Template Story_part12.jpg

Kualat Tol Cipularang: Setelah Kematian Bram (Part 12)

31 Desember 2019 18:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Setelah Kematian Bram. Foto: Kiagoos Aliansyah
zoom-in-whitePerbesar
Setelah Kematian Bram. Foto: Kiagoos Aliansyah
ADVERTISEMENT
Seminggu setelah kematian Bram. Aku semakin yakin kalau setan Cipularang menaruh dendam pada kami semua. Dan, sekarang yang tersisa hanyalah aku. Semua teman-temanku sudah mati dengan mengenaskan. Semua terasa ganjil, mereka mati satu persatu dengan sangat cepat. Atas dasar itu, aku tahu kalau setan Cipularang akan segera menghabisiku.
ADVERTISEMENT
Aku mendengar dari ibunya Bram kalau beberapa hari ini dia suka digentayangi arwahnya Bram. Mereka sering mendengar langkah kaki di rumahnya dan suara Bram memanggil-manggil di halaman rumah, meminta tolong. Apakah Bram benar-benar gentayangan? Atau setan Cipularang yang menyerupai Bram dan meneror keluarganya. Untuk mencari tahu kebenaranya, aku mendatangi ibunya Bram. Ia menceritakan kejadian demi kejadian aneh di rumahnya setelah kematian Bram.
“Bisa Ibu ceritakan kejadian aneh yang ibu alami akhir-akhir ini? Siapa tahu, aku bisa bantu Ibu,” pintaku.
Ia terlihat ketakutan, keningnya berkerut, “Jadi malam itu, ibu lagi masakin nasi goreng buat suami. Tiba-tiba saja, ibu nyium bau parfumnya Bram di dapur. Bau parfum itu sangat menyengat dan ibu hafal betul kalau itu parfumnya Bram,” ia menarik napas perlahan dan menghembuskannya.
ADVERTISEMENT
“Ibu cari-cari sumber bau itu ternyata berasal dari kolong meja makan. Pas ibu tengok ke bawah... ibu melihat sepasang kaki yang sedang berdiri mengenakan sepatunya Bram. Duh, ibu hafal banget, itu betis anak ibu,” air matanya mulai merekah, ia mengusapnya dengan tisu.
Kemudian mulai terisak, “Tapi, pas ibu berdiri malah nggak ada siapa-siapa di depan meja. Pas ibu cek lagi ke kolong meja, kaki itu masih ada.”
“Terus, Bu,” aku mendengarkan dengan seksama.
“Abis itu Nak Asep. Ibu panggil bapak, tapi bapak enggak nyahut. Buru-buru, ibu ke ruang keluarga. Di sana, ibu lihat Bapak lagi berdiri menghadap jendela, tatapan matanya kosong.”
Sebelum melanjutkan ceritanya, ia menyeruput segelas teh tanpa gula, “Pas ibu pegang pundaknya, bapak malah ketawa-tawa sambil loncat-loncat kayak pocong. Tangannya bersidekap di perut, kepalanya tertunduk, matanya melotot. Bapak kesurupan.”
ADVERTISEMENT
“Bukan hanya kejadian itu saja, Nak Asep. Hampir tiap mau tidur, ibu nemuin serpihan tanah merah di atas kasur. Ibu takut, Nak Asep,” katanya dengan wajah ketakutan.
Dari cerita yang kudengar dari ibunya Bram. Aku yakin kalau yang meneror keluarga Bram adalah setan Cipularang. Walau bagaimana pun, aku harus cari cara agar setan itu tidak lagi meneror keluarga Bram. Tapi bagaimana? Apakah aku harus mendatangi dukun? Ah, aku tidak percaya pada dukun!
Hari demi hari berlalu. Saat aku masih memikirkan setan yang meneror keluarga Bram, entah kenapa ada luka cakar yang melintang di bagian perutku sangat panjang dari dada sampai ke perut bagian bawah. Semakin hari luka cakar itu tambah parah, menjadi koreng yang perlahan mengeluarkan nanah. Terasa panas sekali kalau malam hari. Apalagi kalau aku mengenakan baju, tergesek-gesek sangat menyakitkan. Aku sudah berobat namun luka itu tidak kunjung sembuh. Apakah ini salah satu perbuatan setan Cipularang?
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Kualat Tol Cipularang selanjutnya. Biar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten