stefano-pollio-ZC0EbdLC8G0-unsplash.jpg

Hotel Bekas Pembunuhan: Hantu Kamar Sebelah (Part 10)

27 Juni 2020 16:35 WIB
comment
23
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
“Angker?” Bobi mengerutkan dahi.
“Iya, Pak. Jangan dekat-dekat dengan kamar itu!”
ADVERTISEMENT
Halah... persetan dengan angker.”
Bobi malah menendang pintu kamar. Itu membuat Heri lari ketakutan. Bobi heran lantaran tidak ada siapa-siapa di sana. Ia pun menutup kembali pintunya. Bobi sama sekali tidak takut. Sebab, yang ia alami di Gunung Pulosari jauh lebih mengerikan.
Sesaat sebelum Bobi masuk kembali ke kamarnya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang seperti mencakar-cakar pintu. Bobi pun menoleh. Tepat dari celah pintu kamar nomor 111 ada darah mengalir perlahan membasahi lantai. Bobi menggelengkan kepala.
“Sebaiknya kau tidak menggangguku. Aku sudah pernah membunuh jin seperti kau,” kata Bobi.
Dengan penuh emosi, dia tendang kembali pintu kamar itu. Kali ini tampaklah seorang wanita dengan wajah penuh darah.
ADVERTISEMENT
“Kenapa kau mengganggu manusia?” tanya Bobi.
Yang ditanya diam saja. Wajahnya datar menatap Bobi. Kedua kaki Bobi basah oleh darah. Wanita itu perlahan bangun. Kedua matanya merah. Ia mendekat kepada Bobi seperti hendak melukainya.
“Sudah kubilang. Aku pernah berhadapan dengan jin Gunung Pulosari. Kalau kau cari masalah denganku. Itu salah besar,” belum sempat wanita itu melukai Bobi, tubuhnya sudah terbakar.
Ia berteriak kesakitan sambil meminta ampun. Namun, api terus membakarnya hingga ia lenyap begitu saja seperti serpihan debu. Setelah wanita itu menghilang, tampaklah mayat seorang perempuan terbaring di atas tempat tidur. Mayat itu sudah membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Keesokan paginya, mayat itu teridentifikasi. Dia adalah Hilda, mahasiswa yang dikabarkan menghilang. Kejadian itu sangat ganjil. Keluarga Hilda malah menuduh kalau Bobi yang membunuh anaknya. Bobi pun sempat diseret ke meja hijau. Kesaksian Bobi tentang mayat Hilda memang tidak masuk akal. Tapi, tidak ada bukti kalau Bobi melakukan pembunuhan itu.
ADVERTISEMENT
Setelah kasus selesai, Bobi fukus mengurus Mira yang kondisinya masih memprihatinkan. Ia tidak pernah bicara sepatah kata pun. Bobi akhirnya meminta bantuan seorang ustaz. Dia adalah ustaz Firman yang juga ahli rukiah.
Sore itu, Mira dipakaikan mukena. Ia duduk di atas karpet permadani. Ustaz Firman mengenakan sarung tangan hitamnya. Ia lalu membaca ayat-ayat suci Alquran sambil mengarahkan telunjuknya ke kepala Mira. Seketika saja Mira tertawa terbahak-bahak. Kedua matanya melotot. Dia lalu menunjuk-nunjuk ustaz Firman.
“Siapa kau?” suara Mira terkesan besar dan mengerikan.
“Aku Firman, hamba Allah, musuh iblis. Keluar kau dari tubuh wanita ini.”
“Ini tubuh istriku,” kata sosok dalam diri Mira.
“Tak ada jin yang menikahi manusia. Sekarang keluar atau kuhancurkan kau dengan ayat suci Allah!” bentak ustaz Firman.
ADVERTISEMENT
Ustaz Firman lalu membaca kembali ayat-ayat suci Alquran. Jin di dalam tubuh Mira semakin berteriak kesakitan. Tidak lama setelah itu, tubuh Mira lemas. Ia kemudian terkapar tidak sadarkan diri.
“Kalian tidak akan bisa memusnahkanku, hahaha...,” ustaz Firman menoleh ke arah dinding.
Di sana ada bayangan hitam berbentuk genderuwo. Bobi pun mendekat kepada bayangan itu. Dengan kemampuan gaib yang ia miliki, genderuwo itu terlihat kesakitan. Sesaat sebelum menghilang, ia berteriak.
“Aku berjanji akan membawa istriku kembali,” katanya lalu lenyap begitu saja.
Semua orang di ruangan itu mengembuskan napas lega. Mira perlahan siuman. Wajahnya pucat, kedua matanya sayu.
“Om?” parau suara itu keluar dari mulut Mira.
“Akhirnya kamu sembuh...,” istri Bobi tampak bahagia.
ADVERTISEMENT
“Terima kasih ustaz. Saya tidak tahu kalau Mira ketempelan jin,” ujar Bobi.
“Sama-sama. Di gunung memang banyak jin. Kita harus hati-hati. Saya tidak menyangka kalau Pak Bobi ini sakti juga ya.”
“Saya juga baru menyadari kesaktian ini setelah naik Gunung Pulosari, Pak ustaz.”
Semenjak saat itu, Mira kembali hidup dengan normal. Ori tidak menyangka kalau Mira bisa diselamatkan. Mereka tidak akan pernah naik gunung apa pun lagi. Kejadian itu sudah cukup membuat mereka kapok.
***

Beberapa Bulan Kemudian...

Kamar nomor 111 tidak lagi bisa dipesan. Kamar itu selalu terkunci dan tidak pernah dibersihkan. Sarang laba-laba menjuntai di setiap sudut ruangan. Tempat tidurnya berdebu, tirai jendelanya selalu tertutup rapat. Kamar itu sekarang menjadi sangat menakutkan bagi seluruh pekerja di hotel itu.
ADVERTISEMENT
Padahal sebenarnya sudah tidak ada hantu di kamar itu. Hanya saja manusia yang menganggapnya angker. Tidak pernah terdengar lagi suara-suara aneh dari dalam kamar.
Tapi, Heri si resepsionis masih takut kalau malam-malam harus melintas di depan kamar itu. Semakin lama, tersebarlah isu kalau kamar nomor 111 adalah kamar khusus jin. Sesungguhnya mereka, manusia hanya menakut-nakuti dirinya sendiri.
SELESAI
***
Nantikan cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten