4 Alasan Mengapa Edy Rahmayadi Harus Dipertahankan

Konten dari Pengguna
27 November 2018 7:51 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mas Saiful Bahri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
4 Alasan Mengapa Edy Rahmayadi Harus Dipertahankan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saat mayoritas pencinta sepak bola meneriakkan #EdyOut, saya justru mempunyai pemikiran bahwa Edy Rahmayadi perlu dipertahankan. Kegagalan timnas senior di Piala AFF bukan alasan untuk menurunkan Ketua Umum yang sudah banyak menorehkan prestasi di tubuh PSSI itu. Dalam sejarah, Edy Rahmayadi adalah satu-satunya ketua PSSI yang mampu melahirkan prestasi brilian selama masa kepengurusan.
ADVERTISEMENT
Saya mencatat, di masa kepengurusan Edy Rahmayadi, PSSI telah banyak melakukan terobosan luar biasa yang belum pernah dilakukan federasi lainnya, termasuk FIFA. Di tangan Edy, PSSI menjadi federasi sepak bola yang inovatif, mempunyai terobosan kebijakan brilian, dan tentu saja menghasilkan prestasi yang patut dibanggakan.
Bagi sebagian orang, prestasi hanya diukur dari gelar dan piala. Padahal, dalam sepak bola, piala hanya benda mati tak berguna. Yang paling penting dari semua itu adalah proses dan pengelolaan federasi. Jadi, meski timnas kita sudah lama tidak mengangkat piala, bukan berarti PSSI gagal dalam mengelola persepakbolaan Indonesia. Pengurus PSSI lebih memilih fokus pada proses, bukan hasil. Jadi, saat timnas selalu gagal meraih juara, bukan pengurus PSSI yang salah. Yang salah adalah masyarakat dan wartawan yang tidak memahami bahwa proses tidak akan pernah mengkhianati hasil.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, dalam catatan saya, ada empat alasan mengapa Edy Rahmayadi dan jajarannya layak dipertahankan. Atas dasar itu, menurut saya, PSSI layak masuk dalam Guinnes Book Records, sebagai federasi paling inovatif sepanjang masa. Empat alasan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Edy Rahmayadi adalah pemikir out of the box. Pemimpin yang hebat itu adalah sosok yang mampu berpikir di luar kebiasaan yang dipikirkan orang kebanyakan. Edy Rahmayadi adalah satu-satunya ketua federasi sepak bola yang mempunyai kemampuan seperti itu. Saat ditanya oleh wartawan perihal kegagalan timnas di Piala AFF, jawaban Edy Rahmayadi di luar prediksi banyak orang. Saat orang kebanyakan menganggap kegagalan timnas karena faktor teknis, pelatih, dan strategi yang tidak berjalan, Edy Rahmayadi justru mempunyai pemikiran brilian bahwa kegagalan timnas karena faktor wartawan.
ADVERTISEMENT
Coba kita bayangkan, jawaban seperti itu hanya lahir dari seseorang yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Edy Rahmayadi mampu menghasilkan pemikiran yang tak pernah dipikirkan orang kebanyakan. Jadi, saat orang kebanyakan tidak mampu memahami hasil pemikiran Edy Rahmayadi, yang salah bukan Edy sebagai sosok pemikir hebat, melainkan masyarakat yang belum nyampe pada level dia. Gampangnya, jika levelmu masih SD, jangan coba-coba memahami pemikiran Profesor sekelas Edy Rahmayadi.
Kedua, mempunyai kemampuan ilmu membelah badan dan pikiran. Jika kita cari di semua federasi sepak bola dunia, hanya di Indonesia federasi sepakbolanya dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kemampuan membagi konsentrasi di dua jabatan yang berbeda: sebagai Gubernur dan Ketua Umum PSSI. Edy Rahmayadi adalah sosok yang luar biasa karena mampu mengelola dua jabatan secara sempurna. Ia mampu mengelola dua tugas di waktu yang sama, di saat banyak orang meragukannya. Saya yakin, orang biasa tidak akan mampu melakukan apa yang Edy lakukan. Kemampuan membelah badan dan pikiran adalah pemberian ilahi kepada Edy, yang tidak diberikan kepada siapapun, termasuk kepada Michel Platini.
ADVERTISEMENT
Jadi, saat Edy mengatakan bahwa wartawan harus benar, saya rasa pernyataan beliau ada benarnya. Wartawan salah saat bertanya urusan PSSI kepada Gubernur Sumatera Utara, dan bertanya urusan Sumatera Utara kepada Ketua PSSI. Wartawan yang benar pasti akan bertanya pada narasumber yang benar. Urusan PSSI harusnya bertanya kepada Ketua PSSI, dan bukan kepada Edy yang menjabat Gubernur Sumatera Utara. Pun demikian, bertanya urusan Sumatera Utara harusnya kepada Gubernurnya, dan bukan kepada Edy yang tak lain adalah Ketua PSSI.
Ketiga, mempunyai terobosan kebijakan out of the box. Pemimpin hebat adalah seseorang yang mampu mengambil terobosan kebijakan yang tak dimiliki banyak orang. Edy Rahmayadi dan jajarannya adalah orang-orang yang mampu melakukan itu. Hanya di Indonesia kompetisi liga tetap berjalan, saat tim nasionalnya berjuang mati-matian. Saat negara lain sudah mengakhiri kompetisi demi konsentrasi di Piala AFF, Liga 1 tetap bergulir bahkan mainnya berbarengan dengan timnas kesayangan.
ADVERTISEMENT
Orang kebanyakan menganggap bahwa bergulirnya liga saat timnas berjuang di ajang antar negara merupakan kegagalan PSSI mengelola jadwal liga. Saya rasa anggapan itu salah. Justru itu adalah prestasi karena PSSI mampu mengelola dua hal sekaligus dalam satu waktu. Tak ada satupun negara di dunia ini yang mampu melakukan itu, dan hanya Edy dan jajarannya yang mampu melakukannya.
Dampak dari kebijakan itu adalah prestasi Indonesia di Piala AFF tahun ini. Indonesia mampu finis di atas Timor Leste; sebuah prestasi luar biasa yang patut disyukuri, harus disikapi dengan rendah hati, dan tidak jumawa karena sudah menyandang runner up terbaik dari bawah. Hanya di masa Edy dan jajarannya timnas Indonesia mampu finis tepat di atas Timor Leste.
ADVERTISEMENT
Keempat, Edy Rahmayadi adalah sosok penyabar. Saat orang kebanyakan tidak tahu bahwa arti coach itu adalah pelatih, dengan sabar dan telaten Edy menjelaskan kepada masyarakat tentang arti kata itu. Coba kita bayangkan, seseorang yang sudah sibuk mengurusi dua jabatan, masih sempat menjelaskan arti satu kata yang belum dipahami oleh kita. Kurang sabar apa coba beliau itu!
Dari empat alasan yang sudah saya sebut di atas, mulai saat ini masyarakat harus mulai sadar bahwa Edy Rahmayadi adalah sosok ketua PSSI terbaik dan ideal serta layak dipertahankan. Kita harus optimis bahwa di tangan Edy Rahmayadi dan jajarannya PSSI akan kembali mengukir prestasi melebihi tahun ini. Saya yakin dengan kemampuan yang sudah Edy dan jajarannya tunjukkan, di Sea Games tahun depan, tim sepak bola Indonesia akan finis tepat di atas Brunei Darussalam. Jika hal ini terwujud, maka prestasi Edy dan jajarannya akan bertambah sempurna. Semoga.
ADVERTISEMENT
*Dosen IAIN Kediri, anggota Juventus Club Indonesia (JCI) Chapter Kediri.