Hidup di Antariksa: Urine untuk Diminum sampai Tidur Berdiri

27 Juli 2017 16:57 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Antariksa (Foto: Yuri B/pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Antariksa (Foto: Yuri B/pixabay)
ADVERTISEMENT
Hidup di luar angkasa memang angan belaka untuk saat ini, namun bukan tak mungkin terwujud di masa depan. Setidaknya, seorang taipan dan ilmuwan Rusia bernama Igor Ashurbeyli sudah memulai langkah menuju ke sana.
ADVERTISEMENT
Bayangan kehidupan di luar angkasa sudah banyak terlintas sejak Hollywood “menginvasi” benak publik lewat film produksi-produksinya. Mulai dari perjalanan ke luar angkasa lewat 2001: A Space Oddysey (1968) sampai perjuangan seorang astronaut berkebun di planet Mars yang digagas Ridley Scott dengan The Martian (2015).
Tetapi sebenarnya seperti apa kehidupan manusia Bumi ketika berada di antariksa? Nyatanya, seorang astronaut butuh usaha ekstra untuk menjalani hidup di luar angkasa. Sebab banyak perbedaan antara hidup di Bumi dan antariksa. Ini termasuk soal gravitasi dan oksigen di Bumi, yang tak ada di luar angkasa.
Ilustrasi Astronaut Melayang (Foto: Commons.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Astronaut Melayang (Foto: Commons.wikipedia.org)
NASA dalam situs resminya menyebut 3 hal yang perlu dilakukan seorang astronaut untuk bertahan hidup di luar angkasa. Ketiganya penting untuk menjaga stamina.
ADVERTISEMENT
Pertama, diperlukan tubuh yang kuat. Ketika berada di Bumi, tubuh bagian bawah menopang tubuh bagian atas. Namun saat berada di luar angkasa yang nirgravitasi, manusia berada dalam keadaan melayang sehingga tubuh bagian bawah mulai kehilangan kekuatan. Itu sebabnya penting bagi astronaut untuk berolahraga setiap hari.
Graham Mann, dosen senior dan peneliti Murdoch University, mengatakan astronaut bisa menggunakan peralatan kebugaran untuk melatih aktivitas otot dengan bantuan perangkat hidrolik.
Tubuh yang melayang juga berdampak pada jantung dan darah. Mereka yang terbiasa bergerak dari atas ke bawah harus bekerja ekstra melawan gravitasi. Hasilnya, wajah astronaut akan terlihat bengkak.
Solusinya, para duta angkasa ini harus bisa mengatur waktu istirahat supaya tak pingsan.
Ilustrasi Astronaut Mandi (Foto: commons.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Astronaut Mandi (Foto: commons.wikipedia.org)
Kedua, menjaga kebersihan. Di Bumi, atau di manapun kita berada, kebersihan memang harus dijaga. Ini termasuk astronaut di antariksa. Bedanya, para astronaut tidak menggunakan kamar mandi seperti yang kita gunakan di rumah. Astronaut menggunakan sabun dan sampo khusus. Dan sabun ini tidak perlu air untuk dibilas.
ADVERTISEMENT
Satu hal lagi yang kamu perlu ketahui adalah, adanya sistem daur ulang dari limbah toilet. Untuk mengatasi kurangnya pasokan air, urine atau air seni astronaut didaur ulang menjadi air bersih untuk diminum dan kebutuhan sehari-hari lain.
“Saat para astronaut menggunakan toliet, kami tidak bisa membiarkan air seni terbuang begitu saja," kata Jennifer Pruitt, insinyur yang bekerja di Marshall Space Flight Center di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat, seperti dilansir BBC.
Pruitt bertanggung jawab mengurus sistem pemanfaatan air pada Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS).
Astronaut Soici Noguchi ketika bersih-bersih (Foto: commons.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Astronaut Soici Noguchi ketika bersih-bersih (Foto: commons.wikipedia.org)
Ketiga, usahakan semua berjalan serba-teratur. Astronaut yang tinggal di tempat sempit misal, melakukan semua dengan teratur. Mereka mengelap dinding, lantai, dan jendela agar tetap bersih.
Mereka juga menggunakan tisu basah untuk mencuci peralatan makan. Biasanya, astronaut memiliki 4 tempat sampah--3 untuk sampah kering dan 1 untuk sampah basah.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, mereka juga mempunyai alat penyedot debu atau vakum yang digunakan untuk membersihkan bagian yang sulit dijangkau, dan untuk mencegah debu keluar dari saringan udara.
Scott Kelly ketika di luar angkasa (Foto: commons.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Scott Kelly ketika di luar angkasa (Foto: commons.wikipedia.org)
Mantan astronaut NASA Scott Kelly bercerita soal pengalamannya setahun hidup di luar angkasa. Menurutnya, beradaptasi di luar angkasa cukup mudah.
Dilansir The Guardian, ia mengatakan merasa ada untung dan rugi tersendiri ketika kembali ke Bumi. Satu sisi positif yang disukainya ialah ia akhirnya dapat menyentuh air lagi untuk pertama kalinya selama setahun.
Sisi negatifnya lebih ke beradaptasi kembali untuk hidup di Bumi, dan yang menjadi tantangan terbesar di sini adalah soal pakaian.
Di luar angkasa, apapun yang ia kenakan selalu mengapung dan tak menempel pada badan karena ketiadaan gravitasi.
ADVERTISEMENT
“Kulit saya sekarang jadi sangat sensitif jika tersentuh pakaian. Rasanya perih setiap kali saya duduk atau berjalan,” kata Kelly yang saat ini disibukkan dengan agenda mengisi seminar tentang antariksa.
Aki Hoshide selfie di luar angkasa (Foto: Twitter)
zoom-in-whitePerbesar
Aki Hoshide selfie di luar angkasa (Foto: Twitter)
Tak hanya berbagi pengalaman, kepulangan Kelly ke Bumi juga ditandai dengan perubahan fisiknya. Setahun berada di luar angkasa, tinggi badan Kelly bertambah hingga 2 inci atau 5 sentimeter.
“Sesuai prediksi dan ini hanya sementara, astronaut bertambah tinggi saat berada di luar angkasa karena tulang belakangnya memanjang. Namun hal itu akan kembali ke kondisi normal tak lama setelah ia kembali ke Bumi,” kata juru bicara NASA Jeff Williams seperti dikutip CNN pada 2016.
Berdasarkan penelitian, faktor penyebab perubahan tinggi badan seorang astronaut adalah tidak adanya gravitasi di luar angkasa. Tulang manusia berupa ruas-ruas yang berhubungan, akan memanjang karena tidak adanya tarikan gravitasi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Kelly, Chris Hadfiled yang pensiunan astronaut asal Kanada juga berbagi pengalaman hidup di luar orbit Bumi.
Pada sebuah video, Chris berbagi hal unik yang akan terjadi dalam stasiun luar angkasa, antara lain air mata akan melayang saat menangis, sangat sulit memainkan gitar ketika berada di pesawat angkasa, percuma memeras pakaian yang basah karena pakaian tidak akan pernah kering, hindari memakan kacang dalam kemasan, dan perlu keahlian khusus untuk tidur karena astronaut harus tidur dalam keadaan berdiri di dalam kantong tidur terikat.
Julie Payette, juga astronaut asal Kanada, mengatakan momen tidur terasa seperti hanyut dan berada di tempat berbeda. Yang unik, tidak adanya gravitasi ternyata dapat mengurangi kebiasaan mendengkur.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang dilakukan tahun 2001 menunjukkan bahwa astronaut yang terbiasa mendengkur di Bumi, ternyata dapat tertidur tanpa mendengkur di luar angkasa. NASA membuktikan hal ini dengan merekam aktivitas awak kapal yang sering tidur dengan mendengkur.
Astronaut NASA direncanakan menginjak Mars. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Astronaut NASA direncanakan menginjak Mars. (Foto: Thinkstock)
Oke, sekarang sudah siap bermigrasi ke antariksa?