xin-qPFkHjuJDRw-unsplash.jpg

Kualat Gunung Pulosari 2: Demit Pemakan Mayat (Part 6)

25 September 2020 17:28 WIB
comment
18
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor Kualat Gunung Pulosari 2 bagian 6, Demit Pemakan Mayat. Foto: Unsplash.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor Kualat Gunung Pulosari 2 bagian 6, Demit Pemakan Mayat. Foto: Unsplash.
ADVERTISEMENT
Ajeng masih bersama sosok yang menyerupai Bobi. Walaupun tingkah lelaki itu agak aneh, tapi Ajeng sama sekali tidak menaruh curiga. Kadang suara lelaki itu sangat besar, tidak mirip dengan suara Bobi. Tapi, sesekali suaranya mirip kembali seperti Bobi.
ADVERTISEMENT
Di tengah perjalanan, Ajeng menemukan jasad ketiga temannya terkapar di atas semak-semak. Jasad itu sudah membusuk. Tubuh mereka sedang digerogoti belatung.
Ajeng seketika menangis. Terakhir kali ia melihat teman-temannya itu saat berkemah di dekat kawah gunung Pulosari. Dari kawah itu biasanya para pendaki akan naik ke puncak pada jam tiga dini hari agar bisa melihat matahari terbit, termasuk Ajeng dan tiga orang temannya.
Sialnya tiga orang teman Ajeng itu tergelincir. Mereka mati terbentur bebatuan. Namun, saat Ajeng turun ke daerah kawah, ketiga jasad temannya itu hilang entah ke mana. Seperti ada yang muncuri mereka.
Semenjak itulah Ajeng tersesat di gunung ini. Dan, sekarang di hadapan Ajeng ada jasad ketiga temannya, satu orang perempuan dan dua lelaki yang tak lain adalah teman sekampus Ajeng.
ADVERTISEMENT
“Mereka temanmu?” tanya sosok lelaki itu.
“Iya, Mas…,” Ajeng masih menangis meratapi teman-temannya.
“Kasihan ya mereka,” sosok itu jongkok di samping Ajeng sambil memperhatikan ketiga mayat yang terkapar di hadapannya.
Ajeng bangkit. Dia mencari kayu untuk menggali tanah. Ia akan mengubur teman-temannya itu di gunung ini. Sosok menyerupai Bobi itu kemudian membantu Ajeng. Dengan cepat ia menggali tiga buah lubang.
“Sudah selesai nih,” kata sosok itu. Ajeng yang dari tadi sibuk menggali tanah seketika terheran-heran melihat tiga lubang yang digali dengan sangat cepat.
"Cepat banget, Mas," kata Ajeng.
"Iya, aku kan laki-laki," timpal sosok itu sambil tersenyum.
Ajeng pun mengubur ketiga jasad temannya. Dia lalu berdoa di atas kuburan teman-temannya, sementara sosok lelaki itu hanya berdiri sambil senyum-senyum sendiri.
ADVERTISEMENT
“Malam ini kita berkemah di sini saja,” ujar lelaki itu.
“Terserah kamu, Mas,” timpal Ajeng.
Tenda pun didirikan tidak jauh dari tempat teman-teman Ajeng dikubur. Dan, tengah malam sebelum tidur, Ajeng menceritakan kejadian tragis yang membuat temen-temannya itu meninggal. Namun, sosok lelaki itu tidak peduli dengan cerita Ajeng. Dia malah menatap wajah Ajeng dengan penuh birahi.
Malam itu berlangsung seperti malam sebelumnya. Demit berotak mesum tersebut berhasil merayu Ajeng. Ajeng pun terkapar, dia tidur dengan nyenyak.
Tengah malam, tiba-tiba Ajeng terbangun. Dia mendengar ada suara orang yang sedang mengunyah. Ajeng menoleh ke sampingnya. Sosok lelaki yang menyerupai Bobi itu tidak ada di tenda.
Di luar tenda, malam itu bulan sedang bersinar terang sehingga dari dalam tenda Ajeng dapat melihat bayangan lelaki. Siluet lelaki itu sedang duduk sambil memakan sesuatu. Buru-buru Ajeng mengenakan kembali pakaiannya lalu mengintip dari celah pintu tenda.
ADVERTISEMENT
Di luar sana, Ajeng melihat sosok Bobi yang sedang memakan jasad teman-temannya. Ia mencabik-cabik bagian perut dan mengeluarkan isinya, lalu mengunyahnya dengan lahap.
Sosok Bobi itu menoleh ke Ajeng. Kedua matanya merah menyala, mulutnya penuh bercak darah. Seketika Ajeng menutup kembali pintu tendanya. Dia baru sadar kalau yang selama ini bersamanya bukanlah Bobi. Pantas saja tingkahnya aneh.
Napas Ajeng terengah-engah. Keringat pun mulai membasahi dahinya. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ajeng melihat bayangan lelaki itu mendekat ke arah tenda. Tapi, semakin mendekat bayangan itu berubah menjadi sosok yang sangat besar.
Segera Ajeng keluar dari tenda. Ia kemudian lari sekuat tenaga. Ia menerjang belukar yang menghalangi jalannya. Bahunya berdarah tergores ranting yang tajam. Ia terus berlari tanpa arah sambil memegangi bahunya.
ADVERTISEMENT
Dari kejauhan Ajeng mendengar raungan demit yang semakin mendekat. Sosok itu mengejarnya.
***
Nantikan cerita horor Kualat Gunung Pulosari 2 selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten