Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
ADVERTISEMENT
Bobi terkapar tak sadarkan diri di bawah pohon besar. Pakaiannya penuh dengan bercak lumpur. Topi koboinya hilang entah ke mana. Senapannya tergeletak tak jauh dari tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir kali Bobi sadar dia dibawa oleh sosok wanita yang berpakaian layaknya ratu kerajaan. Entah apa yang selanjutnya terjadi, tiba-tiba sekarang dia malah terkapar di bawah pohon besar ini.
Kelopak mata Bobi bergerak. Dalam satu hentakan, kedua matanya membelalak. Bobi menarik napas dalam-dalam seperti orang yang baru saja tenggelam. Kemudian napasnya terengah-engah, telinganya berdengung hebat. Ia mengerang-erang sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.
Semakin lama telinganya berdengung semakin keras. Bobi berteriak kesakitan. Dengan terburu-buru, dia merogoh botol air minum dari dalam tasnya lalu menyiram telinganya sendiri.
Perlahan rasa sakit itu reda. Bobi kembali berbaring. Dia menatap dahan-dahan pohon yang rindang, tapi tatapan itu kosong.
Bobi masih bingung dengan apa yang telah dialaminya. Siapa wanita yang berpakaian seperti ratu kerajaan itu? Apakah dia penguasa gunung Pulosari? Tak lama kemudian terdengar suara sesuatu yang mendekat dari balik semak-semak.
ADVERTISEMENT
Bobi dengan sigap meraih senapannya. Sebenarnya senapan itu sudah kehabisan peluru. Tapi, setidaknya Bobi bisa menggunakannya untuk memukul kepala babi hutan.
"Siapa kamu?" tanya Bobi sambil tetap waspada.
Dari balik semak-semak muncul seorang anak lelaki yang umurnya kisaran 9 tahun. Dia menjinjing lima botol air yang kosong. Pakaiannya kumal, wajahnya pucat seperti orang yang sedang sakit.
"Fatih," kata anak kecil itu dengan suara pelan.
"Fatih...," Bobi mengulang jawaban si anak kecil.
"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Bobi lagi.
"Aku penjual air minum buat para pendaki dan aku tersesat. Aku nemuin banyak mayat pendaki di sana Om," kata Fatih sambil menunjuk ke arah Selatan.
ADVERTISEMENT
"Antar aku ke sana," Bobi mendekati anak itu.
"Aku lapar, Om," anak itu mendongak, menatap wajah Bobi.
Bobi pun langsung merogoh biskuit dari dalam tasnya.
"Ini makan dulu. Jangan khawatir kita pasti keluar dari gunung ini," kata Bobi.
"Tapi sebelum itu, aku harus menemukan keponakanku dulu. Dia hilang di gunung."
"Namanya Mira, bukan?" tanya anak kecil itu sambil mengunyah biskuit.
Bobi terkejut. Dia langsung memegang pundak Fatih.
"Iya namanya Mira. Kamu lihat dia? Di mana dia sekarang?"
"Tadi malam aku ketemu sama Mbak Mira. Dia orangnya baik banget," Fatih mengambil kembali sekeping biskuit dari dalam kemasan.
"Iya kamu ketemu sama Mira di mana? Aku Om-nya. Dia hilang di gunung ini," nada bicara Bobi meninggi. Dia tidak sabar ingin segera menemukan Mira.
ADVERTISEMENT
"Aku lupa tempatnya, Om. Tapi Mbak Mira nggak sendirian. Dia sama suaminya."
"Hah, suami!?" Bobi mengerutkan dahi.
Bobi curiga. Jangan-jangan itu bukan Mira yang dia cari.
"Miranya sudah tua atau masih muda?" tanya Bobi.
"Masih muda, Om."
Bobi mengambil sebuah foto dari dalam tasnya, "Apa wajahnya seperti ini?"
"Iya, betul itu Mbak Mira."
"Tolong ingat-ingat lagi, semalam kamu ketemu dia di mana?" tanya Bobi.
Fatih berhenti mengunyah. Matanya melirik ke atas. Dia sedang berusaha mengingat tempat semalam.
"Oh... ya, aku lihat ada kuburan. Mbak Mira sama suaminya berziarah di kuburan itu. Kalau nggak salah lokasinya di sebelah sana," Fatih menunjuk ke sebuah arah.
ADVERTISEMENT
"Ayo kita ke sana sekarang," Bobi memegang lengan anak itu.
Kini dalam pencariannya Bobi tidak sendirian. Dia ditemani Fatih, anak kecil si penjual air yang juga tersesat di gunung Pulosari. Mereka terus berjalan menembus semak belukar. Sesekali Bobi menebas pohon-pohon kecil yang rantingnya menghalangi jalan.
"Kamu yakin jalannya ke arah sini?" tanya Bobi.
"Iya, Om. Seingatku ke sini," kata Fatih.
"Tapi ini semak belukar. Fatih?" tiba-tiba Fatih menghilang. Bobi menoleh ke segala arah mencari keberadaan anak itu.
"Om..., hahaha," Fatih sudah ada di atas dahan pohon besar. Wujudnya berubah, ia telanjang bulat. Tubuhnya putih semua, matanya besar dan juga bertaring.
"Sini main, Om!"
ADVERTISEMENT
Melihat kejadian itu, Bobi langsung lari tanpa arah. Ia menerjang semak belukar. Bobi tak menyangka kalau anak kecil itu adalah jelmaan setan.
======
Nantikan cerita horor Kualat Gunung Pulosari 2 selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: