piqsels.com-id-fzhnf (1).jpg

Hotel Bekas Pembunuhan: Pesta Setan (Part 4)

21 Juni 2020 16:44 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan. Foto: Piqsels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan. Foto: Piqsels
ADVERTISEMENT
Zainal perlahan meletakkan kembali gagang telepon itu, ia menelan ludahnya sendiri lalu membalikkan badan. Lelaki yang barusan tidur di sampingnya sudah menghilang. Zainal terperanjat, dadanya turun naik. Segera ia pergi ke kamar mandi, ia mandi dengan sangat cepat seperti bebek. Kurang dari sepuluh menit, ia keluar dari kamar mandi dan langsung mengenakan pakaian tanpa mematut diri di depan cermin.
ADVERTISEMENT
Penampilan Zainal acak-acakan, dia bahkan belum sempat memasukkan baju kemejanya ke dalam celana. Di tangannya ada sebuah stopmap yang berisi bahan untuk prensentasi. Wajah Zainal terlihat panik saat ia duduk di meja makan bersama Fadil.
“Lu kenapa?” Fadil heran melihat penampilan temannya yang acak-acakan itu.
“Dil, di kamar gua ada setannya.”
“Hah! Serius lu?” jelas saja Fadil kaget.
“Tadi malam setan itu menyerupai lu. Dia tidur sama gua.”
Mendengar pernyataan temannya, Fadil tersedak. Segera ia meminum air putih, kedua matanya sampai berair.
“Pelan-pelan, Dil,” kata Zainal.
“Pindah... pindah kamar aja lu,” saran Fadil.
“Iya nih gua mau ngomong ke panitianya.”
“Iya nanti habis acara kita ke panitia,” kata Fadil.
ADVERTISEMENT
Selesai sarapan, mereka berdua kembali ke ballroom untuk mengikuti sesi presentasi. Di sana para peserta sudah berkumpul. Tema presentasi kali ini adalah ‘Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu’ Fadil dan Zainal sudah mempersiapkannya dengan sangat matang.
Ruangan itu bergemuruh, para peserta masih mengobrol satu sama lain sebelum akhirnya Pak Deni, ketua pelaksana, berbicara melalui microphone.
“Selamat pagi semuanya.”
“Pagi, Pak,” jawab mereka serantak.
“Baiklah, pada pagi hari ini kita akan melaksanakan sesi presentasi dari masing-masing peserta. Semuanya sudah siap?”
“Sudah, Pak!” jawab mereka kompak.
Satu persatu, mereka melakukan presentasi. Sampai akhirnya tibalah giliran Zainal yang maju ke depan. Ia menayangkan beberapa slide power point yang sudah disimpannya dalam falshdisk. Awalnya semua berjalan dengan lancar, namun di tengah-tengah presentasi, Zainal melihat ada hal aneh di antara bangku peserta.
ADVERTISEMENT
Ada sosok wanita dengan kepala penuh darah sedang duduk di antara para peserta. Wanita itu melihat ke arah Zainal dengan tatapan datar. Zainal tidak bisa menahan diri, ia menunjuk ke tengah-tengah bangku para peserta sambil menampakkan wajah ketakutan.
“Setan! Ada setan!” teriak Zainal membuat para peserta panik, mereka berdiri lalu mencari objek yang ditunjuk Zainal.
“Semua harap tenang,” Pak Deni naik ke atas panggung.
“Pak! Ada setan! Itu Pak!” Zainal terus menunjuk ke tengah-tengah bangku peserta. Wanita itu masih duduk di sana.
“Mas, tolong ambilkan air,” Pinta Pak Deni pada salah satu panitia.
Air dalam botol itu dibacakan doa-doa oleh Pak Deni, ia lalu membasuhkan air tersebut pada wajah Zainal. Seketika saja wanita yang dilihat Zainal menghilang. Ia mulai tenang, tapi napasnya masih terengah-engah.
ADVERTISEMENT
“Nggak apa-apa, semua peserta duduk kembali di tempat masing-masing. Kita akan lanjutkan presentasinya,” ujar Pak Deni.
Zainal dituntun turun dari panggung lalu diberi minum air doa-doa.
“Kamu nggak apa-apa?” tanya Pak Deni sambil menatap wajah Zainal yang masih tercengang dengan penampakan makhluk mengerikan tadi.
“Tadi ada cewek yang wajahnya penuh darah Pak. Di sana, dia duduk di sana,” tunjuk Zainal.
“Nal... lu kenapa?” Fadil menghampirinya.
“Setan Dil. Hotel ini ada setannya.”
“Pak, tolong Zainal dipindahkan kamarnya,” pinta Fadil.
“Iya, Pak. Kamar saya ada setannya.”
“Itu cuma halusinasi kamu saja. Nggak ada setan di sini,” Pak Deni menyangkal.
“Saya tetap mau pindah kamar, Pak.”
ADVERTISEMENT
“Ya sudah, nanti saya coba carikan yang mau bertukar kamar sama kamu ya.”
***
Doni, salah seorang peserta mau bertukar kamar dengan Zainal. Malam itu, ia mengajak Fahri, teman satu kampusnya untuk menginap di kamar nomor 111. Bukan untuk diskusi materi presentasi, melainkan untuk bermain jailangkung. Mereka berdua memang suka dengan hal-hal gaib.
Kebetulan Doni sudah tahu mengenai kabar pembunuhan di hotel ini. Kemarin malam ia sudah main jailangkung di kamarnya, tapi tidak terjadi apa pun. Saat diumumkan siapa yang ingin bertukar kamar dengan Zainal, jelas saja Doni senang. Dia mau coba main jailangkung di kamar itu.
“Lu tahu kalau roh itu bisa membantu kita?” ujar Doni. Lampu kamar dimatikan, mereka hanya menyalakan lilin.
ADVERTISEMENT
“Bantuan kayak gimana?” Fahri penasaran.
“Orang-orang main jailangkung buat dapetin nomor togel. Nah, kalau gua beda.”
“Bedanya?”
“Lu tahu kan kalau di kampus gua naksir banget sama si Diana. Cantik montok pula,” Doni menyeringai.
Lanjutnya, “Nah kalau di kamar ini ada rohnya, gua mau minta bantuan agar si Diana naksir juga sama gua.”
Fahri mengangguk-angguk, “Masuk akal juga sih.”
Doni lalu mengeluarkan jailangkung dari dalam tasnya. Jailangkung itu terbuat dari batok kelapa yang digambar bentuk wajah dengan spidol permanen, baju bekas dan dua batang kayu. Di ujung kayu jailangkung itu berbentuk runcing, entah kenapa dibuat seperti itu.
Keduanya langsung memegang batang jailangkung sambil mengucap mantra yang Doni dapatkan dari internet.
ADVERTISEMENT
“Jailangkung, Jailangkung. Di sini ada pesta setan, datang tak dijemput. Pulang tak diantar. Bantulah kami wahai jailangkung.”
Lima kali mereka mengucap mantra, tapi tidak terjadi apa-apa. Lilin pun masih menyala dengan tenang.
“Nggak ada Don. Percuma, udah gua balik aja ya,” Fahri bosan.
“Ya udah deh,” Doni menyalakan kembali lampu kamarnya dan meniup lilin.
***
Jam 12 malam, Doni mendengkur. Dia tidur dengan sangat nyenyak. Lampu dimatikan, yang menyala hanya lampu tidur Jailangkung tadi masih tergeletak di lantai, bersama lilin yang sudah padam. Namun... tiba-tiba lilin itu menyala kebali dengan sedirinya. Jailangkung bergerak seperti ada yang menggeserkannya, lalu seketika berdiri dengan tegak.
Jailangkung itu melayang di tengah temaramnya cahaya lilin. Dari langit-langit kamar, muncul suara seorang wanita menirukan mantra jailangkung yang diucapkan Doni. Jailangkung itu semakin mendekat, kini ia melayang di atas Doni yang sedang tidur nyenyak.
ADVERTISEMENT
***
Nantikan cerita horor Hotel Bekas Pembunuhan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten