part 8_square(1).jpg

Mall Angker Jakarta: Ada Pembunuhan (Part 8)

7 April 2020 14:00 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mall Angker Jakarta. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mall Angker Jakarta. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Untungnya aku berhasil kabur dari lantai M. Mereka tidak bisa menyakitiku, mungkin karena jimat pemberian Abah yang selalu kubawa. Sesampainya di depan mal, aku berdiri sendirian menunggu bajaj lewat. Kendaraan masih berlalu-lalang, tapi tidak terlalu ramai.
ADVERTISEMENT
Di seberang jalan, aku melihat Bu Indri sedang berdiri di samping sebuah mobil sedan warna putih. Ia sibuk menelepon seseorang, aku langsung bersembunyi di balik tong sampah. Bu Indri, dia sangat misterius bagiku. Entah kenapa, satu-satunya orang yang kucurigai adalah Bu Indri. Aku yakin kalau dialah yang menjadi penyebab hilangnya bibiku.
Tak lama kemudian, dia menutup teleponnya lalu masuk ke dalam mobil. Untungnya bajaj muncul, aku langsung naik dan memintanya untuk mengikuti mobil Bu Indri. Aku tidak tahu apa rencanaku yang jelas aku penasaran pada bosku itu.
Agar Bu Indri tidak menyadari kalau sedang kuikuti, aku minta sopir bajaj agar jaga jarak. Mobil sedan Bu Indri berbelok ke kanan tepatnya ke arah Tendean. Lalu terus melaju hingga tiba di sebuah persimpangan, mobilnya berbelok ke kiri. Seingatku, itu adalah jalan menuju Kemang.
ADVERTISEMENT
Mobilnya lalu masuk ke perumahan elite dan berhenti di sebuah rumah mewah berpagar putih. Masin bajaj dimatikan, seorang satpam membukakan gerbang. Mobil Bu Indri tidak masuk ke dalam rumah itu, kepalanya nongol dari jendela mobil. Ia seperti sedang meminta sesuatu pada satpam, aku tidak dapat mendengarnya. Yang jelas, satpam itu menyerahkan sebuah karung pada Bu Indri. Ia memasukkan karung itu ke dalam mobil lalu melaju kembali. Aku menyuruh sopir bajaj untuk mengikutinya sebelum kehilangan jejak.
Aku tiba di sebuah gudang. Kalau dilihat dari luar, gudang itu seperti sudah lama terbengkalai. Mobil Bu Indri berhenti di depan gudang tersebut, sementara aku turun dari bajaj dan membayar ongkosnya. Setelah kulihat Bu Indri masuk ke dalam gudang itu, aku lalu mengendap-endap mendekati gudang. Kucari celah tembok yang berlubang, dari lubang kecil itu aku mengintip apa yang dilakukan Bu Indri dan dua orang lelaki yang berpenampilan seperti preman, mungkin itu pesuruh Bu Indri.
ADVERTISEMENT
Aku tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka. Ada seseorang yang diikat di atas kursi, itu lelaki tua. Siapa dia? Wajah lelaki itu sangat ketakutan. Setelah berbicara dengan ekspresi terkesan mengancam, Bu Indri mengeluarkan sebuah parang dari dalam karung. Ia menusukkan parang itu berkali-kali ke dada lelaki tua. Darah muncrat, lelaki itu sekarat. Aku ngeri melihatnya, kututup mulutku dengan telapak tangan. Sebelum Bu Indri memergokiku, aku lari menjauh dari gudang tersebut.
***
Keesokan paginya, aku mencoba untuk bersikap biasanya saja. Untuk saat ini, aku tidak berani membocorkan tentang apa yang kulihat semalam. Bu Indri yang biasanya terlihat ramah, semalam menjadi mengerikan. Tanpa ampun dia membunuh lelaki tua dengan sangat sadis. Aku tidak tahu apa duduk perkaranya, tapi setelah menyaksikan kejadian itu, aku yakin bibiku juga dibunuh Bu Indri.
ADVERTISEMENT
Tio datang lebih dulu, aku agak kesiangan. Ia sudah membuka kios dan mengepel lantainya. Dahiku berkerut, ada buket bunga mawar di meja kasir. Tumben sekali ada bunga di kiosku.
“Ini bunga siapa?”
“Oh, tadi ada yang ngirim bunga itu buat kamu, Nun.”
“Siapa?” tanyaku heran.
“Aku nggak kenal. Lupa nanya namanya.”
“Siapa ya yang kirim bunga ini? Perasaan di Jakarta, aku belum kenal sama banyak orang,” kataku.
“Ya siapa tahu ada yang ngefans sama kamu,” kata Tio sambil terus sibuk ngepel lantai.
“Oya Nun, nanti ada karyawan baru,” lanjutnya.
“Hah? Terus bibiku gimana? Bu Indri kok nggak mau bantu cari sih?”
“Kata Bu Indri dia udah lapor polisi dan sekarang masih tahap pencarian, Nun.”
ADVERTISEMENT
Aku kesal sambil menggelengkan kepala. Kumasukkan bunga itu ke dalam loker lalu mengambil kain basah untuk membersihkan meja pelanggan. Tidak sengaja dari kejauhan, kulihat wanita berbaju hijau. Itu Nayla, dia tersenyum ke arahku.
Nantikan cerita Mall Angker Jakarta selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten