Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
“Aku punya tempat yang bagus untuk kita kunjungi malam ini,” seketika lamunanku buyar mendengar perkataan Tomo. Sebenarnya hari ini aku memang sedang malas dan tidak enak hati, namun karena mengunjungi tempat angker sudah menjadi hobiku selama 5 tahun terakhir ini, siapa tahu bisa mengobati sedikit rasa bosan dengan rutinitas yang dilalui setiap hari. Selain itu, aku juga ingin menjawab pertanyaan singkat apakah hantu benar-benar ada atau hanya ilusi semata.
ADVERTISEMENT
Tatkala beranjak dewasa aku mulai memberanikan diri untuk mencari kebenarannya dengan cara mengunjungi tempat-tempat angker berharap menemukan hantu. Ini memang bukan hobi yang baik, malah cenderung berbahaya. Makanya aku tidak menyarankan orang lain untuk mengikuti, biarlah kalian hanya tahu dari ceritaku saja tanpa harus datang dan berhadapan langsung dengan mereka.
“Di mana, Tom?”
“Di sebuah daerah di kota B, dia berbentuk kos-kosan dan masih ada yang nempatin sih,” Mendengar jawaban Tomo, aku langsung menghela nafas keras tanda mulai tak tertarik, “Terus ngunjunginnya gimana kalau masih ada orang yang nempatin? Seremnya di mana kalo gak terbengkalai?”
Tomo berdecak kesal, “Kamu ini kayak orang yang gak pernah ke tempat angker aja. Emang kalo angker, harus di rumah kosong, gedung terbengkalai, atau hutan gelap, begitu? Kan enggak,” Tomo mulai menurunkan sedikit volume suaranya. “Ini – tempat bekas pembunuhan 1 keluarga. Salah satu kamarnya dibiarkan kosong karena dulunya jadi TKP. Kejadiannya baru sekitar 1 tahun lalu. Pernah dengar gak?”
ADVERTISEMENT
Aku mengangkat bahuku dan mulai tertarik dengan informasi yang diberikan oleh Tomo. Meskipun sebenarnya hati kecil ku mengatakan sepertinya ini bukan ide yang bagus.
Bangunan kos-kosan dua lantai itu lumayan besar dan cukup terawat. Mungkin jika orang awam yang mengunjunginya pun tidak akan terlihat menyeramkan. Terlihat cat kuningnya pun masih seperti baru. Bangunan itu memiliki sekitar delapan kamar di bawah dan delapannya lagi di atas.
Di bawah bangunan itu ada warung kecil bagian dari bangunan tersebut yang dijaga oleh seorang bapak-bapak – yang aku rasa dia penjaga kosan ini-. Bapak itu mengernyitkan keningnya, bingung. Wajar saja, dua orang manusia, datang ke sana di saat waktu menunjukan pukul 22.45.
Tadinya aku bingung apa yang harus aku katakan ketika sampai di sini. Tapi di depan pagarnya tertulis ‘Terima Kosan’. Di situlah aku mulai punya sedikit ide dan membuka pembicaraan “Permisi, Pak. Masih ada kamar yang kosong ya?”. Bapak itu terlihat sedikit bingung namun tetap menanggapi kami “Oh, iya Mbak, masih ada.”
ADVERTISEMENT
“Bisa kita lihat malam ini pak?” Bapak itu mengangguk dan segera mengambil kunci yang tergantung di belakang lemari di dalam warungnya. Seketika keringat dinginku mulai muncul.
Aku melihat ada sosok perempuan di dalam warung itu muncul secara tiba-tiba, dengan leher yang nyaris putus dan rambutnya lepek basah dengan darah, bentuk kepalanya tidak sempurna, seperti pecah atau terpotong di bagian sebelah kirinya. Setelah sepersekian detik aku memperhatikannya, perempuan itu melemparkan senyum mengerikan ke arahku. Aku berusaha tetap tenang dan mengabaikan perempuan itu dan mengikuti bapak tadi dari belakang untuk menunjukan kamar.
Jelas sekali ada raut ketakutan Bapak ini dari saat aku mengikutinya. Seperti ia mengkhawatirkan sesuatu. Namun belum lama aku memperhatikan gelagat aneh dari si bapak, sesosok bayangan hitam melintas dan seperti berlarian. Aku tidak habis pikir, kenapa orang-orang ini betah tinggal di tempat ini.
ADVERTISEMENT
Senang membaca kisah horor seperti ini, klik tombol subscribe di bawah untuk mendapatkan notifikasi setiap ada kisah horor terbaru dari Mbah Ngesot.