Template Story_part15 (1).jpg

Kualat Tol Cipularang: Gunung Hejo (Part 14)

1 Januari 2020 18:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Hejo. Foto: Kiagoos Aliansyah
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Hejo. Foto: Kiagoos Aliansyah
ADVERTISEMENT
Mataku terpejam menahan sakit yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tiba-tiba tubuhku merasa seperti masuk ke dalam sebuah lubang hitam besar yang berputar-putar. Entah dalam keadaan sadar atau tidak, aku melihat sebuah mobil sedan sedang melaju di jalan tol Cipularang. Di dalam mobil itu, ada dua anak kecil yang sering menghantuiku akhir-akhir ini. Di bagian kemudi, ada seorang lelaki yang sudah beruban mengendarai mobil dan perempuan berjilbab biru yang sibuk dengan smartphone-nya.
ADVERTISEMENT
“Ayah aku mau minum,” pinta anak perempuan dari kursi belakang.
“Mamah, tadi minum kita di taro di mana?” tanya lelaki itu sambil terus mengemudikan mobilnya.
“Tadi mamah simpan di sini,” ia meraba-raba jok sebelah kanan.
Tidak sengaja, botol air minum itu tersenggol, jatuh ke bawah dan menggelinding menghalangi pijakan rem. Mobil bus yang ada di depannya berhenti mendadak, entah kenapa. Mobil yang ia kendarai menabrak bus itu karena remnya terganjal botol air minum. Aku melihat kedua anaknya mati sedangkan pasangan suami istri itu masih bisa selamat.
Badanku kembali seperti ditarik oleh pusaran cahaya. Aku melihat gunung Hejo, tepat di tempat petilasan, ada tiga orang lelaki yang sedang bersemedi. Mereka duduk sila menghadap makam keramat. Aku melihat mereka sangat khusyuk bersemedi di sana. Mereka dikelilingi makhluk aneh; ada kodok besar yang berkepala manusia, harimau putih yang memancarkan cahaya, dan manusia-manusia yang berlumuran darah. Dan di sana, aku melihat Jon. Ia mendekat ke arahku dengan wajah cemas.
ADVERTISEMENT
“Gua minta maaf ya, Sep,” katanya sambil menyentuh pundakku.
Aku tidak menjawab malah memerhatikan wajahnya yang sangat pucat.
“Lu masih hidup, Jon?” tanyaku heran.
“Iya, tapi dunia gua udah beda. Gua tinggal di alam jin di gunung Hejo,” jawabnya.
“Ini semua salah gua, Sep,” tambahnya sambil terisak.
“Apa yang harus gua lakuin untuk menembus kesalahan ini, Jon.”
“Lu masih bisa selamat. Bersihin bekas kencing gua di pinggir jalan tol Cipularang,” ujar Jon.
Seketika dia menghilang.
Aku terbangun. Jantungku berdetak kencang, keringat bercucuran sekujur tubuhku. Luka di perutku masih terasa sakit. Perlahan aku bangkit sambil terus meringis. Aku berjalan menuju tempat tidur dengan sangat hati-hati karena seluruh ruangan masih gelap, listrik belum juga menyala. Sejenak aku bergeming dan mengingat-ingat percakapanku dengan Jon. Oya, bekas kencing Jon! Aku harus kembali ke tol Cipularang dan membersihkan bekas kencingnya. Semoga aku masih bisa selamat.
ADVERTISEMENT
Keesokan paginya, kubalut luka cakar di perutku dengan perban. Aku harus segera pergi ke tol Cipularang dan membersihkan bekas kencing Jon. Di layar smartphone kucari nomor telepon perusahaan sewa mobil. Setelah meminta unit diantar ke alamat indekosku, aku paksakan tubuhku untuk mengemudi. Mobil yang kukendarai melaju cepat menuju tol Cipularang.
Nantikan cerita Kualat Tol Cipularang selanjutnya. Biar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten