di malam pengundian yang dilaksanakan Kamis (11/1), tapi juga tentang penggunaan nama lapangan Margaret Court.
ADVERTISEMENT
Margaret Court merupakan legenda tenis dunia, berkebangsaan Australia, yang meraih 64 gelar Grand Slam untuk semua nomor dengan rincian: 24 tunggal wanita, 19 ganda wanita, dan 21 ganda campuran. Di era 1960-1970-an, ia menjadi petenis yang dinilai sebagai saingan Billie Jean King, peraih 39 gelar Grand Slam untuk semua nomor (12 tunggal wanita, 16 ganda wanita, dan 11 ganda campuran) asal Amerika Serikat.
Kontroversi ini ditandai dengan komentar Billie Jean King yang menyebutkan bahwa ia akan menolak untuk bertanding seandainya ia masih belum pensiun dan ditentukan untuk bermain di lapangan Margaret Court Arena. Untuk diketahui, Margaret Court adalah salah satu lapangan yang ada di Melbourne Park, venue gelaran Australia Terbuka 2018.
ADVERTISEMENT
Penolakan Billie Jean King bermula dari pendapat Margaret Court dalam salah satu wawancara radio menyoal fenomena LGBT di ranah tenis. Sejak masih bermain, Margaret Court dinilai sebagai salah satu orang yang konservatif, yang menentang LGBT. Persaingan Margaret dan Billie Jean yang juga dibumbui rumor bahwa keduanya memang tidak akur, memang menjadi cerita lama di ranah tenis.
Dilansir The Guardian, Margaret Court meyakini bahwa keputusan yang melegalkan pernikahan sesama jenis di Australia baru-baru ini, sedikit-banyak juga dipengaruhi oleh bintang-bintang olahraga. Pendapatnya inilah yang menjadi penyebab mengapa Billie Jean berkomentar demikian.
Bagi Billie Jean yang juga dikenal lewat aksinya memperjuangkan kesetaraan atlet wanita dan pria, Margaret Court seharusnya sadar bahwa ia mengemban tanggung jawab yang tak ringan bila namanya digunakan sebagai nama lapangan untuk turnamen sekelas Australia Terbuka. Lantas, Billie Jean menyuarakan bahwa nama lapangan tersebut seharusnya diganti. Margaret Court dinilai sebagai sosok yang bukannya merangkul para petenis, tetapi menyingkirkan mereka yang dianggap berbeda.
ADVERTISEMENT
Menyoal kontroversi tentang nama lapangan ini, sejumlah petenis dunia yang bakal bertanding di Australia Terbuka pun buka suara. Sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa yang menjadi fokus mereka adalah memenangi pertandingan, bukannya mempermasalahkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan turnamen.
Petenis asal Inggris, Johanna Konta, menilai bahwa keputusan untuk menamai lapangan dengan nama Margaret Court tidak berdasar pada apa yang dipercayai Margaret, tetapi dari pencapaiannya di ranah tenis.
“Saya percaya bahwa keputusan penamaan ini tidak berdasar pada kepercayaannya (Margaret Court), tetapi dari capaiannya di dunia tenis. Sangat disayangkan karena hal ini (kepercayaan dan prestasi) dicampuradukkan, padahal keduanya adalah hal yang seharusnya terpisah.”
“Sebagian besar dari kami, kalau memang tidak semua, akan bertanding di lapangan mana pun sesuai hasil pengundian. Ribut-ribut macam ini bukan hal yang pantas untuk dibesar-besarkan. Tenis bukan olahraga yang seperti ini. Ia adalah olahraga yang menjunjung tinggi kesetaraan. Tenis adalah olahraga untuk pria dan wanita, untuk orang-orang di kursi roda. Tenis harus dirayakan dengan semangat kesetaraan seperti ini,” tegas Konta seperti dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Sementara Caroline Wozniacki, yang mengaku menonton film Battle of the Sexes dalam perjalanannya ke Australia, juga menyampaikan komentar senada dengan Johanna Konta.
“Saya benar-benar mencintai turnamen ini. Saya akan bertanding di lapangan mana pun sesuai dengan hasil pengundian. Satu-satunya yang saya rasakan, saya benar-benar bahagia bisa bertanding di turnamen ini.”
Margaret Court Arena. (Foto: DEAN TREML / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Margaret Court Arena. (Foto: DEAN TREML / AFP)
Simona Halep, petenis peringkat satu dunia saat ini, pun menyuarakan pendapatnya. Katanya, ia menghormati setiap keputusan dan jalan hidup orang lain. Apa pun yang jadi keputusan penyelenggara turnamen tidak menjadi wewenangnya. Bagiannya hanya melakoni pertandingan sedapat-dapatnya yang ia bisa.
“Saya menghormati setiap orang. Setiap orang melakukan apa yang mereka inginkan. Saya tidak akan mengomentari masalah ini. Setiap orang menjalani hidupnya masing-masing. Saya akan bermain di mana pun saya dijadwalkan. Turnamen yang memutuskan. Saya tidak punya wewenang apa pun. Jika saya dijadwalkan untuk bertanding di Margaret Court, saya akan bertanding di sana,” pungkas Simona Halep.
ADVERTISEMENT
Yang buka suara bukan hanya petenis wanita, tetapi juga dari nomor pria. Petenis asal Swiss, Stan Wawrinka, berpendapat bahwa ia akan tetap bermain di lapangan mana pun walaupun ia meyakini bahwa Margaret melakukan hal yang salah dengan berkomentar demikian.
“Pada akhirnya, apa yang dikatakan Margaret Court salah, saya meyakini hal itu. Namun, kami para petenis, akan bermain di mana pun. Menolak untuk bermain di salah satu lapangan bukan pilihan kami.”
Margaret Court di Wimbledon 1970. (Foto: CENTRAL PRESS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Margaret Court di Wimbledon 1970. (Foto: CENTRAL PRESS / AFP)
Grigor Dimitrov yang sekarang ini tercatat sebagai petenis peringkat ketiga dunia juga memiliki pendapat yang senada dengan Stan Wawrinka. “Dalam olahraga kami (tenis), tidak ada ruang buat diskriminasi. Namun, saya selalu menghargai keputusan turnamen untuk menentukan di lapangan mana saya akan bermain. Saya sangat senang ditentukan untuk bermain di Lapangan 15 atau Hisense atau di mana pun. Ini yang selalu saya lakukan.”
ADVERTISEMENT
Nick Kyrgios yang menjadi salah satu harapan tuan rumah di nomor pria berpendapat demikian, “Anda harus menerima keputusan ini sama seperti Anda menerimanya (Margaret Court) sebagai petenis. Itu sebabnya namanya digunakan sebagai nama lapangan, karena tenisnya. Saya benar-benar menyukai tenis milik Margaret Court. Saya akan mencoba untuk memblokir hal-hal lain yang tidak ada hubungan langsung dengan tenis sebagai olahraga. Dan jelas, saya tidak punya masalah dengan pernikahan sesama jenis atau hal-hal lain yang berkaitan dengannya.”
Apa pun yang menjadi kontroversinya, yang jelas Australia Terbuka bakal menjadi tempat bagi petarung ranah tenis. Olahraga dan kompetisinya memang kerap berkaitan dengan perjuangan hal-hal di luar olahraga itu sendiri. Sebutlah ideologi, politik, kepercayaan -apa pun itu, kita bisa menyebutkan masing-masing. Namun demikian, kompetisi adalah kompetisi. Ia ada untuk menentukan siapa sebenarnya yang terbaik, bukan siapa yang paling benar.
ADVERTISEMENT