Part 14-Square.jpg

Kualat Gunung Pulosari: Aku Masih Hidup (Part 14)

16 Juni 2020 15:22 WIB
comment
24
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cerita horor Kualat Gunung Purwosari bagian 14 Aku Masih Hidup. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cerita horor Kualat Gunung Purwosari bagian 14 Aku Masih Hidup. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
ADVERTISEMENT
Sekitar jam tujuh pagi, Uswah siuman. Kami diperlakukan dengan sangat baik oleh warga kampung. Banyak dari mereka yang menjenguk dan memberi kami makanan. Bahkan, kami tidak diperbolehkan untuk mengendarai motor. Salah satu petugas desa mengantar kami ke rumah masing-masing. Sementara motorku diangkut pakai mobil pikap.
ADVERTISEMENT
Di hari yang sama, Gunung Pulosari longsor. Pemerintah daerah kemudian menutup secara resmi jalur pendakian ke gunung itu. Om Bobi, yang tak lain adalah Om-nya Mira sangat marah kepadaku. Bahkan, dia membawa perkara ini ke pengadilan. Ia menganggapku lalai menjaga Mira.
Untung saja aku bebas dari tuntutan karena aku termasuk korban yang ikut hilang dalam pendakian. Tidak ada bukti kuat kalau aku menyakiti, bahkan membiarkan Mira celaka. Om Bobi yang keras kepala malah berniat mendaki Pulosari untuk mencari Mira. Dia tidak rela kehilangan orang yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri.
Setelah kejadian di gunung, aku mengalami trauma. Aku sering berdiam diri di rumah. Aku tidak menyangka kalau aku masih hidup. Andai saja namaku bukan Tubagus, mungkin saja aku sudah mati di gunung itu.
ADVERTISEMENT
Tak ada kabar tentang pencarian Mira. Juga para pendaki lain yang hilang. Walau tim SAR sudah berusaha, tapi sampai saat ini pencarian itu masih belum membuahkan hasil.
Aku tahu kalau Mira memang masih hidup di sana. Ia berdampingan dengan jin. Dan, aku yakin roh Eldi dan Riki juga terperangkap di sana. Mereka mati dengan tidak tenang. Aku tidak menyangka sebuah kecerobohan kecil bisa berakibat sangat fatal.
Walau aku sudah berhasil keluar dari gunung itu, tapi mimpi buruk tentang gunung itu kerap kali menghampiriku. Dalam mimpi, aku pernah bertemu dengan Mira. Dia terlihat sangat bahagia dan sudah punya lima puluh anak.
Aku selalu membujuknya untuk pulang. Tapi, dia tetap tidak mau. Dalam mimpi juga aku pernah bertemu dengan Eldi. Ia menjadi budak para jin gunung. Aku melihatnya sedang bekerja memecah bebatuan besar menggunakan palu besar. Kalau dia lelah dan berhenti maka sosok makhluk dengan lidah yang menjulur ke tanah akan mencambuk punggung Eldi. Aku menangis melihatnya seperti itu.
ADVERTISEMENT
Aku juga bertemu dengan Riki dalam mimpi. Yang terjadi dengannya sangat berbeda. Kulihat rohnya sepanjang hari dan malam selalu duduk di bawah pohon besar. Tatapnya kosong, wajahnya terlihat sedih. Bahkan, ia masih mengenakan jaket dan tas gunung. Dalam mimpi itu aku sempat menyapanya.
“Riki!” sapaku.
Dia tidak menjawab. Menoleh pun tidak sedikit pun.
Rik!” aku menyentuh pundaknya.
Tiba-tiba ada air liur yang menetes ke tanganku dari atas pohon. Aku mendongak. Di dahan pohon besar, ada sosok wanita yang badannya mungkin sebesar kerbau. Ia mengenakan jubah merah, wajahnya hitam, serta air liur menetes-tetes dari mulutnya.
Sosok wanita itu lalu menjulurkan rambutnya yang panjang. Ia melilit leher Riki dengan rambut itu kemudian mengangkatnya ke atas pohon. Aku menggapai-gapai tubuh Riki, tapi tidak berhasil. Dia menjadi mainan makhluk penghuni pohon. Riki diciumi oleh makhluk itu. Air liurnya yang bau dan lengket membasahi wajah Riki.
ADVERTISEMENT
Mimpi-mimpi buruk itu terus datang hampir setiap malam. Bahkan, aku pernah melihat para pendaki yang rohnya menjadi kawanan monyet. Mereka berlarian dari dahan ke dahan pohon lainnya. Dari semua mimpi itu dapat kusimpulkan kalau para pendaki di Gunung Pulosari yang tidak selamat akan menjadi budak jin di sana.
***
Suatu sore, saat aku sedang termangu di jendela kamar, seseorang mengetuk pintu rumah. Segera kubukakan pintu.
“Ori!”
Aku terkejut saat melihat lelaki yang berdiri di hadapanku. Dia Om Bobi. Tanpa dipersilakan masuk, ia menerobos dan langsung duduk di sofa. Ada yang aneh dengan penampilannya. Ia seperti hendak naik gunung. Ia juga menenteng senapan angin di tangan kanannya.
“Ada apa ya, Om?”
ADVERTISEMENT
“Temani aku naik ke Pulosari untuk mencari Mira,” pintanya.
***
Nantikan cerita Kualat Gunung Pulosari selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten