part 10 square(4).jpg

Jaran Goyang 2: Ritual (Part 10)

30 Maret 2020 11:11 WIB
Jaran Goyang 2. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jaran Goyang 2. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Di kolong ranjang Mila ada kepala Ahmad, matanya melotot, mulutnya menganga lebar sambil mengeluarkan darah. Parman lalu mengguncangkan tubuh istrinya. Satirah bangun dengan mata yang masih terlihat mengantuk.
ADVERTISEMENT
“Ada apa, Pah?”
“Ahmad Mah. Ahmad ada di kolong ranjang Mila.”
“Hah?!”
Satirah menengok ke kolong ranjang, tapi tidak ada siapa-siapa di sana.
“Mana Pah. Nggak ada kok.”
Napas Parman turun naik. Ia coba tengok kembali ke kolong ranjang dan benar saja, tidak ada siapa-siapa di sana.
“Tadi ada kepala Ahmad dan darah di sini, Mah.”
“Ah, papah mimpi kali. Selama ada jimat dari Mbok, Ahmad tidak akan berani gangggu Mila, Pah.”
Selang beberapa saat, Mbok Kartikah datang. Ia membawa satu sisir pisang mentah, kembang tujuh rupa, kemenyan, telur ayam kampung, dan segulung rambut wanita entah dari mana dia mendapatkan semua itu.
Sukurlah Mbok datang,” kata Parman.
ADVERTISEMENT
“Silakan Mbok,” Satirah beranjak dari tempat duduknya, maksudnya ingin memberikan tempat duduk itu pada si Mbok.
Maap harus menunggu lama, tadi saya ngurus Farhan dulu sampai dia tidur. Saya duduk di lantai saja,” Mbok Kartikah meletakkan semua alat ritualnya di lantai.
“Oh, iya tidak apa-apa. Farhan baik-baik aja, kan?” tanya Parman.
“Iya, tadinya dia mau ikut ke sini, tapi saya larang karena besok Farhan harus sekolah. Dia masih kelihatan sedih kehilangan ayahnya.”
"Kami akan urus Farhan Mbok. Lambat laun dia pasti mengikhlaskan kepergian ayahnya," timpal Satirah.
Si Mbok tersenyum, ia kemudian memulai ritual. Satirah dan Parman menjauh darinya, mereka berdiri di pojok sambil memperhatikan ritual yang dilakukan si Mbok.
ADVERTISEMENT
Ia membakar kemenyan, asap mengepul, aromanya menusuk hidung. Mata si Mbok terpejam, bibirnya komat-kamit. Ranjang Mila bergetar, seperti ada sesuatu yang mengguncangkannya. Satirah, ibunya Mila, sempat panik dan hendak menghampiri anaknya, tapi Parman menahan.
“Biarkan Mbok Kartikah menyelesaikan ritualnya,” bisik Parman.
Walau Satirah menampakkan wajah khawatir, ia manut pada suaminya.
Dari kolong ranjang Mila tiba-tiba muncul tubuh Ahmad seperti sulur-sulur mie, tubuhnya panjang terjulur hingga dua meter. Parman menutup mata istrinya, ia tidak mau Satirah melihat kejadian mengerikan itu. Tidak lama, tubuh Ahmad seperti mencair lalu hilang begitu saja.
Si Mbok membuka matanya. Ia menadahkan kedua telapak tangan ke langit. Mulutnya dibuka lebar, tangan kanannya dimasukkan ke dalam mulut, seperti sedang mencomot sesuatu. Lalu ditariknya seutas benang warna hitam dari dalam tenggorokannya. Parman terkejut melihat benang yang keluar dari mulut Mbok Kartikah, benang itu terus terjulur dan putus. Panjangnya mungkin saja satu meter, si Mbok mengelap benang itu dengan ujung bajunya karena penuh dengan lendir.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian bangkit dari duduknya lalu memakaikan benang itu di pinggang Mila.
“Roh Ahmad tidak akan berani mengganggu Mila selama benang ini masih melingkar di pinggangnya,” ucap Mbok Kartikah sambil tersenyum.
“Terima kasih banyak, Mbok. Saya akan pastikan benang itu tidak akan lepas dari pinggang Mila.”
Selang beberapa saat, tangan Mila bergerak. Matanya perlahan terbuka. Ia memaksakan tubuhnya untuk bangun.
“Daru?” panggil Mila.
Kedua orangtuanya menangis lalu memeluk Mila. Mereka belum siap menceritakan apa yang terjadi pada suaminya itu.
***
Dua Bulan Kemudian
Semua berubah, Mila sudah ikhlas dengan kepergian Daru. Roh Ahmad juga tidak pernah mendatangi Mila lagi. Tidak terpikir oleh Mila untuk menikah lagi, ia ingin fokus mengurus anaknya. Atau bahkan Mila tidak akan pernah menikah lagi dengan siapa pun. Kehidupannya saat ini sudah cukup bahagia.
ADVERTISEMENT
Seperti sore itu, ia mengajak anaknya untuk piknik ke kolam renang. Kebetulan kolam renang itu sedang ramai pengunjung. Mereka datang bersama sanak keluarga, pasangan, atau bersama teman-teman. Mila hanya datang berdua dengan anaknya, mereka asyik bermain air di kolam yang dalamnya sedada Mila. Farhan berenang menggunakan balon karet. Sesekali menjauh lalu mendekat lagi ke ibunya.
“Ibu itu apa?”
Farhan menunjuk ke arah belakang Mila.
Mila menoleh, sebuah benang warna hitam mengambang di permukaan air. Ia terkejut dan panik. Dengan terburu-buru, ia berenang hendak meraih benang tersebut. Namun, dari dalam air wajah Ahmad yang pucat muncul. Ia tersenyum mengerikan. Ditariknya kaki Mila ke dalam air, Mila meronta-ronta, Farhan berteriak minta tolong. Sayangnya terlambat, Mila kehabisan napas, ia tewas mengambang di permukaan kolam renang.
ADVERTISEMENT
SELESAI
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten