Pemberdayaan Masyarakat di Era Tatanan Baru

Marjono
Bukan arsitek bahasa, tidak pemuja kata, bergumul dalam kerumunan aksara
Konten dari Pengguna
10 September 2020 12:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marjono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Orang Desa Foto: sasint
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Orang Desa Foto: sasint
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 sekurangnya memberi pelajaran berharga bagi semua orang, termasuk menyadarkan kepada semua agar saling mengerti, bahu-membahu, bekerja sama, gotong-royong untuk mengatasi persoalan pandemi beserta dampaknya.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit contoh yang dilakukan masyarakat kita dengan berbagai macam corak sesuai dengan kondisi mereka termasuk dalam mengatasi kebutuhan ekonomi dan ketahanan pangan. Sampai saat ini, sudah lebih dari 6 bulan, masyarakat kita telah mampu bertahan pada kondisi pandemi. Hidup sederhana, hemat, efisien , berfikir kreatif dan banyak inovasi yang muncul di tengah-tengah pandemi.
Berkaca dari pengalaman tersebut, perlu kita pahami bahwa sesungguhnya masyarakat kita menyimpan segudang potensi kreativitas yang siap untuk kita kembangkan bersama. Kita harus percaya diri dan optimistis kita mampu menyelesaikan pertarungan dengan COVID-19.
Kemurungan ini memaksa masyarakat kita untuk hidup sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan untuk tidak melakukan aktivitas kehidupan yang tidak produktif yang pada akhirnya masyarakat kita mulai memasuki tatanan baru. Penggunaan daring, virtual, transaksi non tunai, displin, hidup sehat, gotong-royong menjadi pilihan yang harus dilakukan masyarakat kita pada era tatanan baru.
ADVERTISEMENT
Tuntutan tatanan baru juga memaksa Pemerintah baik Pusat, Provinsi dan Kab/Kota agar mampu menyediakan layanan kepada masyarakat untuk memasuki era tatanan baru. Kita harus berfikir keras agar masyarakat segera menyesuaikan dengan kebiasaan kebiasaan baru yang bermunculan. Mulai dari pelayanan publik, ekonomi, kesehatan, transportasi, sosial dan semua sektor mulai memunculkan gagasan baru.
Semua aktifikasi kehidupan terbukti sebagian besar dapat dilakukan di rumah, mulai ekonomi (transaksi jual beli), pembelajaran jarak jauh, berbagai seminar diskusi dsb. Yang semua efektif dn efisien telah bisa berjalan. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Akselerasi perkembangan teknologi informasi dan penyediaan aplikasi lebih cepat dari waktu yang diperkirakan sebelumnya, saat ini telah menjamur ke semua sektor kehidupan, tetapi masih sebagian masyarakat kita juga kesulitan untuk menyesuaikan kemajuan ini. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah, yang tentunya kami berharap semua masyarakat agar mampu segera menyesuaikan tatanan baru.
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan terus melakukan inovasi kebijakan untuk menyongsong memasuki tatanan baru, mulai penganggaran pembangunan yang aspiratif agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, semua kegiatan OPD mulai berbasis tatanan baru, pelayanan publik yang cepat den efisien, masyarakat diberikan akses terhadap informasi yang diperlukan, membuka lebar pintu investasi, pemenuhan kebutuhan pelayanan sosial dasar masyarakat.
Keterpurukan pertumbuhan ekonomi kita rasakan bersama, sehingga seiring dengan penanganan pandemi, sektor ekonomi harapannya segera menjadi titik balik ke arah positif. Segala upaya dan dengan kekuatan terutama modal sosial yang kita miliki pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu pilihan pada tatanan kehidupan baru.
Sumberdaya masyarakat sangat besar, kita sudah mulai di lirik para investor yang berminat untuk membangun. Sehingga kita perlu menyiapkan masyarakat kita agar mampu menangkap peluang ini. Kemampuan masyarakat menjadi kekuatan sosial agar pertumbuhan ekonomi segera pulih.
ADVERTISEMENT
Strategi pemberdayaan masyarakat mulai dari transparansi (informasi, data, perizinan dsb), akuntabel, kebersamaan, keberlanjutan, masih sangat relevan sekali untuk memasuki tatanan baru. Masyarakat terus mulai belajar dan melakukan berbagai penyesuaian.
Aras perdesaan tidak bisa dikesampingkan, pada saat pandemi kita bisa membuktikan bahwa desa telah berfungsi sebagai penopang dampak ekonomi akibat dari pandemi. Aktivitas ekonomi pertanian masih tetap berjalan, kita telah terhindar dari krisis pangan, bahkan, seperti Jawa Tengah telah mampu memproduksi beras tertinggi se Indonesia. Ini membuktikan sektor pertanian di perdesaan mampu mengatasi kesulitan ekonomi pada saat pandemi.
Mayoritas penduduk kita hidup di desa, sehingga meningkatkan peran desa menjadi salah satu mesin pertumbuhan. Penyaluran bantuan sosial diharapkan menjadi pendorong konsumsi rumah tangga sehingga menggerakkan pertumbuhan ekonomi desa.
ADVERTISEMENT
Arus uang masuk ke desa dari berbagai program mulai dari Dana Desa, JPS, Bankeu mendorong meningkatkan aktivitas masyarakat desa mulai dari BUM Desa, petani, peternak, nelayan, UMKM, uang terus berputar di desa.
Maka kemudian, upaya pemberdayaan menjadi seksi di tengah pandemi. Pemberdayaan sangat diperlukan untuk mempercepat kebangkitan perekonomian masyarakat dalam masa pandemi ini. Maka di sinilah dalam upaya mendukung geliat ekonomi, sudah dibuka kesempatan seluas-luas-nya kepada masyarakat UMKM di Jateng, agar memposting produknya di story Instagram.
Yang terpilih akan di-repost! Tentunya syarat dan ketentuan juga berlaku. Salah satunya harus produk sendiri bukan reseller. Kemudian membuat IG story tag akun @ganjar_pranowo, hastag#LapakGanjar. Jangan lupa juga, mencantumkan asal daerah (Kabupaten/Kota) dan Nomor Telepon. Di setiap edisi, produk yang ditampilkan berbeda. Contoh di awal Bulan September adalah #EDISI9 Sayur dan Buah.
ADVERTISEMENT
Mari beramai-ramai mendaftarkan usahanya. Selain bisa lebih viral produknya, juga agar mendapatkan Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (Banpres PUM), sebesar Rp. 2,4 juta bagi pelaku usaha mikro. Hal ter-sebut dilaksanakan secara bertahap melalui Kabupa-ten/Kota masing-masing, dengan kriteria tertentu. Salah satunya usaha sudah berjalan minimal 6 (enam) bulan. Kemudian juga memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), NIB/Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) melalui Online Single Submission (OSS) yang diterbitkan oleh (Kemenkop UKM). Syarat dan ketentuan lain, sumangga dipelajari lebih lanjut.
Pilot Project
Terkait hal tersebut kepada masyarakat, tak usah malas atau takut mengurus izin usaha. Karena masyarakat kita ka-dang tidak mau ribet, sak anane wae. Bahkan ada yang menganggap kalau izin itu tidak terlalu penting. Kalau sudah terpental atau karena untuk memenuhi syarat tertentu, baru bergerak.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, OSS dapat diakses melalui portal: https://oss.go.id/ (hanya bisa diakses lewat via PC/Laptop). Itulah salah satu bukti pelayanan prima bagi warga. Juga, termasuk dalam bidang sosial dan budaya, yang di masa pandemi seperti ini sangat dibutuhkan. Salah satu contoh, melalui Program “Jogo Tonggo” di Tingkat Desa/ Kelurahan, bahkan RW, masyarakat saling membantu.
Fakta di lapangan, saat ada warga yang positif COVID-19 dan kemudian dikarantina, para tetangga dengan suka rela membantu menyediakan kebutuhan keluarganya. Caranya ada yang nyantolke di pagar rumah berupa beras, susu, lauk pauk, dll. Ini lantaran kegotongroyongan sudah menjadi ruh bagi masyarakat.
Mungkin sepertinya biasa saja, tetapi itulah bukti bahwa wong Jateng itu memang gayeng. Saling bantu, saling menjaga dalam segala kahanan untuk kebaikan.
ADVERTISEMENT
Segala kebaikan tersebut perlu terus kita tingkatkan. Termasuk untuk saling mengingatkan semua pihak agar menerapkan protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan baru dalam kehidupan ke-masyarakat.
Contoh, mengingat saat ini pembelajaran masih melalui dalam jaringan (daring), maka butuh dukungan infrastruktur, jaringan, perangkat, internet dan pulsa (kuota internet). Silakan yang punya pulsa atau kuota internet bisa berbagai kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu. Berbagi ilmu juga sangat dianjurkan untuk membantu anak-anak dalam belajar.
Kalaupun saat ini ada pilot project kegiatan belajar mengajar tatap muka sesuai kebiasaan baru masih dibatasi. Hal ini lebih menimbang kehati-hatian, SOP tatap muka bisa diterapkan dengan penuh kedisiplinan. Kita tentu tidak ingin belajar mengajar tatap muka ini malah menjadi cluster baru yang memakan korban.
ADVERTISEMENT