part 9 square.jpg

Jaran Goyang 2: Mila Kau Milikku (Part 9)

29 Maret 2020 16:55 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor 'Jaran Goyang 2: Mila Kau Milikikku'. (Foto: Masayu Antarnusa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor 'Jaran Goyang 2: Mila Kau Milikikku'. (Foto: Masayu Antarnusa/kumparan)
ADVERTISEMENT
Daru dan Parman mulai ketakutan. Mila yang sedang dirasuki Ahmad semakin mendekat ke arah mereka berdua. Sebuah pisau dari dapur tiba-tiba melayang. Pisau tersebut meluncur ke wajah Daru dan menusuk tepat di bagian mata kanannya.
ADVERTISEMENT
Darah mulai keluar dan sekejap mengalir deras ke lantai. Parman berteriak. Ia merasa ngeri melihat kejadian itu.
Pisau yang menancap di wajah Daru perlahan bergerak. Pisau itu tercabut dengan sendirinya lalu melayang seperti hendak menghantam Parman. Namun, sesaat sebelum pisau itu melesat, Mbok Kartikah muncul. Ia adalah pembantu rumah Parman yang baru saja kembali dari kampung.
Mbok Kartikah terkejut dengan apa yang dilihatnya. Bibirnya kemudian bergetar merapalkan mantra. Pisau yang hampir saja membunuh Parman seketika jatuh.
Mila menoleh ke perempuan tua itu. Ia kemudian berlari menghampirinya. Leher Mbok Kartikah dicekik sekuat tenaga, namun Mbok Kartikah tetap tenang. Matanya mulai terpejam, bibirnya tak henti membaca mantra dalam bahasa Jawa.
ADVERTISEMENT
Iki panelukan ing braja. Hi kekilat kirta kama dewa kamanusan, kang mungguh ing bongkot ilat kita, kanyatahan andikaning Nabi rukun putih kang mungguh ing engah ilat kita, sang kintel putih kang mungguh ing puncak ilat kita, kanyatahan kamaciyaning Allah, iya iku kang wisesa ing braja kabeh."
Seketika Mila merasa tubuhnya panas seperti dibakar. Ia jatuh ke lantai seperti cacing kepanasan sambil berteriak minta ampun. Suara yang keluar bukanlah suara Mila, melainkan suara Ahmad.
Parman tidak menyangka kalau asisten rumah tangga Daru itu sakti juga. Mbok Kartikah mendekati Mila yang masih kesakitan. Telapak tangannya diletakkan di atas kening Mila.
“Keluar sampeyan dari tubuh ini!” bentaknya.
“Ampun! Panas! Ampun!”
Dengan sekali hentakan tangan, Ahmad keluar dari tubuh Mila. Tubuh Mila lunglai dan ambruk ke lantai. Ia kemudian dibopong oleh Parman ke tempat tidur, sementara Daru tewas dengan mengenaskan.
ADVERTISEMENT
***
Dua hari semenjak kejadian mengerikan itu, Mila dirawat di rumah sakit. Ia terbaring tidak sadarkan diri. Selang infus dipasang di lengan kanannya. Satirah, ibunya Mila, setiap hari menangisi anaknya di tepi tempat tidur. Ia tidak menyangka begitu banyak cobaan yang dialami anaknya.
“Kita harus mengadakan ritual,” kata Mbok Kartikah yang beberapa hari ini ikut mengurus Mila.
“Lakukan, Mbok, asal anak saya selamat,” pinta Parman.
“Saya bisa merasakan kalau roh Ahmad masih ada di sini.”
“Jangan biarkan dia mengganggu anak saya lagi, Mbok,” tambah Satirah.
“Jangan khawatir, Pak. Dengan ritual ini, Roh Ahmad tidak akan pernah lagi mengganggu anak Bapak. Tapi, sebelum melakukannya, saya harus mempersiapkan sesajenan terlebih dahulu.”
ADVERTISEMENT
“Mbok butuh apa? Nanti saya akan carikan,” kata Parman.
“Harus saya yang menyiapkan. Ada mantra yang harus dirapalkan saat membeli sajenan itu.”
Parman merogoh kantong celananya. Ia mengeluarkan lembaran uang berwarna merah sejumlah satu juta rupiah. Ia lalu menyerahkannya kepada Mbok Kartikah.
“Ini Mbok. Silakan cari sajenan itu. Segera lakukan ritualnya.”
Mbok Kartikah hanya mengambil tiga ratus ribu, “Segini sudah cukup, Pak.”
Sebuah jimat yang dibungkus dengan kain berwarna hitam diserahkan pada Parman, “Selipkan jimat ini di bawah bantal Mila agar ia terlindung dari roh Ahmad selama saya pergi.” Parman mengangguk.
“Mbok, terima kasih sudah berbaik hati pada keluarga kami,” Satirah menyentuh lengan Mbok.
“Tolong menolong memang sudah jadi kewajiban kita sebagai manusia,” Mbok Kartikah membalasnya dengan senyum.
ADVERTISEMENT
Kemudian ia bergegas pergi dari ruangan itu. Jimat pemberian Mbok Kartikah diselipkan di bawah bantal Mila. Parman kemudian mengelus kening anaknya yang sedang tergolek tak berdaya itu.
***
Tengah malam, Mbok Karikah belum juga datang. Parman dan Satirah tertidur di tepi ranjang Mila. Dari kolong ranjang Mila, ada darah mengalir hingga menyentuh kaki Parman.
Parman terbangun karena merasa ada sesuatu yang membasahi kakinya. Dan, saat ia tengok ke kolong, kedua mata Parman terbelalak. Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Itu sangat mengerikan sekaligus menjijikkan.
___
Nantikan cerita Jaran Goyang 2 selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten