news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menakar Ketahanan Produk Ekspor Nasional

Marisa Intan
Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Barat
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2021 13:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marisa Intan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi : Ketahanan Produk Ekspor Nasional, Foto : Kaique Rocha, Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi : Ketahanan Produk Ekspor Nasional, Foto : Kaique Rocha, Pexels
ADVERTISEMENT
Momen peningkatan ekspor nasional telah terjadi selama setahun terakhir. Presiden Joko Widodo pada Agustus lalu mengemukakan bahwa ekspor merupakan salah satu mesin pertumbuhan ekonomi dengan potensi pasar cukup besar seiring pemulihan ekonomi global. Ekspor memiliki peranan sebesar 22,18% terhadap perekonomian serta penambah devisa nasional. Pertanyaannya adalah seberapa besar ketahanan ekspor nasional agar tercipta kinerja positif yang berkesinambungan.
ADVERTISEMENT
Kinerja positif ekspor berimplikasi pada surplus neraca perdagangan dengan syarat impor tidak turut membengkak. Setelah sempat terpuruk akibat pandemi, aktivitas ekspor kembali menggeliat dan perlahan menunjukkan kinerja yang membanggakan. Rilis BPS menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2021 (Januari – September) nilai ekspor mencapai US$ 164,29 miliar dengan peningkatan sebesar 40,38% dibanding periode sama pada tahun 2020.
Jika ditelaah, mayoritas ekspor non migas nasional merupakan produk industri pengolahan yaitu 77,73% dan lebih dari 40% merupakan produk industri hulu dengan hasil produksi berupa bahan baku/antara. Sebut saja tiga produk utama ekspor non migas dengan kontribusi nilai terbesar yaitu 1) Lemak dan minyak hewani/nabati. Lemak nabati khususnya minyak sawit pada tiga dasa warsa terakhir digunakan sebagai bahan baku produk oleokimia atau bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan minyak, produk turunannya seperti sabun, detergen, emulsifier; 2) Bahan bakar mineral selain sifat komoditas ini tidak dapat diperbaharui juga digunakan sebagai sumber energi bagi proses produksi; 3) Besi dan baja, komoditas ini memiliki tingkat ketahanan tinggi dengan aspek pemanfaatan sangat luas, di antaranya pada industri manufaktur, konstruksi dan transportasi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, produk ekspor industri hulu ini akan mengalami proses produksi hingga menghasilkan produk akhir dan dipasarkan dengan harga kompetitif. Indonesia merupakan target utama pemasaran produk karena memiliki jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa dan peranan konsumsi rumah tangga lebih dari 55% terhadap perekonomian.
Tantangan lainnya adalah mengoptimalkan produk ekspor berteknologi tinggi. Sebagai contoh, Jawa Barat dengan kontribusi ekspor terbesar secara nasional memiliki produk unggulan seperti: 1) mesin dan perlengkapan elektrik; 2) Kendaraan dan bagiannya serta 3) mesin dan peralatan mekanis, mayoritas merupakan produk berteknologi tinggi. Meski demikian, produk ekspor berteknologi tinggi ini belum dapat berperan besar pada tingkat nasional. Tidak sedikit produk elektronik global yang diproduksi, masih merupakan produk rakitan.
ADVERTISEMENT
Fakta lainnya, industri manufaktur nasional dengan orientasi ekspor memiliki ketergantungan tinggi terhadap bahan baku impor. Sepanjang Tahun 2021 porsi impor bahan baku mencapai 75,50% dari total impor, sisanya merupakan barang modal dan konsumsi. Jenis komoditas impor nasional tertinggi yaitu mesin/peralatan mekanis dan mesin peralatan elektrik dengan peranan keduanya mencapai 28% dari total impor.

Kebijakan Pemerintah

Seperti telah disinggung bahwa produk industri manufaktur memberikan kontribusi signifikan dalam menggenjot nilai ekspor. Kebijakan strategis didesain untuk menyelaraskan percepatan pembangunan teknologi industri manufaktur terutama yang berorientasi ekspor. Hal ini pada gilirannya akan berdampak signifikan dalam mendorong kinerja ekspor.
Kementerian Perindustrian merintis peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai upaya percepatan penerapan teknologi industri 4.0. Strategi yang ditempuh di antaranya dengan mendorong percepatan pertumbuhan industri dengan kontribusi signifikan terhadap PDB,; pengembangan kawasan industri; program pusat pengembangan digital dan program pengembangan vokasional industri.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga mengupayakan kemandirian produksi dengan kebijakan substitusi impor yaitu mengoptimalkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) antara lain program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM), dan program Bangga Buatan Indonesia. Kebijakan ini diharapkan secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Secara lebih spesifik, kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan ekspor adalah dengan menjaga pasar dan produk utama, menitikberatkan pada pelaku UKM yang berorientasi ekspor, menembus negara-negara seperti Afrika, Asia Selatan dan Timur Tengah, memanfaatkan perjanjian dagang dan reformasi regulasi terkait penyederhanaan perizinan ekspor/impor.

Alternatif Strategi

Kebijakan pengembangan ekspor juga harus selaras dengan era perubahan sistem dan tatanan baru. Adopsi teknologi dan informasi seperti digitalisasi dalam proses bisnis, pemanfaatan big data, peningkatan kapasitas SDM, inovasi dan kreativitas merupakan suatu keniscayaan. Peningkatan ekspor memerlukan terobosan baru misalnya mengoptimalkan riset dan pengembangan, efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya, menjamin rantai suplai produksi serta peningkatan kemampuan SDM. Hal ini juga dimaksudkan agar produk barang dan jasa yang dihasilkan berteknologi dan berdaya saing tinggi serta menjangkau pangsa pasar lebih luas.
ADVERTISEMENT
Aktivitas ekspor harus didorong dalam bentuk produk akhir sejalan dengan kebijakan hilirisasi industri, yang telah menjadi prioritas pemerintah. Secara bertahap mengurangi peluang bagi negara lain untuk memasarkan produk akhir, sehingga kita tidak kehilangan momentum untuk memperbesar nilai tambah ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Sinergi dari seluruh pemangku kepentingan guna mengawal dan mengaplikasikan beberapa kebijakan terkait. Selain itu mengawal rantai global produk berteknologi tinggi dalam proses bisnis, pengembangan riset dan teknologi merupakan kunci agar ekspor nasional memiliki eksistensi berkelanjutan.