Membalik Disability Menjadi Ability

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2021 15:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pixabay.com
ADVERTISEMENT
Menjadi difabel bukan berarti tidak berdaya. Banyak sekali kita jumpai kawan-kawan difabel yang menjadi pengusaha sukses. Misalnya: Fanny Evrita Rotua Ritonga, penyandang tuna daksa yang memiliki bisnis produk kecantikan; Irma Suyanti, yang mengalami kekurangan fisik karena penyakit polio, berhasil menjalankan bisnis pembuatan keset.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Angkie Yudistia, seorang sociopreuneur penyandang tuna rungu pendiri Thisable Enterprise (pusat pemberdayaan ekonomi kreatif bagi penyandang disabilitas) yang sukses menjalankan bisnisnya dan sekarang menjadi staf khusus presiden. Ada juga Habibie Afsyah yang sukses sebagai pebisnis online, atau Pak Tarjono Slamet yang sukses menjadi produsen aneka mainan edukatif, dsb. Mereka bahkan tidak hanya menghidupi diri dan keluarganya, tetapi memberikan kesempatan kerja bagi orang lain.
Kalau mereka bisa, kita optimis semua juga bisa menjadi wirausahawan. Harapan kita, akan muncul wirausahawan baru. Yang perlu dicatat, seorang wirausahawan harus bisa melihat kesempatan, mengubah ancaman menjadi peluang. Selain itu, juga berani mengambil risiko, tetapi risiko yang diperhitungkan, bukan berspekulasi. Mental wirausahawan dibangun dari keberanian untuk memutuskan sebagai pengusaha, kemudian membangun citra diri yang positif, selanjutnya memiliki rencana bisnis yang jelas, jual beli barang atau jasa yang halal, tidak sekadar mencari keuntungan, serta inovatif.
ADVERTISEMENT
Di era digital ini, kewirausahaan juga harus memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi untuk membangun jejaring komunikasi, untuk saling menguatkan, saling belajar, bertukar informasi, memudahkan koneksi pasar, dll. Sekali lagi, jangan jadikan keterbatasan fisik sebagai halangan untuk sukses, karena kalau kita bersungguh-sungguh, maka Tuhan akan memberikan jalan untuk meraih keberhasilan. Jangan pernah menyerah pada keadaan. Jalani hidup dengan penuh semangat dan optimisme menuju kemandirian.
Pemberdayaan masyarakat difabel terus kita lakukan melalui berbagai pelatihan, workshop dan pendampingan. Berbagai upaya untuk menyejahterakan masyarakat difabel penting terus ditingkatkan, misalnya melalui sekolah dan desa inklusi. Roh dari inklusi adalah mendorong pemenuhan hak yang sama dengan layanan yang setara kepada semua orang termasuk masyarakat difabel, lansia, anak-anak, perempuan hamil dan serta semua masyarakat. Mari satukan tekad dan komitmen bersama untuk mewujudkannya.
ADVERTISEMENT
Dalam effort memperluas kesempatan kerja inklusif, khususnya bagi rekan-rekan difabel, perlu juga terus membangun hubungan kerja, dengan berkolaborasi bersama perusahaan atau pemberi kerja dalam memberikan pelatihan kerja dan kesempatan kerja. Kolaborasi tersebut dapat memberikan gambaran terhadap kedua belah pihak yaitu calon tenaga kerja difabel dan pemilik lapangan kerja untuk saling mengetahui kemampuan calon tenaga kerja difabel. Tak kalah penting, yakni mengadakan pelatihan dengan materi pelatihan kerja dapat terfokus pada bidang atau bagian-bagian jenis pekerjaan yang memang sedang dibutuhkan.
Selain itu di luar hubungan kerja, pelatihan kerja dapat dikemas untuk menjadikan atau membentuk tenaga kerja mandiri dan berwirausaha. Melalui program padat karya produktif dan padat karya infrastuktur yang dapat berkolaborasi dengan koperasi atau lembaga keuangan untuk membantu dan menunjang kebutuhan permodalan. Namun yang perlu digarisbawahi, minimnya pemahaman antara pemilik lapangan kerja dengan calon tenaga kerja difabel, sering membuat terhambatnya sinkronisasi pada penempatan kerja. Bahkan banyak calon tenaga kerja difabel yang produktif dan berpotensi belum mampu terserap oleh sejumlah perusahaan.
ADVERTISEMENT
Potensi masyarakat difabel dalam dunia kerja dapat dianalisa melalui ragam hambatannya, potensi kelebihan yang mereka miliki, dan memberikan kesempatan atau menempatkan mereka pada bidang pekerjaan yang potensial. Pengetahuan tersebut akan mempermudah kedua pihak yaitu calon tenaga kerja difabel dan pihak perusahaan. Contohnya, untuk difabel netra yang memiliki potensi kelebihan mereka dalam hal komunikasi dan daya ingat. Mereka dapat ditempatkan sebagai petugas call center, penulis konten, penyiar radio, telemarketing, petugas admin, terapis, analis keuangan, atau akuntan dan sebagainya.
Tanpa Diskriminasi
Difabel fisik yang memiliki potensi kelebihannya secara sensorik dan terampil, mereka dapat di tempatkan di posisi pekerjaan petugas servis elektronik, pengajar, petugas call center, sopir motor roda tiga, atau petugas admin dan sebagainya. Difabel tuli yang memiliki potensi kelebihan dalam hal konsentrasi dan visual dapat di tempatkan sebagai juru masak, house keeping, tenaga kebersihan, bidang IT, admin data entry, atau jasa pemeliharaan dan sebagainya. Difabel mental yang memiliki potensi dalam hal individual job dan akomodasi minimal, mereka dapat bekerja sebagai teknisi elektro, house keeping, tenaga admin, tenaga kebersihan, atau penata rias dan sebagainya. Difabel intelektual yang memiliki kelebihan repetitif dan endurance dapat di tempatkan atau bekerja sebagai pembuat bahan baku roti, pekerjaan packing sederhana, tenaga kebersihan, atau house keeping dan sebagainya. Peluang dan potensi kerja bagi para difabel intelektual ini untuk tujuan kemandirian, modeling, repetitif, dialy living skill, dan hobi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita butuh untuk terus mendorong berbagai perusahaan yang ada untuk mewujudkan perusahaan yang inklusi antara lain dengan mengenalkan lingkungan kerja bagi difabel dengan pekerjaan lainnya, mengintegrasikan seluruh karyawan tanpa diskriminasi dalam kegiatan-kegiatan perusahaan. Mewujudkan lingkungan kerja agar lebih akses dan inklusi, memberikan jaminan kesejahteraan yang setara bagi seluruh pekerja, serta menjamin peningkatan karier yang sama di perusahaan. Pada intinya, perusahaan harus mampu untuk menghargai dan mengakomodir keberagaman karyawannya, memungkinkan kontribusi secara penuh dan tanpa diskriminasi guna mencapai pengalaman positif dalam pekerjaan, termasuk pada tenaga kerja difabel. Pemberdayaan tenaga kerja difabel juga dapat terus dikembangkan di lingkungan kerja dengan peran serta dari pihak perusahaan.
Itulah kemudian, penting mendorong BUMN/BUMD agar memberikan ruang bekerja bagi masyarakat difabel. Pelatihan dan pendampingan kewirausahaan bagi difabel wajib dilakukan agar mereka semakin berdaya dan semakin mandiri. Kita dorong dunia usaha agar memastikan bahwa para penyandang difabel memiliki kesempatan yang sama di tempat kerja, menyediakan aksesibilitas bagi difabel, meningkatkan prospek pekerjaan dengan memfasilitasi perekrutan, mempromosikan tempat kerja yang aman, dapat diakses dan sehat dan memaksimalkan kontribusi yang dapat diberikan oleh para pekerja yang merupakan penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT