dark-wallpapers-horror-hd-artistic-dark-creepy-scary-artwork-evil-art-vector-jpg.jpg

Kisah Dewi, Sang Arwah Penasaran: Kasih Tak Sampai

30 Oktober 2019 18:39 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi
ADVERTISEMENT
“Pernahkah kamu merasa penyesalan dalam hidup? Ketika kamu tidak bisa melakukan apapun kecuali berharap waktu diputar kembali?” Dewi dan aku kini duduk di sofa depan tadi, namun tidak dengan suasana seperti semula tadi, tentunya setelah aku tahu dia bukan manusia.
ADVERTISEMENT
Untungnya, ia berbicara denganku tanpa air mata atau darahnya tadi setelah aku mengomelinya untuk segera menyekanya dan menampakan wajah termanisnya saat masih hidup jika ia ingin aku bantu.
“Semua orang mengalaminya. Dan apapun di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin dilakukan, kecuali memutar satu detik ke belakang,” Jawabanku membuat Dewi terdiam dengan tatapan kosong sambil meremas kalut lututnya.
“Aku ingin hidup kembali, Giya. Bisa bantu aku?” aku menganga. Kemudian memutar bola mataku. “Sudahlah, Dew. Aku mau pulang. Ini antara aku yangg sudah gila atau ada mahluk halus yang gila sepertimu,” aku berdiri dari sofa dan lagi-lagi, Dewi menarik lenganku kencang, dan dingin.
Aku melepas nya dengan tidak sopan. “Jangan sentuh. Cukup. Oke, Aku duduk lagi. Peraturan pertama, kamu cukup bercerita tanpa menyentuh atau menarikku tidak karuan, atau aku pulang bahkan mengusirmu. Mengusir hantu sudah jadi kemampuanku. Peraturan kedua, kamu tolong bicara lebih rasional walaupun kamu mahluk yang tidak rasional, dan aku akan menentukan aku bisa membantumu atau tidak. Ketika aku sanggup, aku akan membantu. Kalau tidak, jangan ganggu aku lagi. Mengerti? Sekarang jelaskan kenapa kamu minta dihidupkan kembali. Satu; aku bukan Tuhan. Menghidupkan orang meninggal bukan kemampuan manusia. Itu sangat jauh di luar batas – jika aku bisa, aku akan menghidupkan papaku kembali,” aku menegaskan setiap kalimat yang aku ucapkan, dan tersendat dibagian akhirnya. Dewi mengangguk ragu.
ADVERTISEMENT
“Aku mencintai seseorang. Namanya Hanif,” Ada sedikit jeda di sana, Dewi seperti menahan kesedihan mendalam. “Aku meninggal 8 tahun yang lalu. aku diperkosa dan dibunuh dengan sadis. Kamu bisa cek kronologisnya di koran sekitar 8 tahun lalu. Aku tidak sanggup menceritakan dan menunjukannya padamu,” aku merasakan energi traumatis dan kematiannya yang tidak wajar, mengalir dan ikut menyesakkan dadaku.
Ilustrasi
“Hanif adalah anak seorang Kyai yang punya pesantren di daerah Kediri. Ia punya mata yang teduh dan kalimat yang selalu menenangkanku. Hanya satu hal yang buat aku sebal dengannya; ia selalu menyuruhku untuk menutup aurat, berhijab. Aku tidak suka ia bicara seperti melihatku dengan aurat ke mana-mana, seolah-olah aku ini perempuan murahan saja, padahal ke mana-mana juga aku selalu pakai baju panjang seperti ini. Tapi ia selalu mengajariku hal-hal baik, bahkan mengaji.
ADVERTISEMENT
Ia selalu mengajakku ke masjid kecil berkubah perak di halaman pesantren ayahnya, untuk mempertemukan aku dengan perempuan-perempuan berhijab yang mengajinya lebih pandai dari ku Hanif bilang suaraku bagus saat menyanyi, pasti lebih bagus jika dipakai mengaji. Tapi aku masih harus banyak belajar. Dan aku berfikir, Hanif tidak mungkin suka denganku yang seperti ini dibandingkan dengan perempuan-perempuan berjilbab menjulur panjang dengan senyum merekahnya itu,” Aku masih terdiam menunggu dewi melanjutkan ceritanya.
Sebenarnnya aku sangat haus, tapi tidak mungkin aku minum sesuatu yang dibawakan oleh hantu. “Sampai akhirnya, hidupku harus berakhir dengan tragis. Dan bertahun-tahun ini, aku tidak bisa beranjak dari pohon rambutan di depan masjid yang biasa didatangi Hanif. Tapi sayangnya, tempatku biasanya memperhatikan Hanif keluar masuk setiap hari ke masjid itu ditebang manusia-manusia penakut yang merasa terganggu dengan kehadiranku. Sial, mereka menyebutku dengan kuntilanak.”
ADVERTISEMENT
***
Senang membaca cerita horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapat notifikasi setiap ada cerita horor terbaru dari Mbah Ngesot.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten