Ada Lara di Balik Atraksi Gajah Tunggangan

13 November 2017 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: LAKRUWAN WANNIARACHCHI / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: LAKRUWAN WANNIARACHCHI / AFP)
ADVERTISEMENT
Menunggangi gajah menjadi salah satu atraksi favorit di kebun binatang. Para pengunjung kebun binatang akan diajak berkeliling sembari menunggangi gajah. Namun tanpa disadari, di balik atraksi yang terlihat menyenangkan tersebut terdapat fakta-fakta miris di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Sebuah laporan dari World Animal Protection (WAP) mengungkap bahwa dari 3.000 gajah yang digunakan sebagai hiburan wisatawan di Asia, lebih dari tiga perempatnya berada dalam kondisi memprihatinkan. Temuan ini berdasarkan penyelidikan yang dilakukan di tempat-tempat wisata di Thailand, Sri Lanka, Nepal, India, Laos, dan Kamboja.
Thailand menjadi negara dengan jumlah gajah yang digunakan sebagai wisata terbanyak. Temuan WAP lainnya menyatakan bahwa beberapa tempat di Thailand melayani ribuan pengunjung setiap hari dengan perkiraan keuntungan ratusan ribu baht per bulannya.
Bukan hanya di Thailand, di negara-negara lain terutama di Asia, atraksi gajah menjadi objek wisata yang dapat mendatangkan pundi-pundi uang. Sayangnya situasi tersebut tidak sejalan dengan kondisi fisik para gajah.
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: HOANG DINH NAM / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: HOANG DINH NAM / AFP)
Salah satu yang terburuk terjadi pada April 2016 lalu. Seekor gajah yang bernama Samboo di objek wisata Angkor Wat, Kamboja, ditemukan mati. Samboo diduga mengalami serangan jantung akibat beban kerja yang berlebih. Kematian Samboo menjadi perhatian dunia internasional. Aktivis pencinta binatang bereaksi dengan membuat petisi menuntut penghentian eksploitasi terhadap gajah di tempat wisata.
ADVERTISEMENT
Data dari WAP menunjukkan dalam rentang waktu 2010 hingga 2016, di Thailand, sebanyak 17 gajah ditemukan mati dan 21 lainnya mengalami luka yang serius.
Dr Jan Schmidt-Burbach, peneliti dari WAP mengatakan bahwa sebelum dilatih untuk atraksi, gajah-gajah tersebut dipisahkan dengan induknya sejah masih bayi.
"Kami ingin para wisatawan mengerti bahwa banyak dari gajah ini diambil dari ibu mereka saat masih bayi, mereka dipaksa untuk bertahan dalam latihan yang keras den mengalami kondisi yang buruk sepanjang hidupnya," ujar Burbach seperti dilansir situs resmi WAP
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: ISHARA S.KODIKARA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: ISHARA S.KODIKARA / AFP)
Organisasi pelindung hewan PETA dalam situs resminya mengungkapkan buruknya perlakuan yang diterima oleh gajah-gajah tunggangan, antara lain gajah-gajah tersebut dilatih dengan keras. Mereka diikat dan tidak jarang dipukul dengan sebuah tongkat agar mematuhi perintah dari pelatihnya. Akibat dari perlakuan itu, tidak sedikit gajah yang mengalami stres.
ADVERTISEMENT
Ketika mereka tidak bekerja, gajah-gajah itu dikandangkan dalam kondisi kaki terikat rantai sehingga tidak dapat bergerak bebas.
Akibat dari kurangnya gerak bebas ini, sebagian besar gajah mengalami cedera serius pada kaki dan punggung. Yang lebih buruk lagi, gajah-gajah ini juga tidak mendapat asupan gizi dan perawatan yang mencukupi.