Gairah Angka Nol

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
Konten dari Pengguna
9 Oktober 2020 17:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi 0% Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 0% Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Di dunia ini selalu ada yang istimewa, diistimewakan atau memang istimewa. Penulis tak tahu menempatkan angka nol (0) menjadi itu di mana? Masuk dalam kategori pertama, kedua, ketiga atau ketiganya. Yang pasti angka nol itu istimewa di sini, memang saat kita belajar berhitung tak pernah dimulai dari penyebutan angka nol, dan kita memastikan mengatakan mulai angka satu, dua, dan seterusnya. Angka 10 akan menjadi nominal atau nilai yang luar biasa sewaktu penulis masih belajar di SD, karena nilai setiap mata pelajaran ata mata ujian berlaku rentang 1-10.
ADVERTISEMENT
Jika boleh disebut, 10 merupakan angka sempurna secara akademik kala itu. Dan, kini perkuliahan nampaknya hanya menerapkan rentang ABCD atau 1-4. JIka pun skripsi atau tesis kita beroleh angka 4 atau A, namun perolehan itu tak mereprentasi jaminan sukses selepas lulus dari bangku kuliah.
Belakangan angka nol telah menjadi magnet hebat hampir penghujung tahun ini rupanya mampu menggeser dominasi angka 10. Coba sedikit kita buka, ketika kita pinjam dana di bank dan dikenakan bunga 0% tentu akan sangat menarik ketimbang dengan Bunga sebesar 10%. Inilah pergerakan angka nol yang mampu mendepak bilangan 10.
Maka kemudian angka nol begitu bergairah, sekurangnya pada fase 3 (tiga) bulan ke depan, lebih karena kemenkeu mengeluarkan kebijakan bebas pajak atau pajak 0% bagi pembelian mobil baru.
ADVERTISEMENT
Lampu hijau ini menjadi lahan perebutan bagi pemilik uang atau bagi para kolektor mobil, sungguh ini sebuah kesempatan yang langka yang mampu memanjakan memiliki kendaraan yang jauh lebih murah, karena kita tak perlu lagi mengeluarkan kocek buat pajak sepeser pun.
Keadaan ini tentu saja akan berpengaruh bagi pasar mobil bekas. Ia bisa saja tetap ramai, karena masyarakat yang dananya pas-pasan tetap memilih mobil sehat tapi harga terjangkau. Atau Ia juga dapat sebaliknya, pasar mobkas menjadi sepi, karena warga lebih memilih beroleh barang baru, mutu terjaga, bergaransi dan lebih memberikan kepuasan.
Untuk masyarakat yang koceknya pas-pasan barangkali tak terpengaruh dengan kemurahan-kemurahan cara tersebut, mereka harus memoderasi diri. Artinya jer basuki mowo bea. Pembelian mobil, misalnya, mereka harus menyesuaikan dana yang sudah dikantongnya. Atau pun ketika membeli secara kredit, maka harus diperhitungkan secara matang persoalan angsuran yang menjadi tanggungjawabnya setiap waktu jatuh tempo setiap bulan. Jika tidak, maka mereka hanya akan beroleh predikat, kegedhen cagak kurang empyak (terlampau tinggi cita-cita tapi dananya tidak cukup).
ADVERTISEMENT
Rupanya kebijakan 0% membuat masyarakat berbondong-bondong menjejali showroom, dealer mobil, harapannya ekonomi tetap bergerak di pusaran pandemi covid-19. Sementara orang miskin tetap saja harus giat menabung, jika tak mau sebagai pengamat atau penonton belaka.
Secara pribadi, kebijakan 0% belum mampu mencuri hati untuk membeli produk baru mobil, karena menimbang kesiapan dana juga belum menjadi kebutuhan mendesak. Karena mobil lama masih dalam kondisi sehat dan layak jalan.
Problematiknya mungkin tidak 0% nya tapi lebih bagaimana kita mampu konsisten merawat angsuran secara regular dalam kurun 3-5 tahun mendatang. Sudah seharusnya kita tak sontak gembira (alienasi) dengan kebijakan atau sesuatu yang baru, apapun. Termasuk penerapan pajak 0% ini.
Ramai bahkan hingga inden pemesanan membeli mobil baru, sebetulnya semakin menambah volume kendaraan di jalan yang berpotensi semakin mempercepat proses bisnis kemacetan jalan raya. Sebaliknya, kala tak membeli mobil baru tersebut, sekurangnya kita membantu pemerintah mengurangi polusi udara, udara menjadi bersih mendukung gerakan masyarakat sehat maupun memperbanyak tabungan oksigen bagi kehidupan. Turut mempercantik paru-paru kota.
ADVERTISEMENT
Sabar Antre
Saat digeber relaksasi pajak mobil baru 0%, maka kemudian yang harus dilakukan oleh penyedia mobil adalah soal pelayanan publik. Karena masyarakat saat membeli itu selain murah, juga yang menjadi pertimbangan serius adalah masalah pelayan pelanggan.
Khalayak era kini selalu mendamba pelayanan yang cepat, mudah dan murah. Juga informatif. Karena tanpa itu semua, masyarakat justru akan menuai kecewa yang pada akhirnya akan menurunkan level kepercayaan pada branded mobil tertentu atau penyedia atau dealer atau showroom tertentu.
Sekali lagi, pelayanan memuaskan dulu, pembelian produk kemudian. Tak boleh dilupakan di sini soal pelayanan pengaduan masyarakat yang menampung dan menyelesaikan segala rupa komplain, dan klaim ketidakpuasan publik. Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan kualitas pelayanan kepada masyarakat juga meningkat, maka diperlukan lompatan-lompatan perubahan yang signifikan dan dinamis dalam pelayanan publik.
ADVERTISEMENT
Invensi dan praktik berbagai aplikasi berbasis web maupun android maupun untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Pelayanan inovatif diperlukan untuk mengatasi berbagai keterbatasan, kesulitan dan hambatan dalam pelayanan. Harapannya akan terwujud pelayanan yang mudah murah, cepat, tuntas, transparan dan akuntabel serta berintegritas.
Sudah selayaknya semua pihak layak mengapresiasi atas keberanian masyarakat untuk melaporkan mal-pelayanan publik yang diterimanya. Tetapi ya harus disertai bukti yang kuat, bukan asal saja. Saya juga minta masyarakat tidak boleh macam-macam.
Jika kondisinya memang harus antre untuk memperoleh layanan, ya mesti antre yang tertib. Tak boleh mencoba menyerobot barisan maupun mencoba-coba untuk memberikan suap demi memperoleh keuntungan pribadi. Relaksasi ini pun mungkin membawa kita harus sabar meng-antre, satu masa bisa membeli mobil baru tanpa pajak. Tapi jangan-jangan waktunya habis, belum juga kesampaian mimpi itu.
ADVERTISEMENT