hand-984170_1920.jpg

Kualat Gunung Pulosari 2: Istriku Dalam Bahaya (Part 2)

20 September 2020 14:08 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kualat Gunung Pulosari 2 bagian Istriku Dalam Bahaya. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kualat Gunung Pulosari 2 bagian Istriku Dalam Bahaya. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Malam pun tiba. Hujan mengguyur dengan sangat deras. Petir berkelebatan menyambar pohon-pohon besar di gunung Pulosari. Bobi mendirikan tenda di tengah hutan. Dari luar tenda, bayangan Bobi terlihat jelas, ia sedang sibuk mengotak-atik smartphone-nya agar dapat sinyal. Dia mau meghubungi istrinya di rumah dan mengabarkan kalau kondisinya saat ini baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Bobi berhasil mendapatkan sinyal. Ia coba menghubungi nomor telepon istrinya, namun tidak akatif. Lalu ia coba menghubungi telepon rumah dan akhirnya tersambung. Bobi meletakkan smartphone dan power bank di dekat pintu tenda dome agar sinyalnya stabil. Tak lama kemudian istrinya Bobi mengangkat telepon itu.
“Halo?” terdengar suara dari seberang telepon.
“Halo Mah. Ini papah, kamu baik-baik aja kan?” nada bicaranya terburu-buru.
"Papah?"
"Iya ini aku Mah. Gimana kandungan kamu, baik-baik aja kan?" tanya Bobi.
"Pah bukannya dua hari lalu papah udah pulang dari gunung?" tanya istrinya Bobi dengan nada bicara seperti orang yang sedang kebingungan.
Jelas saja Bobi kaget mendengar pernyataan istrinya.
“Aku belum pulang Mah. Aku masih di gunung! Aktifkan smartphone kamu, kita video call,” pinta Bobi.
ADVERTISEMENT
Tak lama berselang, Bobi melakukan video call dengan istrinya. Sinyalnya sangat lemah dan kadang buffering.
“Ini aku Mah. Lihat aku masih di gunung,” jelas Bobi.
“Astagfirullah Pah! Terus yang sekarang di rumah sama aku siapa?” wanita itu tampak panik.
“Kamu tenang Mah, jangan berisik. Di mana lelaki itu sekarang?”
“Di kamarku Pah. Lagi tidur…,” jawab wanita itu.
“Coba kamu ke kamar. Papah mau lihat,” kata Bobi.
“Aku takut Pah,” wanita itu malah menangis.
“Kamu jangan nangis Mah. Nanti dia bangun. Coba papah mau lihat sosok lelaki itu Mah,” pinta Bobi.
Layar di smartphone-nya bobi bergerak tidak stabil, istrinya Bobi melangkah perlahan ke kamarnya sambil mengarahkan kamera ke depan.
ADVERTISEMENT
“Aku takut Pah,” rengek wanita yang sedang hamil itu.
“Jangan berisik Mah,” Bobi tetap fokus ke layar smartphone.
Dari layar smartphone itu Bobi melihat sosok yang menyerupai dirinya sedang tertidur pulas.
“Itu Pah…,” bisik istrinya Bobi.
Bobi merinding dengan apa yang dilihatnya, lelaki itu benar-benar menyerupai wajah Bobi.
“Kamu tenang Mah. Papah mau minta bantuan ustadz buat usir makhluk gaib itu,” ujar Bobi.
Wanita itu mengarahkan kembali kamera ke wajahnya sendiri.
“Aku harus bagaimana sekarang Pah?” tanya wanita itu sambil menangis kecil.
Belum sempat Bobi menjawabnya, tiba-tiba ia melihat ada sesuatu yang sedang berdiri di belakang istrinya. Sosok itu bertubuh besar dan menjulang tinggi sampai kepalanya menyentuh langit-langit kamar.
ADVERTISEMENT
“Mah lari Mah!” teriak Bobi.
Seketika video call itu terputus seperti ada yang memukul smartphone istrinya Bobi.
“Mah! Mah!”
Ia coba menghubungi kembali istrinya, tapi tidak bisa. Nomor istrinya tidak aktif. Dia coba menghubungi telepon rumah, tapi tidak ada yang mengangkatnya.
“Bangsat!” Bobi marah, napasnya terengah-engah.
Dia lalu keluar dari dalam tenda. Menerobos hujan yang begitu lebat. Bobi mendongak ke langit sambil berteriak.
“Bangsat kalian semua! Kalian akan tahu akibatnya kalau berani menyakiti istriku!”
Tak lama setelah Bobi berteriak, petir menyambar sebatang pohon yang dekat sekali dari tempat Bobi berdiri. Ia pun terpental jauh, tubuhnya menabrak batang pohon sampai akhirnya dia pingsan. Bobi tidak melihat kalau di atas batang pohon itu banyak sekali dedemit yang bergelantungan. Dari tadi kawanan dedemit itu memperhatikan Bobi yang sedang marah-marah.
ADVERTISEMENT
***
Keesokan paginya, seorang wanita muda yang umurnya kisaran 25 tahun mengguncangkan bahu Bobi.
“Mas….”
“Mas….”
Kata wanita itu.
Perlahan Bobi membuka kedua matanya. Samar-samar ia melihat seorang wanita berambut hitam sebahu sedang memperhatikan Bobi.
“Astaga!” Bobi terperanjak kaget, dia menjauh dari wanita asing itu.
“Setan kau ya?!” bentak Bobi.
“Hah? Setan? Bukan Mas. Saya orang hilang. Akhirnya saya ketemu manusia di gunung ini. Tolongin saya Mas. Bawa saya keluar dari gunung ini,” wanita itu malah merengek.
Bobi masih terdiam. Dia sangat waspada terhadap wanita asing di depannya itu.
“Masih nggak percaya kalau aku manusia?” wanita itu berdiri lalu menghentak-hentakkan kakinya.
ADVERTISEMENT
“Tuh lihat kakiku nggak ngambang, kan?”
Sambil tetap waspada Bobi perlahan berdiri. Ia masuk ke dalam tenda lalu kembali dengan membawa senapannya. Ada pisau yang diikatkan pada ujung moncong senapan itu, mirip seperti senapan tentara Jepang.
“Ampun Mas! Sumpah saya bukan setan, saya pendaki yang nyasar di gunung ini dan teman-teman saya semuanya mati,” wanita itu melindungi wajahnya dengan kedua tangan.
Dia kira senapan itu masih ada pelurunya. Padahal Bobi hanya menggertak wanita itu.
“Siapa nama kamu?”
“Ajeng Mas,” jawab wanita itu singkat.
“Balik badan,” pinta Bobi sambil menggerakkan senapannya.
“Ampun Mas jangan bunuh saya,” wanita itu malah nangis.
Bobi menyentuh punggung wanita itu. Ternyata dia benar-benar manusia. Bobi kembali ke tendanya, dia merobohkan tenda dome lalu memasukkan kembali ke dalam ransel.
ADVERTISEMENT
“Maap aku tidak bisa menolongmu. Aku sedang mencari keponakanku,” kata Bobi sambil terus membereskan peralatan kemahnya.
“Aku ikut Mas," pinta Ajeng.
“Nggak bisa, aku nggak mau ada beban. Kamu cari bantuan orang lain saja,” Bobi menggendong ranselnya lalu beranjak pergi begitu saja.
Wanita itu malah mengikuti Bobi.
“Pokoknya aku ikut. Aku takut sendirian.”
Bobi tidak menanggapi wanita yang sedang mengikutinya dari belakang. Dia terus berjalan tanpa arah sambil berteriak memanggil nama Mira. Tidak ada pilihan bagi Bobi, dia juga sekarang tersesat. Bobi tidak tahu jalan pulang.
Sesekali Bobi menghubungi nomor telepon istrinya, sialnya tidak ada sinyal. Smartphone itu ia acungkan ke arah kanan untuk mencari sinyal. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada istrinya semalam.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten