screen-shot-2017-12-19-at-12732-pmpng.jpg

Hantu Banyu: Mayat di Dalam Air

4 November 2019 19:23 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
Ombak membawa kapal kayu kecil ini melaju oleng ke kanan dan ke kiri tak beraturan, membuat perut sedikit mual. Percayalah, aku tidak tahu kenapa aku bisa-bisanya ada di sini siang ini. Harusnya sekarang aku sedang membaringkan wajah di bantal atau bermain game online di rumah.
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan, aku di suguhi oleh bentangan aliran sungai berwarna coklat keruh yang menyipratkan riak airnya ke wajahku kasar, dengan lalu lalang perahu-perahu kecil lainnya, membuat ombak beradu dan manusia di dalamnya merasa semakin tidak membaik; aku.
Sepertinya hal pertama yang akan aku lakukan ketika turun dari kapal ini adalah muntah. aku memperhatikan perjalanan dengan seksama, ketika aku melihat ada segerombolan anak-anak kecil dengan riang bermain air dan berenang kecil di pinggir terdangkal sungai, lengkap dengan seorang ibu yang sedang mencuci bajunya, di sungai coklat ini.
Namun bukan itu yang menggangguku. Sekitar sepuluh meter dari sana, aku melihat ada yang memperhatikan anak-anak itu, di tengah sungai, dengan wajah yang dibenamkan setengah. Aku hanya bisa melihat setengah kepalanya; tatapan mata yang tidak terlalu jelas karena tertutup rambut panjangnya yang berantakan, ditambah dengan jarak perahu ku yang lumayan jauh dari tempat sosok itu berenang atau mengambang, entahlah.
ADVERTISEMENT
Dalam hitungan detik, sosok itu menengok ke arahku, seperti tahu sedang diperhatikan, kemudian menatapku dingin. Aku mengusap mataku, berusaha menjernihkan pandanganku dan menajamkan apa yang baru saja aku lihat. Tidak ada apa-apa di sana. Mungkin aku hanya salah lihat, efek dari mual dan pusing di atas perahu kayu ini.
Tidak lama, sekitar sepuluh menit dari kejadian tersebut, pandanganku teralihkan dengan bangunan pagoda tinggi nan indah diatas sebuah pulau kecil, bagai oase di tengah gurun pasir. Saat perahu sudah mulai menepi, aku yang lebih dahulu bergegas turun dan disambut oleh gerbang berasitektur tiongkok yang indah dan juga ornamen unik lain yang membuat rasa mabuk sungai ku tadi sedikit menghilang.
ADVERTISEMENT
Indra mengajakku mengelilingi setiap sisi dan sudut dari Pulo Kemaro itu. Pulau itu tidak terlalu besar, namun memang memiliki historis dan juga sisi mistis yang tinggi. Legenda tentang Putri dan Pangeran Tiongkok itu juga tertulis lengkap di sebuah batu besar yang menyambut di jalan setapak awal aku sampai tadi. beberapa bangunan bergaya oriental yang unik, dan juga sebuah pohon yang dipagari, yang memiliki mitos terkait percintaan.
“Ini sudah di pagerin gini pohonnya biar gak ditulis-tulis lagi sama orang alay sini nama dia sama nama pacarnya,” ujar Indra sambil terkekeh kecil.
“termasuk kamu ya ndra, pasti,” balasku mengejek Indra.
Sekitar satu jam setengah aku dan Indra menghabiskan waktu di pulau tersebut, berkeliling dan berfoto di setiap sudutnya. Hampir tidak ada satu spot pun yang aku lewatkan. Indra sibuk dengan kenalan barunya, perempuan, tentu saja.
ADVERTISEMENT
Aku sibuk memperhatikan setiap sudut dan detail bangunan yang ada di sana, hingga pandanganku kembali terlempar ke pinggir sungai, melihat sesuatu yang mengambang. Seorang dengan badan yang membengkak dan membiru.
ilustrasi
Secara reflek, aku berlari menghampiri untuk memastikan apa yang aku lihat, hingga akhirnya ada seseorang yang menarik lenganku keras sebelum aku hampir saja terjerembab ke pinggir sungai.
”Kak nak ngapoi gek tenggelem (kak mau ngapain nanti tenggelem),” kataku.
Akun hendak lari dan menyelamatkannya. Tapi ada sosok yang menahanku.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten