Mengenal Gajah Oling, Motif Tertua Batik Banyuwangi

24 November 2017 16:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batik Banyuwangi (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Batik Banyuwangi (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Berbicara batik Banyuwangi, aneh rasanya tanpa menyebut Gajah Oling. Di antara banyaknya motif batik Banyuwangi, motif Gajah Oling lah yang paling sering diidentikkan dengan batik asal kabupaten di ujung timur pulau Jawa tersebut.
ADVERTISEMENT
"Yang paling populer ya (motif) Gajah Oling karena sudah jadi ciri khasnya (batik) Banyuwangi," ujar Susiyati, pengrajin batik Banyuwangi dan pemilik Griya Batik Gondo Arum.
Susiyati menambahkan, motif Gajah Oling populer karena keberadaanya sudah sangat lama, bisa dibilang tertua, di antara motif-motif lainnya.
"Iya, banyak yang bilang ini (Gajah Oling) yang paling tua," kata Susiyati.
Motif batik Gajah Oling (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Motif batik Gajah Oling (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
Gajah Oling diyakini sebagai motif batik Banyuwangi yang asli dan tertua. Motif ini memiliki ciri khas bentuk seperti tanda tanya (?) yang menyerupai belalai gajah. Pendapat lain menyebut bentuk motif Gajah Oling menyerupai seekor uling atau belut.
Mengutip Ensiklopedi Banyuwangi, motif Gajah Oling dilatarbelakangi oleh sifat heroisme masyarakat Blambangan (cikal bakal Banyuwangi) untuk tidak terjajah oleh Mataram ataupun Bali. Oleh karenanya, motif Gajah Oling berbeda dengan batik Yogyakarta dan Solo (dahulu Mataram) dan Bali.
ADVERTISEMENT
Azhar Prasetyo dalam bukunya Batik Banyuwangi (2007) menyebut pemaknaan corak Gajah Oling berkaitan dengan karakter masyarakat Banyuwangi yang bersifat religius. Karena itulah Gajah yang merupakan hewan bertubuh besar berarti maha besar, sedangkan Uling adalah eling atau dalam bahasa Indonesia berarti ingat.
Secara keseluruhan Gajah Oling bermakna untuk selalu mengingat kemahabesaran Sang Pencipta yang menjadi dasar dari perjalanan hidup masyarakat Banyuwangi.
Sementara budayawan Banyuwangi, Aekanu Hariyono, mengatakan Gajah Oling layaknya perputaran hidup manusia.
"Gajah Oling itu perputarannya seperti Perputaran Hidup dalam Cokro Manggilingan. Perputarannya, perputaran yang berlawanan dengan jarum jam. Nah ornamen yang kuat dari Gajah Oling, biasanya di sini ada kembang kelapa, bunganya kelapa. Karena konsepnya, kelapa itu tidak satu pun bagian dari kelapa yang tidak memiliki manfaat untuk makhluk hidup. Apapun. Jadi konsepnya manusia ya seperti itu," ujar Aekanu.
Susiyati, pemilik griya batik Gondho Arum (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Susiyati, pemilik griya batik Gondho Arum (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
Pada penggambarannya di kain batik, biasanya terdapat motif lain yang mendampingi keberadaan motif Gajah Oling, yakni motif daun milem, bunga melati, dan manggar. Menurut Susiyati, batik produksinya terkadang mengkreasikan Gajah Oling dengan motif lain.
ADVERTISEMENT
"Namanya batik kreasi. Jadi hasil desain saya sendiri dari motif-motif yang sudah ada sebelumnya seperti Gajah Oling, Kangkung Setingkes, dan lainnya," tutur Susiyati.
Susiyati menambahkan, apapun batik kreasi yang ia produksi, motif Gajah Oling akan selalu ada.
"Kalau Gajah Oling pasti ada, karena sudah menjadi ciri khas Banyuwangi," pungkas Susiyati.
Hingga saat ini, sedikitnya ada 22 motif batik Banyuwangi yang tersimpan di Museum Budaya Banyuwangi, di antaranya: Gajah Oling, Kangkung Setingkes, Paras Gempal, Kopi Pecah, Sekar Jagad, Alas Kobong, Gedekan, Ukel, Moto Pitik, Sembruk Cacing, Blarak Semplah, Gringsing, Semanggian, Garuda, Cendrawasih, Latar Putih, Sisik Papak, Maspun, Galaran, Dilem Semplah, serta Joloan dan Kawung. Jumlah ini belum termasuk dengan motif-motif batik lain yang belum diberi nama.
ADVERTISEMENT
Sungguh kaya warisan budaya kita, bukan?