Jangan Jadi Penumpang Gelap Pandemi

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
Konten dari Pengguna
7 Mei 2021 11:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KAI tambah layanan stasiun GeNose Foto: Dok. Humas KAI
zoom-in-whitePerbesar
KAI tambah layanan stasiun GeNose Foto: Dok. Humas KAI
ADVERTISEMENT
Istilah “Penumpang Gelap” lagi ramai dibicarakan.
Penumpang gelap diambil dari bahasa Belanda "zwarterijder" (zwart = hitam, gelap, rijder= penumpang).
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Inggris istilah ini sulit ditemukan, kita mengenal istilah lain, yakni free rider, yang memiliki arti berbeda dengan penumpang gelap. Istilah zwarterijder populer berasal dari dunia perkeretaapian Belanda. Zwarterijder adalah penumpang yang naik tidak membayar (joglosemar, 6/5/2020).
Istilah ini lebih mirip dalam padanan “penumpang gelap” dibanding istilah free rider dari bahasa Inggris. Kata penumpang gelap terdiri dari dua kata yakni penumpang dan gelap, artinya penumpang yang tidak jelas karena tidak membayar karcis.
Kalau membayar karcis diartikan mengeluarkan uang dan uang adalah tanda effort/usaha seseorang, sedangkan naik kereta adalah kenikmatan atau kemanfaatan yang diperoleh. Maka “penumpang gelap” secara istilah dapat diartikan orang yang tidak melakukan sesuatu, tidak berkorban, tetapi mendapatkan kemanfaatan atau kenikmatan .
ADVERTISEMENT
Itulah kemudian penumpang gelap rupanya akrab berelasi dalam musim pandemi COVID-19 yang masih menghantam negeri ini, apalagi dengan terbitnya berbagai klaster baru di beberapa wilayah betul-betul membuat kita miris. Untuk itu, penerapan disiplin protokol kesehatan penting selalu ditegakkan.
Kita pahami, pandemi membuat segala segi terdampak, entah kesehatan, ekonomi, sosbud, lingkungan. Yang pasti pandemi telah membawa kepedihan yang dalam bagi kita. Jauh lebih pedih kala tak sedikit penumpang gelap yang mremo.
Saat fase awal pandemi, ada yang melakukan praktik tak terpuji dengan mencuri beberapa hand sanitizer, masker, dan lain-lain. Atau mereka yang tega mencuri uang maupun barang milik pasien COVID-19 bahkan ada juga pencuri yang menyaru satgas COVID-19.
Perilaku busuk lain juga muncul menjadi free rider ketika pandemi melilit, yakni bejibunnya penebar hoaks (berita bohong) soal COVID-19, sehingga membuat warga resah dan tidak nyaman. Mereka hanya mengurus syahwat emosional dirinya tanpa memikirkan imbas dari kelakuannya.
ADVERTISEMENT
Potret muram para penumpang gelap waktu pandemi juga hadir, seperti terjadinya praktik pelecehan terhadap para tenaga kesehatan. Pelecehan dalam bentuk verbal, kekerasan bahkan ada yang terlibat intimitas pasien dan nakes di satu titik penampungan beberapa waktu silam.
Tak kalah gelapnya, aksi mereka ini sangat-sangat menggoreskan luka bagi keluarga pasien COVID-19 yang meninggal, di Ungaran dan Banyumas pernah terjadi praktik kelam ini yang berujung penjara bagi pelaku.
Memusingkan petugas dan pihak rumah sakit, yakni adanya orang-orang yang mengambil paksa jenazah COVID-19 dengan beragam alasan tertentu. Perlakuan seperti ini muncul di belahan pulau Jawa dan luar Jawa. Sungguh sangat disayangkan hanya bermodal memaksakan kehendak tanpa menimbang soalan medis mereka bergerak ngawur.
Mudik
ADVERTISEMENT
Di tengah kesulitan ekonomi imbas pandemi karena juga keadaan PHK, maka penat finansial semakin menumpuk. Saat seperti itu, masih saja ada orang bahkan elite yang merampok uang rakyat dengan melakukan korupsi bantuan COVID-19. Elite di Kemensos tahun lalu harus berperkara hukum atas kasus itu.
Kemudian belum lama ini, proses daur ulang alat kesehatan rapid test antigen di Bandara Internasional Kualanamu dilakukan di kantor Kimia Farma di Jalan RA Kartini, Medan, seperti dilansir Kompas (30/4/2021). Praktik ilegal itu dikerjakan oleh pegawai atas suruhan dari Bussiness Manager PT Kimia Farma Medan. Praktik busuk itu membawa kekhawatiran bagi 37.500 orang yang telah menjalani tes di lokasi tersebut.
Dan, terbaru yakni adanya: Penjualan Rapid Test Antigen Ilegal di Semarang, Beromzet Miliaran Rupiah yang telah dibekuk Polda Jateng (kompas, 6/5/2021).
ADVERTISEMENT
Termasuk kawan-kawan yang nekat mudik tanpa SIKM maupun hasil test swab negatif COVID-19, mereka telah menjadi bagian penumpang gelap. Sekarang tetaplah relevan kita edukasi warga jangan sampai menjadi penumpang gelap, apapun.
Marilah kita kembali pada fitrah manusia yang punya potensi kemanusiaan. Maka sudah saatnya kita merogoh kembali roso kamanungsan kita hari ini. Mari kita menjadi pahlawan pandemi COVID-19, jauhkan kita dari praktik gelap mata dengan tidak menjadi penumpang gelap.