Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Parman menghampiri arak-arakan itu. Pakaian Mila seperti pengantin yang hendak melangsungkan pernikahan. Orang-orang pasar terlihat bahagia menyambut kedatangannya. Mereka sesekali melemparkan bunga melati ke arah saung kecil yang ditumpangi Mila.
ADVERTISEMENT
Parman terus merangsek. Ia memaksa tubuhnya untuk menerobos pagar para lelaki yang mengawal arak-arakan.
"Mila, ini Papa!" teriak Parman dari bawah saung. Tubuhnya dihadang tiga lelaki berkulit hitam.
"Mila!" Parman terus berusaha memanggil putrinya. Tapi, tetap saja Mila tidak memedulikan ayahnya.
Arak-arakan itu berhenti. Mila turun dari saung lalu melangkah dengan anggun. Ia menghampiri seorang lelaki yang akan menjadi suaminya. Lalu, digenggamnya tangan Mila oleh lelaki itu sembari tersenyum. Ia lalu membawa Mila melangkah ke pelaminan.
Parman dengan sisa tenaganya berlari menerobos kerumunan orang-orang di sana. Ia berhasil meraih anaknya. Ia lalu membopong dan membawanya pergi menjauh dari acara pernikahan gaib tersebut.
Seperti apa yang dikatakan oleh Mbah Karyo, jangan pernah menoleh ke belakang dan teruslah lari menjauh. Mila yang ada dalam bopongannya tidak berontak. Wajahnya datar memandangi Parman.
ADVERTISEMENT
Parman tidak mendengar suara orang-orang tadi. Sepertinya mereka tidak mengejar Parman. Tidak lama kemudian, Parman melihat ada sebuah lubang hitam yang berpusar. Tanpa pikir panjang, ia melompat ke dalam lubang tersebut.
Angin berembus kencang menerpa tubuhnya. Ia merangkul Mila dengan erat. Hingga akhirnya, Parman tidak sadarkan diri.
***
Di dalam kamarnya, Mbah Karyo bertapa. Ia sedang melakukan negosiasi dengan jin penjaga Gunung Kawi. Jin itu mau membebaskan Mila, tapi dengan sebuah syarat. Kalau kelak Mila punya anak, maka anak pertamanya harus diserahkan kepada kerajaan jin Gunung Kawi. Mbah Karyo mengiyakan syarat tersebut. Ia akan menyampaikannya pada Parman.
Mbah Karyo kemudian bangkit dari duduk bersila. Di hadapannya, terbaring tubuh Mila dan Parman yang sama-sama tidak sadarkan diri. Bibir Mbah Karyo bergetar merapalkan mantra. Ia kemudian meraih bunga melati dari dalam lemari kayu, lalu menaburkannya di atas tubuh mereka berdua.
ADVERTISEMENT
***
Keesokan harinya, Parman dan Mila bangun. Lelaki itu langsung memeluk anaknya sambil menangis.
“Papa senang kamu selamat, Nak,” Mila yang dipeluk diam saja. Tatapannya kosong.
"Papa janji tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kamu lagi."
Atas saran Mbah Karyo, Parman memandikan Mila dengan kembang melati sebelum pulang. Tujuannya, agar demit yang masih menempel dalam tubuh Mila bisa pergi. Setelah selesai, Parman mohon pamit. Ia juga menyerahkan amplop berisi uang sebagai imbalan untuk Mbah Karyo. Tapi Mbah Karyo menolaknya.
“Kau simpan saja uangnya,” kata Mbah Karyo.
“Aku ikhlas, Mbah. Tolong terima sebagai ucapan terima kasihku.”
“Tak usah. Ada satu hal yang harus kau tahu.”
“Apa itu, Mbah?”
ADVERTISEMENT
“Mila tidak kembali dengan cuma-cuma. Ada imbalan gaib yang mereka minta.”
Mendengar itu, Parman terkejut.
“Hm.... imbalan apa, Mbah?”
“Kelak kalau Mila menikah, maka anak pertamanya akan dijemput oleh jin gunung Kawi.”
Parman terdiam. Sementara Wildan dan Mufti terkejut mendengar imbalan itu.
“Baik, Mbah.”
Parman tidak ada pilihan selain mengiyakannya.
“Aku minta satu hal, Mbah. Kalau nanti ada seseorang yang mencari Mila di gunung ini, jangan katakan kalau Mila sudah ditemukan, Mbah. Orang yang akan mencari Mila itu adalah pelaku pelet. Dia yang menghancurkan hidup anak saya, Mbah.”
Mbah Karyo mengiyakan. Mereka kemudian pamit. Berkali-kali Parman mengucapkan terima kasih.
***
Satu bulan setelah Mila ditemukan, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Mila. Ia tidak mau bicara. Seperti orang yang baru mengalami kejadian menakutkan dalam hidupnya. Setiap ia hari hanya melamun saja di dalam kamar. Bahkan, untuk ganti pakaian pun harus dibantu oleh ibunya.
ADVERTISEMENT
Kedua orang tua Mila pun khawatir dengan keadaan putrinya. Mereka lantas membawa Mila untuk cek ke dokter kejiwaan. Betapa terkejutnya mereka setelah mendengar penjelasan dokter kalau Mila mengalami sakit jiwa.
"Sebaiknya, titipkan Mila ke rumah sakit jiwa, Pak. Di sana dia akan mendapatkan terapi yang kemungkinan bisa menyembuhkan Mila," kata dokter dengan wajah prihatin.
___
Nantikan cerita Jaran Goyang 2 selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: