jaran goyang part 9.jpg

Jaran Goyang: Kucing Hitam (Part 9)

30 Januari 2020 11:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jaran Goyang. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jaran Goyang. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Mila akhirnya sembuh. Tekadnya sudah bulat, ia ingin menikah dengan Ahmad. Tidak masalah walau tidak dibuatkan pesta yang megah. Yang penting sesegera mungkin ia harus menikah dengan lelaki yang ia cintai itu. Kedua orang tuanya sudah membujuk Mila agar memikirkan matang-matang keputusannya itu lantaran Ahmad adalah seorang pengangguran, bagaimana lelaki itu menafkahi Mila.
ADVERTISEMENT
"Biar aku yang kerja, Pah," kata Mila.
"Mana ada kayak gitu. Perempuan kerja terus suami di rumah."
"Iya Nak, mamah nggak mau di kemudian hari kamu menyesal."
"Mila nggak akan pernah menyesal nikah sama Ahmad. Mila sayang sama dia!" Nada bicara Mila meninggi.
Kemudian dengan perasaan kesal, ia ke luar dari kamarnya sambil membanting daun pintu. Air mata ibunya menetes, sedih melihat perubahan sikap anaknya yang kasar.
Seminggu kemudian, Ahmad diundang ke rumah Mila. Ia membawa serta ibunya dari kampung. Uang cash tiga puluh juta hasil menjual tanah disiapkan Ahmad untuk modal menikah. Ahmad dan ibunya terkesima melihat kemegahan rumah Mila. Lantainya terbuat dari marmer, cat tembok putih, lampu hias besar, patung-patung ala romawi terpajang di setiap sudut ruangan, anak tangga menjulur indah, menjadi tanda kalau rumah Mila itu bertingkat. Mereka kemudian duduk di atas sofa mewah.
ADVERTISEMENT
Ibu dan bapaknya Mila memasang wajah kesal, "Anak saya ingin sekali menikah dengan anak ibu," Parman, bapaknya Mila, membuka obrolan.
"Sama Pak. Anak saya pun seperti itu."
Mila dari atas tangga tersenyum memandang ke arah Ahmad. Lelaki itu menyadarinya, ia membalas senyuman Mila. Namun, seketika Ahmad terkejut saat melihat sesosok wanita dengan wajah pucat berdiri di belakang Mila. Wanita itu adalah Nyai yang ia temui di air terjun Panggelangan saat bertapa. Ahmad seketika tertunduk.
"Kami hanya punya tiga puluh juta untuk modal menikah."
Parman menahan kekesalannya, dalam hatinya bergumam, 'uang tiga puluh juta laku sama apa. Dasar miskin.' Namun, Parman tidak tega kalau sampai mengucapkan caciannya.
"Sebenarnya uang tiga puluh juta tidak cukup, Bu kalau untuk menikah di kota," sergah ibunya Mila.
ADVERTISEMENT
"Cukup kok," tiba-tiba Mila yang berdiri di atas tangga, memotong obrolan.
"Kita nikah di rumah aku saja. Nggak usah mengundang orang lain juga nggak jadi masalah. Asal sah saja. Asal kita bersama."
"Kau pasti pelet anakku!" Parman menunjuk Ahmad.
"Heh, Pak. Jangan sembarangan ya kalau ngomong." Asiah tidak terima anaknya dituduh macam-macam.
"Sudah Bu," Ahmad menahan ibunya yang naik pitam.
"Pokoknya aku mau menikah dengan Ahmad, titik!" sergah Mila.
Saat mereka sedang berdebat, tiba-tiba saja seekor kucing hitam muncul dari atas anak tangga. Kedua orang tua Mila heran sebab di rumah itu mereka tidak pernah memelihara kucing.
"Eh, kucingku Bleki. Sini Bleki ke ibu," Mila menggendong kucing hitam itu sambil mengelus-elus bulunya.
ADVERTISEMENT
"Sejak kapan kamu bawa kucing ke rumah ini Mila?" Tanya Parman.
Mila tidak menjawab, ia malah menimang-nimang kucing dalam pelukkannya dengan penuh kasih sayang.
"Bleki lapar? Lapar sayang? Yuk, makan yuk," Mila beranjak ke dapur sambil menggendong kucingnya.
Kedua orang tuanya menggelengkan kepala. Mereka lelah dengan sikap Mila yang semakin hari semakin aneh.
Nantikan cerita Jaran Goyang selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten