Menjadi Ayah yang Aktif Mengasuh

KitaSetara.org
kitasetara.org
Konten dari Pengguna
30 April 2017 14:49 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KitaSetara.org tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menjadi Ayah yang Aktif Mengasuh
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Momen menjadi ayah boleh jadi adalah momen yang paling menggembirakan bagi hampir semua lelaki. Itu adalah momen yang menjadi titik penting, momen dimana seorang lelaki memperoleh ladang tanggung jawab yang baru.
ADVERTISEMENT
Sayang, momen yang seharusnya menjadi momen istimewa ini kerap salah disikapi oleh banyak lelaki, atau kita sebut saja, ayah baru. Banyak ayah baru yang justru menyambut momen sebagai ayah dengan menyibukkan diri dengan aneka rutinitas dan pekerjaan. Tujuannya jelas, mengusahakan semua kebutuhan si buah hati bisa terpenuhi.
Hal ini tentu tak sepenuhnya salah, sebab memang itu adalah salah satu tugas ayah sebagai pemangku tanggung jawab. Namun begitu, terlalu menyibukkan diri dengan urusan pemenuhan kebutuhan tentu adalah pilihan yang salah.
Lahirnya si buah hati seharusnya menjadi momen yang oportunitis bagi seorang ayah untuk ikut terlibat dalam pengasuhan. Seorang ayah seharusnya aktif, bukan hanya melulu sebagai pihak di belakang layar.
Megan Cottrell, seorang pakar parenting dalam salah satu artikelnya di laman Newparent.com mengatakan bahwa salah satu kesalahan dasar seorang ayah terhadap anak, terutama balita, adalah terlalu abai terhadap pengasuhan anak karena menganggap urusan pengasuhan adalah murni wilayah ibu. Ia selalu terjebak pada konsep “Mummy is #1” yang oleh Megan Cottrell disederhanakan sebagai “assuming kids only want mum.”
ADVERTISEMENT
Banyak ayah yang menganggap bahwa ibu adalah makhluk yang paling paham terkait urusan pengasuhan, sehingga kehadiran ayah tidaklah terlalu penting. Hal ini tentu salah besar, kehadiran ayah justru sangat penting terlebih di masa-masa awal perkembangan anak.
“A common mistake that dads make with their toddlers is that they assume because their kids are young, spending time with them isn’t as important”, begitu kata Laura Markham, seorang psikolog, sekaligus penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids.
Secara mendasar, hubungan emosional antara ayah dan anak harus dibangun sedini mungkin. Sebab ia akan mempengaruhi kedekatan personal ayah dan anak di masa dewasa.
Inilah sebabnya kenapa seorang ayah selalu dituntut untuk aktif dalam mendampingi ibu dalam mengasuh anak. Sebab, ada banyak pendekatan-pendekatan pengasuhan yang sebenarnya tak terlalu dikuasai dengan baik oleh ibu.
ADVERTISEMENT
Ingat, ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuan, dan kawan terbaik bagi anak laki-laki.