ilustrasi cerita horor dinas bidan 3.jpg

Dinas Bidan: Sampai Jumpa, Dinda! (Part 10)

18 September 2020 16:50 WIB
comment
102
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor dinas bidan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor dinas bidan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pak Rahmat meraih kerisnya. Ia kembali berkomat-kamit sambil mengarahkan keris itu pada Dinda. Namun, tampaknya Dinda masih melakukan perlawanan. Bahkan suara Dinda berubah menjadi mirip sekali dengan suara mboknya.
ADVERTISEMENT
"Astaghfirullah..., Mah, lari!" Pak Rahmat meminta istrinya untuk lari, sementara itu Pak Sukra masih terkapar kesakitan.
"Jangan membuat keributan di rumahku!" sekali lagi Dinda mengibaskan lengannya membuat Pak Rahmat terpental kembali.
Keris yang tegeletak di lantai tiba-tiba melayang, Dinda yang mengendalikannya. Ia hendak melesatkan keris itu kepada Pak Rahmat.
"Dinda, jangan!" teriakku.
Keris itu melesat ke arah Pak Rahmat dan untungnya masih dapat dihindari. Pada saat genting seperti itu, Pak Sukra malah kabur. Dia ketakutan melihat Dinda yang kesurupan.
"Wahai iblis! Keluarlah dari tubuh anak ini!" bentak Pak Rahmat lalu ia berkomat-kamit.
Dinda tersenyum dingin. Dia mengangkat kedua tangannya. Seketika saja semua benda di ruangan itu melayang. Dengan kekuatan gaibnya, Dinda melesatkan benda-benda itu ke tubuh Pak Rahmat. Ia pun terjungkal. Kepalanya berdarah terkena benda tumpul.
ADVERTISEMENT
"Dinda, cukup!" bentakku.
Dinda menoleh ke arahku. Kedua bola matanya hitam pekat. Dia lalu berteriak sangat kencang, membuat telingaku berdengung. Pak Rahmat bangkit kembali. Dia merogoh sesuatu dari kantong celananya. Itu sebuah jimat yang terbuat dari kayu. Ia lemparkan jimat itu pada Dinda.
Saat itu juga Dinda terkapar tak sadarkan diri. Pak Rahmat menyentuh kening Dinda sambil terus bergumam, entah apa yang dibacanya. Lalu terdengar sebuah benda yang bergetar di kamar Mbok Ibah, Pak Rahmat pun pergi menghampiri sumber suara itu.
Aku tidak tahu apa yang dia lakukan di dalam kamar Mbok Ibah, tubuhku masih lemas dan sulit digerakkan. Sesaat kemudian Pak Rahmat muncul kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.
ADVERTISEMENT
"Mungkin iblis di dalam benda ini yang membuat Dinda menderita," ujar Pak Rahmat sambil menunjukkan benda itu padaku.
"Aku akan membakarnya," sambung Pak Rahmat.
***
Keesokan paginya, kondisiku sudah pulih. Pagi itu juga aku memutuskan untuk pulang. Pak Rahmat memesankan ojek untukku, sedangkan Dinda tampak sedih. Aku sebenarnya tidak tega meninggalkannya sendirian. Namun, keputusanku sudah bulat, aku mau minta mutasi dan menjelaskan semua yang kualami di kampung ini.
Sekitar jam 8 pagi, aku dan tukang ojek, yang aku sendiri tak tahu siapa namanya, masih terjebak di jalan yang rusak dan berlumpur. Saat kami sedang susah-payah melintasi jalan itu, tiba-tiba dari kejauhan kulihat seorang lelaki yang mengenakan cupluk hitam berdiri menatap kami. Ia membawa sebuah balok kayu.
ADVERTISEMENT
"Siapa itu, Pak?" tanyaku pada tukang ojek.
"Nggak tahu, Mbak. Siapa itu ya? Wah jangan-jangan begal," jawab tukang ojek.
Lelaki misterius itu lari menghampiri kami. Ia behasil memukul kepala si tukang ojek hingga terkapar di kubangan lumpur, sedangkan aku lari ke arah hutan pinus.
Lelaki itu mengejarku. Aku menangis sambil berteriak minta tolong. Semakin masuk ke dalam hutan pinus, suasana semakin remang karena cahaya matahari terhalang oleh rindangnya pepohonan.
Sesekali aku menoleh ke belakang. lelaki itu sudah membuka cupluknya. Dia ternyata Pak Sukra. Aku terus berteriak sambil lari sekuat tenaga.
Tak lama kemudian, sebuah balok kayu menghantam kaki kananku. Aku pun terjatuh tepat di bawah akar pohon. Pak Sukra mendekatiku. Kulihat wajah mesum itu sangat bernafsu denganku.
ADVERTISEMENT
"Maya, sekarang tidak ada yang bisa menghalangiku!"
"Bangsat, kau! Akan kulaporkan kau ke polisi!" bentakku sambil meludahinya.
Pak Sukra membuka bajunya. Dia lalu merangkulku, tapi aku mengamuk. Dia berusaha melucuti pakaianku. Sialnya dia berhasil membukanya. Aku tak bisa melawan cengkeramannya. Kali ini aku benar-benar pasrah.
Dan..., saat ia sedang menciumi wajahku, tiba-tiba saja Pak Sukra tersentak. Dia mengerang dan berteriak seperti menahan sakit.
Tubuh Pak Sukra lemas. Kuhempaskan tubuhnya. Ternyata ada golok yang menancap tepat di punggung kanan Pak Sukra. Aku juga kaget lantaran ada Dinda yang sedang berdiri di hadapanku. Kedua matanya hitam pekat, wajahnya penuh urat yang menonjol.
"Dinda...," desisku. Napasku terengah-engah.
Tubuh Dinda seketika lunglai. Ia pun jatuh terkapar di tanah.
ADVERTISEMENT
***
Sepulangnya dari kampung itu, aku tes keperawanan. Dan, hasilnya keperawananku masih utuh. Pak Sukra tidak sempat menyetubuhiku malam itu. Aku yakin pasti Dinda juga yang menyelamatkanku.
Bertahun-tahun lamanya aku tidak mengunjungi kampung itu lagi. Entah seperti apa Dinda sekarang? Mungkin dia sudah berkeluarga. Atau, bahkan sudah punya anak. Yang jelas aku sangat berutang budi kepadanya. Sebab, dia telah menyelamatkan keperawananku dari si Sukra sialan itu.
SELESAI
=======
Nantikan cerita horor selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten