Menjadi Tukang Sensor Mandiri

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
Konten dari Pengguna
2 Desember 2021 16:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi Ajak Anak Nonton di Bioskop Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Ajak Anak Nonton di Bioskop Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memberikan proteksi kepada masyarakat, khususnya anak-anak kita, budaya sensor mandiri ini harus digalakkan. Lembaga Sensor Film (LSF) mempunyai ruang gerak yang terbatas dalam melakukan sensor. Maka segala daya upaya harus dilakukan, termasuk melakukan sinergitas dan kolaborasi antar kelembagaan dan institusi, termasuk menggandeng kerja sama dengan perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Data dari LSF RI, mencatat baru 5 persen indeks kepatuhan dari hasil penayangan produksi film di media baru menggunakan digitalisasi internet dan aplikasi berbayar terhadap konten yang diperbolehkan untuk dikonsumsi publik. Sementara, jumlah penduduk Indonesia yang lebih 200 juta jiwa tersebar di 34 Provinsi tentu tidak keseluruhan terjangkau dan dalat dilakukan oleh LSF.
Untuk itulah, masyarakat harus dibekali pengetahuan agar mampu melakukan sensor mandiri guna menangkal berbagai konten negatif, seperti pornografi termasuk yang terkandung unsur LGBT, mengandung kekerasan, ada adegan menggunakan praktik narkotika dan zat adiktif lainnya, mengandung SARA, hoaks, dan lain-lain.
Itulah kemudian, selain melakukan tugas utamanya melakukan sensor film LSF harus melakukan edukasi dan literasi masyarakat terhadap tontonan di media massa dan media sosial, serta masyarakat menyaksikan tontonan sesuai dengan perundang-undangan, yakni mengacu pada klasifikasi usia penontonnya masing-masing semua umur, remaja 13 tahun, dewasa 17 tahun dan dewasa 21 tahun.
ADVERTISEMENT
Pengaruh tontonan perlu diantisipasi pada kelompok rentan termasuk anak-anak yang jumlahnya mencapai 83 juta jiwa se-Indonesia, jangan sampai kelompok itu mendapatkan konten atau tayangan yang bukan ditujukan untuk mereka.
Melalui kolaborasi bersama dunia akademisi, maka tugas LSF RI akan terbantu untuk menjangkau bagian hilir dari konten yang ditayangkan di media massa dan media sosial. Jika para mahasiswa dan dosen telah mendapatkan penguatan dari materi yang disampaikan maka dapat menyampaikannya kembali kepada masyarakat yang lebih luas, apalagi dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kampus yang tersebar di sejumlah daerah di negeri ini. Sosialisasi program sensor mandiri dapat disisipkan melalui KKN tersebut.
Ke depan, kita harapkan LSF bisa menggandeng lebih banyak perguruan tinggi maupun komunitas lain untuk bergerak bersama memberikan pemahaman masyarakat tentang budaya sensor mandiri ini.
ADVERTISEMENT

Budaya dan Etika

Tahun 2021 pengguna internet di Indonesia meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya, yaitu dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna. Peningkatan tersebut perlu diimbangi pemahaman beraktivitas di ruang digital yang baik. Perilaku pengguna internet (warganet) Indonesia perlu ditingkatkan terus. Kita adalah bangsa yang berbudaya, tapi hal tersebut kurang terlihat sehingga ketika beraktivitas di ruang digital harus disertai dengan meningkatkan nilai budaya dan etika.
Meningkatkan kemampuan dan jumlah talenta digital merupakan salah satu amanat dari Bapak Presiden Joko Widodo dalam percepatan transformasi digital. Kalau kita bisa berdaya, 5 hingga 10 tahun lagi Indonesia akan menjadi pencipta teknologi digital. Maka itu, perlu literasi digital untuk meningkatkan pemahaman masyarakat.
Tidak saja itu, hal yang juga menarik terkait dengan pengguna internet selama pandemi Covid-19, usia 6 tahun ke atas sudah mulai ikut menjadi user internet. Sebab, rata-rata usia Sekolah Dasar (SD) melakukan home schooling. Bahkan usia sekolah di bawah SD pun seperti play group juga aktif melakukan home schooling, ini menjadi tantangan kita ke depan.
ADVERTISEMENT
Kita menyadari bahwa pesatnya perkembangan teknologi ini tidak dapat dipungkiri, apalagi di masa pandemi ini segala sesuatu dari pekerjaan, pembelajaran, hingga aktivitas-aktivitas yang kita lakukan menggunakan teknologi.
Ekosistem digital yang sekarang sudah jauh lebih maju sehingga membuat masyarakat termasuk anak-anak lebih mudah untuk mengunduh, menyaksikan dan menggandakan aneka film kesayangan. Tapi mesti diingat yang berfrasa edukasi dan seturut perkembangan usia. Kini tak sedikit anak-anak kita yang jago IT dengan segala kreativitasnya.
Menghadapi fenomena seperti ini pun bisa melibatkan banyak sekolah untuk bekerja sama dengan LSF terkait dengan Program Budaya Sensor Mandiri ini. Mulai hari ni, mari kita jadikan momentum untuk melawan pornografi, kekerasan, SARA, hoaks, radikalisme dan beberapa konten negatif lainnya.
ADVERTISEMENT