Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
“Kenapa dia pulang?” tanya panitia.
“Katanya ada urusan keluarga, Pak.”
ADVERTISEMENT
“Hm... tapi seharusnya dia izin ke panitia. Kalau begitu dia dianggap gugur ya.”
Doni mengangguk. Ia tidak sedikit pun menampakkan wajah panik. Acara dilanjutkan dengan beberapa seminar dari para ahli. Doni mengikuti seminar itu, tapi tidak memperhatikannya. Tatapannya kosong. Ia sepenuhnya dikendalikan oleh sesuatu. Sesekali ia melihat ke arah Hilda. Tampaknya ada sesuatu yang ingin dia perbuat pada wanita itu.
Semua acara formal selesai. Malamnya, panita mengadakan barbeque di pinggir pantai. Di sana sudah disediakan daging sapi dan ikan tuna yang siap dipanggang. Ada juga berbagai macam soft drink. Lampu-lampu kecil dipasang melingkar pantai. Sementara deburan ombak membuat suasana semakin damai.
Semua peserta terlihat gembira. Mereka berbaur, mengobrol satu sama lain, berfoto ria, dan bernyanyi bersama. Lain halnya dengan Doni. Sedari tadi dia hanya berdiam diri menghadap ke arah laut yang gelap. Dari kejauhan, terlihat kerlap-kerlip lampu perahu nelayan yang sedang berburu ikan.
ADVERTISEMENT
“Don? Doni?” Zainal menepuk pundaknya.
“Iya, Nal?” Doni menoleh.
“Si Fahri mana?”
“Pulang. Katanya sih ada urusan keluarga.”
Zainal mengangguk-angguk.
“Eh, elu kenapa diam aja sih? Ngobrol dong sama anak-anak yang lain. Nih, buat lu,” Zainal menyodorkan sekaleng minuman rasa jeruk.
Doni mengambilnya, “Terima kasih, Nal.”
“Ya sudah. Gua gabung sama anak-anak lagi ya,” kata Zainal.
Doni mengangguk. Ia lalu menoleh ke arah Hilda yang sedang asyik mengobrol. Tak lama kemudian, Doni menghampirinya. Ia mengajak Hilda berkenalan. Semakin lama, Hilda merasa nyaman mengobrol dengan Doni. Lelaki itu lalu membawa Hilda menjauh dari kerumunan orang. Mereka berjalan kecil menyusuri pinggir pantai.
***
Keesokan paginya, panitia panik mendapat laporan kalau Hilda hilang. Dia tidak ada di kamarnya. Padahal semalam ia ikut acara di pinggir pantai. Tidak ada yang tahu di mana keberadaan Hilda sekarang. Kata Zainal, semalam dia melihat Hilda bersama Doni.
ADVERTISEMENT
Pak Deni, ketua panita, langsung mendatangi kamar Doni. Beberapa kali ia membunyikan bel pintu kamar Doni. Tidak kunjung dibuka. Ia lalu meminta bantuan petugas hotel untuk membuka kamar nomor 111 karena terkunci dari dalam.
Saat pintu berhasil dibuka, semua orang yang melihat Doni berteriak histeris. Doni terkapar tewas dengan luka sayat di lehernya. Ia seperti habis menggorok lehernya sendiri dengan pisau kecil. Di dinding, ada coretan darah yang bertuliskan "Jangan Ganggu. Pergi Sekarang Juga!".
Di samping Doni, tergeletak sebuah jailangkung yang juga berlumur darah. Pak Deni lalu memeriksa kamar mandi. Ia berteriak sambil mengucap istighfar saat melihat mayat Fahri yang mati dengan keadaan mata melotot.
Itu semua perbuatan arwah Sartika. Ya, dia yang dulu pernah menjadi korban pembunuhan di kamar nomor 111. Sartika punya masa lalu yang kelam sebelum akhirnya mati di kamar nomor 111. Sartika adalah seorang pelacur yang biasa mangkal di pinggir jalan dekat dengan hotel tersebut.
ADVERTISEMENT
Malam itu memang dia sedang sial lantaran mendapat dua pelanggan bajingan yang merenggut nyawanya karena hal sepele. Dia dibunuh lantaran tidak sanggup lagi melayani kedua lelaki itu. Sekarang, arwahnya gentayangan meneror para peserta yang mengganggu kentenangannya.
***
Dua hari berlalu. Acara sudah dibubarkan. Kematian dua mahasiswa itu diberitakan oleh banyak media. Yang masih menjadi pertanyaan adalah keberadaan Hilda. Pencarian sudah dilakukan, tapi tidak membuahkan hasil. Ia menghilang. Kedua orang tua Hilda menuntut pihak kampus dan penyelenggara acara.
Kematian dua mahasiwa itu membuat hotel sepi pengunjung. Kamar nomor 111 masih disegel garis polisi. Pihak hotel berjanji tidak akan membuka kembali pemesanan untuk kamar nomor 111. Kasus kematian dua mahasiswa itu akhirnya menemukan titik terang.
ADVERTISEMENT
Penyidik menyimpulkan kalau Fahri dibunuh oleh Doni yang tidak lain adalah temannya sendiri. Sedangkan Doni diduga frustrasi lalu bunuh diri. Satu hal yang tidak bisa diungkap oleh siapa pun; tulisan di dinding. Siapa yang menulisnya?
***
Nantikan cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: